BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB IV PENUTUP. 1. Hak-hak suami dalam memperlakukan istri yang nusyuz adalah 1)

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

RAPOR MERAH KAUM FEMINIS Kritik atas Relativitas Tafsir Feminisme terhadap Al-Quran. Nunuy Nurjanah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi dapat juga

k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, perhatian, kapasitas perempuan, dan perlindungan anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan paparan yang telah di sampaikan pada bab sebelumnya maka

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

Bolehkah istri diperlakukan sebagai properti, seperti yang diakui oleh Manohara?

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

perempuan. Kondisi ini ditunjang oleh budaya masyarakat Indonesia yang banyak menyimpan pola-pola diskriminasi terhadap perempuan dimana perempuan seb

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Sebelum diturunkannya al-quran perempuan kedudukannya

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup. sebagaimana firman-nya dalam surat Az-zariyat ayat 49 :

BAB 1 PENDAHULUAN. An-nisa, ayat 13 surah Al Hujurat, ayat surah As-Syura, ayat 45 surah An Najm dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS YURIDIS UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2004 TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (UU PKDRT)

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak. Di Indonesia seringkali dalam rumah tangga juga ada sanak saudara

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

ra>hmatan lil alami>n (rahmat bagi alam semesta). Dan salah satu benuk rahmat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam ruang domestik (rumah tangga). 1. kekerasan yang menimpa kaum perempuan (istri) 3

BAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat penulis ketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

BAB 1 PENDAHULUAN. menegakkan rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya,

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

Saat ini masyarakat mengalami depresi sosial skala tinggi. Depresi ini lahir karena tidak ada pegangan hidup.

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

Mam MAKALAH ISLAM. Hukum Perceraian di Luar Pengadilan

BAB V PEMBAHASAN. penelitian, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu fokus penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.

Suatu ketika Rasulullah harus sedikit menegur Aisyah ketika sang Humaira cemburu berat.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

PENGANTAR SISTEM PERGAULAN ISLAM. Suplemen Mata Kuliah Ahwal Syakhsiyyah

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada pula

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan mempunyai nilai kira-kira sama dengan separuh nilai agama. 3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya bermacam-macam, seperti politik, rasisme bahkan keyakinan keagamaan/apa saja.dalam bentuk ekstrim, misalnya adalah sebab adanya keyakinan bahwa kodrat perempuan itu halus dan menjadi subordinasi lelaki. Ketika seorang perempuan berani membantah atau melawan keputusan seorang suami maka akan terjadi kekerasan dalam rumah tangga dengan bentuk bentakan, ancaman bahkan pemukulan. 1

2 Dengan dilatar belakangi meningkatnya perbuatan kekerasan terhadap sesama manusia Dari tahun ke tahun angka perceraian pasangan suami istri di Kabupaten Malang menjadi naik secara signifikan. daerah tertinggi kasus perceraian terletak di Malang Selatan yaitu di Kecamatan Gondanglegi, Kecamatan Kepanjen.Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat kecamatan Kepanjen dan Gondang legi terdapat 4 macam yaitu, kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran rumah tangga. Kekerasan psikis yang dialami para wanita yang ada di kecamatan Kepanjen dan Kecamatan gondanglegi antara lain seperti perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya kepercayaan diri seorang istri untuk mengeluarkan argumen atau pendapat untuk berlangsungnya kehidupan rumah tangga mereka, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, atau penderitaan dan tekanan psikis yang sangat berat kepada sang istri, misalnya yaitu berupa pemukulan, ancaman pembunuhan, ancaman hidupnya tidak akan tenang jika tidak menuruti atau mengikuti seperti yang diinginkan oleh suaminya. Untuk kategori kekerasan seksual yang terjadi dalam khidupan masyarakat kecamatan Gondanglegi dan kecamatan Kepanjen yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga seperti suami memaksa untuk mengajak istrinya melakukan hubungan seksual ketika istri tidak mau atau istri sedang tidak sehat dengan kondisi tubuhnya atau si istri ketika merasa capek, dan pemaksaan hubungan

3 seksual terhadap salah satu seseorang dalam lingkup rumah tangga dengan orang lain untuk tujuan komersial dan atau tujuan tertentu. Bentuk perbuatan penelantaran dalam rumah tangga yang dialami istri di kecamatan Kepanjen Dan kecamatan Gondanglegi adalah ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali suami sebagai pemimpin dalam kehidupan rumah tangga. Terdapat sejumlah penyebab kekerasan yang menimpa kaum perempuan. Diantaranya rendahnya partisipasi masyarakat dalam pendidikan selama ini, pemahaman yang ada didalam masyarakat kecamatan Kepanjen dan kecamatan Gondanglegi masih menganggap tidak pentingnya perempuan berpendidikan tinggi, dikarenakan masyarakat memiliki asumsi bahwa perempuan nantinya posisinya hanya sebagai seorang istri, dan jika hanya sebagi seorang istri tidaklah memerlukan pedidikan yang tinggi. Rendahnya pendidikan perempuan pada akhirnya menimbulkan banyak permasalahan antara lain adalah banyaknya kasus nikah muda di masyarakat kecamatan Kepanjen dan di kecamatan Gondanglegi, bahkan banyak anak yang masih dikategorikan belum matang secara fisik dan psikis yang dinikahkan dengan paksa oleh orang tua mereka, dikarenakan para orang tua tersebut beralasan ingin cepat memiliki cucu dan para orang tua tersebut khawatir jika anak anak peempuannya menjadi perawan tua dan pada akhirnya tidak ada lakilaki yang mau untuk menikahi anak perempuannya, Selain rendahnya pendidikan,

4 penyebab lainnya adalah minimnya pengetahuan mengenai teknologi informasi, sehingga secara tidak sadar perempuan menjadi obyek kekrasan di era globalisasi, perempuan menjadi komoditas di era industri tanpa mereka pahami. Perbuatan yang telah terjadi seperti yang telah dijelaskan diatas seringkali dihubungkan dengan perbuatan yang dinamai dengan Nusyuz. Nusyuz berawal dari salah satu pihak suami atau istri, bukan keduanya secara bersama-sama. Nusyuz pihak istri berarti kedurhakaan dan / atau ketidak taatan terhadap suami. Nusyuz pihak istri dapat terjadi apabila istri tidak menghiraukan hak suami atas dirinya. Nusyuz pihak suami terhadap istri lebih banyak berupa kebencian atau ketidaksenangannya terhadap istrinya sehingga suami menjauhi atau tidak memperhatikan istrinya. Bicara tentang nusyuz, para mufassir biasanya mengutip Q.S. an- Nisa ayat 34. Ayat ini seringkali ditafsirkan dan dijadikan legitimasi para suami (lakilaki) untuk melakukan tindak kekerasan (violence) terhadap istri (perempuan) yang dianggap telah nusyuz.dalam Tafsir klasik, kata nusyuz pengertiannya sering ditujukan untuk istri yang tidak taat kepada suami. Mengapa jarang ditemui kata nusyuz yang merujuk pada suami yang tidak baik atau membangkang kepada istrinya? Islam memberikan perhatian yang sangat besar dalam persoalan rumah tangga, terutama berkenaan dengan rasa keadilan dan penghormatan terhadap hak serta kewajiban suami-istri yang terbina dalam struktur keluarga.islam menyatakan bahwa baik laki-laki maupun perempuan setara derajatnya dihadapan Allah SWT. Hanya satu yang menjadi

5 pembeda di antara keduanya, yaitu kadar ketakwaan kepada Allah SWT. 1 Islam memerintahkan masing-masing suami istri untuk memperlakukan pasangannya dengan baik dan penuh dengan kelembutan. Islam menyeru para suami untuk melaksanakan hal tersebut dengan pertimbangan bahwa ia adalah pemimpin dan pemilik wewenang untuk menceraikan istri dengan wasiat yang indah dibawah ini. 2 Dan bergaullah dengan mereka secara patut.kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (QS. An-Nisa:19). Amina Wadud mengkritik anggapan sementara orang bahwa perempuan "harus" berperan menjadi ibu yang baik untuk mendidik anak dan melayani suaminya.menurutnya, dalam al-qur'an tidak ada indikasi bahwa melahirkan anak adalah peran dan tugas utama bagi perempuan.yang ada adalah perintah atau anjuran untuk menghormati, simpati dan bertanggung jawab kepada ibu karena mereka telah melahirkan anak. Untuk mengatasi istri yang nusyuz terhadap suami Islam memberikan empat tahapan jalan keluar berdasarkan surat an-nisa' (4) ayat 34. Tahap pertama yaitu (Fa idzuhunna) berupa pemberian nasehat, petunjuk dan peringatan tentang ketaqwaan kepada Allah SWT serta hak dan kewajiban suami dalam rumah tangga.apabila nasehat tidak dapat mengubah sikap nusyuz istri, maka suami diperkenankan untuk mengancam dengan menjelaskan bahwa sikap nusyuz istri 1 Syeh Hafizh Ali Syuaisi, Tuhfatul Urusy wa Bahjatu an-nufus, diterjemahkan oleh Abdul Rosyad 2 Syaikh Mahmud al-mashiri, Perkawinan Idaman, diterjemahkan Iman Firdaus Lc, Q, Dpl.(Cet. I ; Jakarta: Qisthi Press,2011) 264

6 terhadap suaminya dapat menggugurkan hak-hak istri atas suaminya. Tahap kedua yaitu (Wahjuruhunna) dengan berpisahranjang dan tidak saling bertegur sapa. Khusus mengenai tidak bertegur sapa hanya diperbolehkan selama tiga hari tiga malam. Tahap ketiga adalah (Wadribuhunna) yaitu dengan cara memukul istri yang nusyuz namun dengan pukulan yang tidak sampai melukainya, Dengan latar belakang masalah di atas maka penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih jauh mengenai makna lafadz idrib sebagai salah satu tahapan dalam penyelesaian permasalahan yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang akan penulis tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul: Makana Lafadz IDRIB Dalam Surat An-Nisa Ayat 34 Perspektif Ulama Kecamatan Kepanjen dan Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Makna Lafadz Idrib Menurut Ulama Kecamatan Kepanjen dan Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang? 2. Bagaimanakah solusi jika terjadi perselisihan antara suami istri perspektif ulama Kecamatan Kepanjen dan Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang? C. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan permasalahan yang diungkapkan oleh penulis didalam latar belakang, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

7 1. Untuk mengetahui makna lafadz Idrib dalam Qs. An-Nisa Ayat 34 Perspektif Ulama Kecamatan Kepanjen dan Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. 2. Untuk mendeskripsikan Solusi penyelesaian dalam perselisihan suami istri yang terdapat dalam Surat An-Nisa ayat 34 perspektif Ulama Kecamatan Kepanjen dan Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Teoritis a. Dapat menambah wawasan atau pengetahuan tentang Makna Lafadz Idrib yang terdapat Dalam Surat An-Nisa Ayat 34 Perspektif Ulama Kecamatan Kepanjen dan Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. b. Dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan oleh penulis dapat memberikan kontribusi pengetahuan atau teori bagi Fakultas Syari ah Jurusan al-ahwal al-syakhsiyyah. c. Sebagai bahan pustaka atau referensi bagi penelitian selanjutnya.

8 2. Praktis a. Dapat dijadikan bahan acuan atau rujukan bagi siapa saja yang Sedang Mengalami Nusyuz dan Ingin Mengetahui Batasan Dalam Penyelesaiannya. b. Sebagai sumber pengetahuan untuk memecahkan permasalahan dalam sebuah rumah tangga ketika terjadi pertentangan atau pertengkaran yang disebabkan oleh Istri Sedang Nusyuz Terhadap Suaminya. E. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan adalah rangkaian urutan yang terdiri dari beberapa uraian mengenai suatu pembahasan dalam karangan ilmiah atau penelitian. Berkaitan dengan penelitian ini, secara keseluruhan dalam pembahasannya terdiri dari lima bab: BAB I : Memberikan pengetahuan umum tentang arah penelitian yang akan dilakukan. Pada bab ini, memuat tentang latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.

9 BAB II: Bagian ini akan memaparkan tentang penelitian terdahulu yang berkaitan dengan nusyuzserta kajian teori yang membahas tentang Nusyuz dan makna lafadz idrib pada Qs. An-Nisa Ayat 34 BAB III : Bagian ini berisikan metode penelitian. Untuk mencapai hasil yang sempurna, penulis akan menjelaskan tentang metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini, dimana metode penelitian tersebut terdiri dari lokasi penelitian, jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, serta metode pengolahan dan teknik analisa data. BAB IV: Merupakan uraian tentang paparan data yang diperoleh dari lapangan dan analisa data dari penelitian dengan menggunakan alat analisa atau kajian teori yang telah ditulis dalam bab II. Selain itu penjelasan atau uaraian yang ditulis dalam bab ini, juga sebagai usaha untuk menemukan jawaban atas masalah atau pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah. BAB V : Sebagai penutup yang merupakan rangkaian akhir dari sebuah penelitian. Pada bab ini, terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan dimaksudkan sebagai hasil akhir dari sebuah penelitian. Hal ini penting sekali sebagai penegasan terhadap hasil penelitian yang tercantum dalam bab IV. Sedangkan saran merupakan harapan penulis kepada semua pihak yang kompeten atau ahli dalam masalah ini.