BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

No responden : Diisi oleh peneliti. checklist (v) untuk jawaban motivasi yang dianggap benar. 1. Umur : tahun. 2. Pedidikan terakhir: ( ) SD ( ) SLTP

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Partus/ persalinan menurut cara persalinan : bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan juga dengan ketidak adanya kegawat daruratan (Kasdu, 2005, hal.2).

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan normal, ternyata juga bisa dilakukan perabdominal, yang disebut sectio

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

Dr.SARMA LUMBANRAJA, Sp.OG (K) ESDH F M SU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Infeksi luka akibat sectio caesaria berbeda dengan luka persalinan normal.

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. para ibu ingin melaksanakan fungsi ini dengan cara yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya metode sectio caesarea, bukan hanya ibu yang akan menjadi aman

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010). waktu (yaitu 12 hari atau lebih melewati tanggal taksiran partus) dan ketuban

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Section Caesarea

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar bealakang. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

BAB II TINJAUAN TEORI

Deteksi Dini Kehamilan, Komplikasi Dan Penyakit Masa Kehamilan, Persalinan Dan Masa Nifas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luar biasa. Persalinan biasa disebut juga persalinan spontan adalah Bila bayi lahir

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu Sectio Caesaria (SC). Prawirahardjo (2010) dalam Septi (2012).

PENGERTIAN MASA NIFAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN POST-OP SECTIO CAESAREA INDIKASI KETUBAN PECAH DINI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Operasi sesar menurut Leon J.Dunn, dalam buku Obstetrics and gynecology,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dunia luar. Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsia, gawat janin,

BAB I PENDAHULUAN. dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung

2. Indikasi Sectio Caesarea

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses persalinan merupakan proses kompleks untuk. menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu Sectio Caesaria (SC).

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN DAN PEMANTAUAN KESEJAHTERAAN JANIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan

BAB I PENDAHULUAN. Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB I PENDAHULUAN. rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil konsepsi (janin, plasenta dan

BAB I PENDAHULUAN. bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Nifas

BAB I PENDAHULUAN. melalui vagina ke dunia luar. Setiap wanita menginginkan persalinannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2013 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III TENTANG TANDA- TANDA PROSES PERSALINAN DI PUSKESMAS SINGANDARU KOTA SERANG TAHUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

PERSALINAN KALA I. 1. kala 1 persalinan

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB II TINJAUAN TEORI

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan dominanan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2005). 2. Tingkatan pengetahuan (Sunaryo, 2004) yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan menyatakan. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 13

14 Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang telah dipelajari. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini juga diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analisys) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat pengunaan kata kerja, seperti dapat mengambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 14

15 f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang sudah ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada. Pengetahuan mencakup ingatan yang digali pada saat dibutuhkan melalui tingkat pengetahuan yang lain dan juga dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas. B. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah adanya kekuatan dorongan yang menggerakan kita untuk berperilaku tertentu (Notoatmodjo, 2005). Motivasi adalah mengarahkan orang lain melakukan sesuatu karena mereka ingin melakukannya (Denny, 2007) Motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari pada gerakan atau perbuatan (Sarwono, 2000) 2. Hukum motivasi (Denny, 2007) a. Kita harus termotivasi supanya dapat memotivasi orang lain. b. Motivasi membutuhkan tujuan c. Motivasi, yang sekali terbentuk idak dapat berlangsung lama. d. Motivasi membutuhkan pengakuan e. Partisipasi memotivasi f. Melihat diri sendiri maju akan memotivasi kita 15

16 g. Tantangan hanya memotivasi jika anda bisa menang h. Setiap orang mempunyai sumbu motivasi i. Rasa memiliki kelompok akan memotivasi j. Kepemimpinan yang memberikan inspirasi 3. Jenis motivasi (Notoatmojo, 2005).. a. Motif motivasi (Motivasi dari dalam diri kita sendiri) Motif biologis ini bersumber dari keadaan fisiologis dari tubuh manusia. b. Motif sosial (Motivasi dari pengaruh lingkungan) Motif sosial adalah sesuatu dorongan untuk bertindak yang tidak kita pelajari 4. Cara memotivasi Ada tiga cara yang ditetapkan untuk memotivasi seseorang menurut (Sunaryo, 2004) yaitu : a. Memotivasi dengan kekerasan Adalah cara memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan. b. Memotivasi dengan bujukan Adalah cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang memberikan motivasi. c. Memotivasi dengan identifikasi Adalah cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai sesuatu. 16

17 5. Jenis motivator Jenis-jenis motivator dilakukan berdasarkan atas hierarki kebutuhan yang menentukan tindakannya. Kebutuhan dasar manusia terdiri atas lima, menuurut Abraham Harold Maslow, yaitu: a. Kebutuhan fisiologis/biologis Merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu udara, cairan elektrolit, makanan, dan seks. b.kebutuhan rasa aman, misalnya: 1) Rasa aman terhindar dar pencurian. 2) Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan, dan lainlain. 3) Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya: 1) Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua,saudara, teman, kekasih, dan lain-lain. 2) Ingin dicintai / mencintai orang lain 3) Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada d. Kebutuhan harga diri, misalnya: 1) Ingin mengharhai dan menghargai orang lain 2) Adanya respek atau perhatian dari orang lain 3) Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan 17

18 e. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya: 1) Ingin dipuja atu disanjung oleh orang lain 2) Ingin sukses dan berhasil dalam mencapai cita-cita 3) Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier,usaha,kekayaan, dan lain-lain. 6. Penghancur motivasi. Aturan-aturan motivasi adalah tahu dan mampu mengenali faktor-faktor penghancur motivasi (demotivator). Fondasi dari semua motivasi adalah pengharapan. Tanpa ada pengharapan, seorang individu tidak akan mempunyai motivasi (Denny, 2007). Faktor penghancur motivasi adalah: a. Kurangnya rasa percaya diri Hal ini sering kali terungkap melalui perasaan internal Mampukah saya melakukannya? atau saya tidak cukup bagus, saya tidak punya kualifikasi untuk itu, saya tidak mampu, dan sebagainya b. Kekhawatiran Perasaan yang dirasakan orang-orang ketika mereka merasa khawatir tentang apa yang terjadi jika mereka gagal, rasa takut jika mereka melakukan kesalahan. c. Opini-opini negative Opini-opini negative adalah perkataan orang-orang yang dapat melukai perasaan 18

19 d. Merasa tidak penting Ketika seseorang benar-benar merasa kurang penting, sudah pasti mereka akan merasa kehilangan motivasi. C. Seksio Sesaria 1. Pengertian seksio sesaria Seksio sesaria adalah persalinan untuk melahirkan janin dengan berat 500 gram atau lebih, melalui pembedahan diperut dengan menyanyat dinding rahim (Kasdu, 2005). Istilah Caesar sendiri berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong atau menyayat. Tindakan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk melahirkan bayi melalui pembedahan dengan membuka dinding perut dan rahim. Seksio sesaria adalah persalinan janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Winjosastro, 2005). 2. Jenis seksio sesaria a. Jenis klasik Jenis klasik yaitu dengan mengunakan sayatan vertikel sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar. Akan tetapai jenis ini sudah sangat jarang dilakukan karena berisiko terhadap terjadi komplikasi. 19

20 b. Sayatan mendatar dibagian atas dari kandungan kemih sangat umum dilakukan pada masa sekarang karena metode ini meminimalkan resiko terjadinya perdarahan dan cepat penyembuhannya. c. Histerektomi sesaria Histerektomi sesaria adalah seksio sesaria yang diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus kasus dimana perdarahan yang sulit ditangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dengan rahim. d. Bentuk lain seksio sesaria adalah Extrapostnal CS Abportio CS e. Seksio sesaria berulang dilakukan ketika pasien sebelumnya telah pernah menjalani seksio sesaria. Umumnya sayatan dilakukan pada bekas luka operasi selanjutnya 3. Sebab-sebab seksio sesaria Melahirkan dengan cara seksio sesaria tidak bisa diputuskan begitu saja oleh dokter karena resiko yang mungkin dialami akibat pembedahan harus di pertimbangkan, baik dari kesehatan ibu maupun bayinya. seksio sesaria ini seharusnya jika keadaan medis memerlukannya. Artinya janin atau ibu dalam keadaan darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan operasi. Itu sebabnya harus ada alasan yang jelas untuk melakukan tindakan pembedahan. Karena bentuk operasi apapun selalu mengandung resiko sehingga harus ada indikasi yang jelas. Tindakan operasi diputuskan oleh penolong persalinan bertujuan untuk memperkecil terjadinya resiko yang membahanyakan jiwa ibu atau bayinya. Namun 20

21 dalam kehamilan sehat, persalinan secara alamiah jauh lebih aman. Meskipun demikian, kini banyak pasien yang sengaja meminta persalinan dengan jalan operasi walaupun tanpa alasan medis yang tepat. a. Seksio sesaria ada yang terencana ada yang tidak Seksio sesaria bisa dibedakan antara yang direncanakan dengan yang tidak direncanakan. Disini yang dibicarakan adalah tindakan seksio sesaria yang dilakukan karna ada alasan medis. Apabila persalinan dipaksakan untuk dilakukan secara alami akan mengancam keselamatan ibu dan bayi. Hal ini terjadi pada kesulitan kehamilan yang sudah terdeteksi sejak dini, misalnya karena keadaan panggul ibu yang sempit atau ibu mengalami plasenta previa. Sementara itu, seksio sesaria yang tidak direncanakan biasanya baru diputuskan pada saat atau ketika persalinan berlangsung. Seksio sesaria yang mendadak bisa terjadi jika dokter memperkirakan bayi lahir alami tetapi dalam perkembangan terjadi sesuatu diluar dugaan misalnya tidak terjadi kemajuan dalam proses persalinan contohnya kepala bayi tidak dapat keluar sehingga menyebabkan ibu kehabisan tenaga sementara bayi sudah kekurangan oksigen karena terlalu lama dijalan lahir. Direncanakan biasanya akan berhasil lebih baik. Pada seksio sesaria yang sudah direncanakan, waktu pembedahan dapat ditentukan jauh hari sebelum hari persalinan, walaupun tidak berarti persalinan dengan operasi untuk menyelamatkan ibu dan bayinya yang tanpa direncanakan, tidak terjamin keselamatannya. Namun bentuk pembedahan apapun memiliki resiko yang tidak kecil bagi keselamatan yang bersangkutan. Disamping itu seksio sesaria yang direncanakan proses 21

22 pembedahannya ternyata lebih sulit karena pembedahan yang dilakukan sebelum tanda-tanda persalinan berlangsung, menyebabkan segmen bawah rahim belum terbentuk dengan baik keadaan ini menyulitkan pembedahan sehingga lebih mudah terjadi atonia uteri. Namun pada umumnya keuntungan persalinan dengan operasi yang direncanakan lebih besar dari pada kerugiannya. b. Seksio sesaria tidak dapat dilakukan sembarangan Sebelum keputusan untuk melakukan persalinan dengan operasi, biasanya dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan, hal ini dilakukan untuk melihat resikoresiko yang mungkin terjadi atas tindakan operasi seperti pendarahan, cidera saluran kemih, dan atau usus infeksi. Pertimbangan pemeriksaan ini harus berdasarkan penilaian pra bedah secara lengkap, mengacu pada syarat-syarat pembedahan dan pembiusan. Ketentuan tersebut tidak selalu berlaku terutama menghadapi kasus gawat darurat yang memerlukan kecepatan waktu untuk melakukan tindakan. Namun apapun kondisinya persyaratan minimal tindakan operasi harus tetap dipenuhi, yaitu sebelum operasi dilakukan kajian usia kehamilan berdasarkan haid terakhir, profil biofisik ibu maupun janinnya dan penilaian kematangan paru-paru janin. c. Penyebab seksio sesaria Persalinan merupakan upanya melahirkan bayi yang ada dirahim ibu. Apabila persalinan harus dilakukan dengan operasi menurut buku obstetric and gynecology ada empat alasan yaitu untuk keselamatan ibu dan janin ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kontraksi, distosia (persalinan macet) sehingga 22

23 menghalangi persalinan yang alami, dan bayi dalam keadaan darurat, sehingga harus segera dilahirkan tetapi jalan lahir tidak mungkin dilalui janin. Jadi penyebab dilakukan operasi pada persalinan sebagai berikut: 1) Faktor janin a) Bayi terlalu besar b) Kelainan letak bayi (1) Letak sungsang (2) Letak lintang (3) letak muka (4) Letak kaki c) Ancaman gawat janin d) Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK ) e) Faktor plasenta (1) Plasenta previa (2) Plasenta lepas (3) Plasenta acreta (4) Vasa previa f) Kelainan tali pusat Ada 2 kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu: (1) Prolapsus tali pusat ( talipusat menumbung ) (2) Terlilit tali pusat g) Bayi kembar (multiple pregnancy) 23

24 2) Faktor ibu Faktor ibu yang menyebabkan dilakukannya operasi misalnya panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi uterus, riwayat kematian prenatal, pernah mengalami trauma persalinan, dan ingin dilakukannya tindakan sterilisasi. Kondisi kehamilan bisa pula penyebab dilakukannya operasi misalnya tidak ada tanda persalinan padahal kehamilan harus diakhiri karena alasan janin dan ibunya. Ibu menderita eklamsi atau ketuban pecah dini, dan ingin dilakukan tindakan sterillisasi. Namun dari kondisi janin dan ibu tidak semuanya harus dilakukan persalinan dengan tindakan operasi dilakukan dengan beberapa pertimbangan, yaitu apabila persalinan pervagina membahayakan keselamatan ibu dan janinnya. Berikut ini faktor ibu yang menyebabkan janin harus dilahirkan dengan operasi: a) Usia. b) Panggul sempit/ CPD (Cephalopelvis Disproportion). c) Seksio sesaria yang berulang/ Persalinan sebelumnya dengan tindakan operasi sesaria. d) Faktor hambatan jalan/ partus tak maju e) Kelainan kontraksi f) Ketuban pecah dini ( KPD ) 4. Resiko seksio sesaria Seksio sesaria sebaiknya dilakukan karena pertimbangan medis, bukan keinginan pasien yang tidak mau menanggung rasa sakit. Hal ini karena resiko seksio sesaria lebih besar dari pada persalinan alami. Demikian teori yang disebutkan dalam 24

25 buku Obstetrics and gynecology. Didalamnya dijelaskan, dalam kondisi ibu janin yang sehat dan tidak ada kesulitan, seksio sesaria memiliki resiko. Menurut Peel dan Chamberlain, indikasi untuk melakukan operasi dengan berbagai penyebabnya mengakibatkan angka kematian ibu 17% (sebelum dikoreksi) dan 0.5% (sesudah dikoreksi), sedangkan kematian janin 14,5%. Pada 774 persalinan berikutnya, terjadi 1,03% rahim robek. Seksio sesaria berulang bisa terjadi. Misalnya, bayi dengan panggul ibu sempit sehingga setiap kali melahirkan harus seksio sesaria. Umumnya seksio sesarea dibatasi hanya tiga kali dan sebaiknya ibu menunggu sekurang-kurangnya dua tahun untuk merencanakan hamil kembali. Adapun resiko operasi seksio sesaria yaitu: a. Alergi Resiko pada pasien operasi sesaria adalah alergi terhadap obat tertentu karena penggunaan obat-obatan pada pasien dengan operasi sesaria lebih banyak di bandingkan dengan cara melahirkan alami. b. Perdarahan Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan bekuan darah pada pembuluh darah balik dikaki dan rongga panggul sebelum operasi, seorang wanita harus melakukan pemeriksaan darah lengakap, Salah satunya untuk mengetahui masalah pembekuan darahnya. Perdarahan bisa timbul pada waktu pembedahan jika arteri arteri uteria ikut terbuka atau karena atonia uteri. Kehilangan darah yang cukup banyak dapat menyebabkan syok secara mendadak. 25

26 c. Cedera pada organ lain Jika operasi tidak dilakukan secara hati hati, kemungkinan pembedahan dapat mengakibatkan terlukanya organ lain, seperti rektum atau kandung kemih. Penyembuhan luka bekas seksio sesaria yang tidak sempurna dapat menyebabkan infeksi pada organ rahim atau kandung kemih, selain itu dapat juga berdampak pada organ lain dengan menimbulkan perlekatan pada organ organ didalam rongga perut untuk kehamilan resiko tinggi yang memerlukan penanganan khusus. d. Parut dalam rahim Seorang wanita yang sudah mengalami pembedahan akan memiliki parut dalam rahim, oleh karena itu tiap kehamamilan seperti persalinan berikutnya memerlukan pengawasan yang cermat sehubungan dengan bahaya rupture uteri, meskipun resiko sangat kecil terjadi. Pemeriksaan pasca seksio sesaria dapat dilakukan seminggu setelah persalinan. e. Demam. Setelah operasi tidak bisa dijelaskan penyebabnya, namun kadang kadang demam bisa terjadi karena infeksi setelah seksio sesaria. f. Pengaruh produksi ASI Efek pembiusan bisa mempengaruhi produksi ASI jika dilakukan pembiusan total (Narkose). Akibatnya kolostrum tidak bisa dinikmati bayi dan bayi tidak segera menyusui begitu ia dilahirkan. Namun apabila dilakukan dengan pembiusan regional ( spiral ) maka tidak banyak mempengaruhi produksi ASI (Kasdu, 2003 ). 26

27 D. Perawatan dan pemulihan pasca operasi seksio sesaria. Perawatan pada masa pemulihan membutuhkan perhatian yang sangat besar dari ahli kebidanan dan seluruh staf perawatan. Perawatan yang dapat diberikan suami kepada istri pasca seksio sesaria 1. Gizi Didalam pemberian makanan harus diberikan makanan yang mengandung gizi, protein, lemak, hidrat arang dan vitamin, kalsium serta kalori. Pemberian makanan harus diberikan secara bertahap dimulai dari minuman, bubur disaring, bubur lunak, dan akhirnya makanan biasa (Mochtar, 1998). a. Diet pertama. Diet pertama dapat diberikan 6-10 jam pasca seksio sesaria berupa air putih atau air teh. b. Diet hari kedua Diet kedua dapat diberikan dengan cara bubur disaring (MI), dan mengandung nilai gizi, protein, lemak, hidrat arang dan vitamin serta kalori. Makanan yang dapat diberi berupa susu, sayur-sayuran, yang semuanya dihaluskan. c. Diet pada hari ketiga Diet dapat diberikan bubur lunak (MII) dan makanan tidak boleh bersifat merangsang dan makanan harus mengandung nilai gizi, hidrat arang, protein, lemak, kalori dan kalsium, dan makan dapat berupa beras, yang sedikit lebih lemut dari biasanya, daging, tempe, telur, sayuran dan buah. 27

28 d. Diet pada hari kempat Diet pada hari kempat sudah dapat diberikan makanan biasa (MB) dan makan harus mengandung gizi yang seimbang terutama makanan mengandung serat, seperti buah-buahan, agar dapat mencengah sembelit Pemberian makanan rutin ini dapat berubah bila dijumpai komplikasi pada saluran pencernaan seperti adanya kembung pada perut, meteorismus dan peristaltik usus yang kurang sempurna (Mochtar, 1998) 2. Mobilisasi Mobilisasi adalah pergerakan yang memerlukan kontraksi dan relaksasi dari sistem muskulo skeletal yang dapat dilaksanakan dengan cara latihan (Mundy, 2005). Kebanyakan pasien merasa takut untuk bergerak setelah pembedahan. pengetahuan dan motivasi suami yang besar terhadap istri berpartisipasi dalam aktivitas yang dirancang untuk memperbaiki mobilitas fisik. Aktivitas yang dilakukan dalam batas terapeutik sangat menguntungkan, ketidak nyamanan dapat dikontrol, dan sasaran aktivitas dapat tercapai Kemajuan mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang dilakukan dan komplikasi yang mungkin dijumpai. Secara psikologis hal ini memberikan pula kepercayaan bahwa ibu mulai sembuh. Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah ibu sadar.latihan pernafasan dapat dilkukan ibu sambi tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua ibu dapat didudukan selama 5 menit dan melatih ibu untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembusnya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada 28

29 diri ibu bahwa ia mulai pulih Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari ibu dianjurkan belajar duduk, kemudian belajar berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari ke lima pasca bedah.. Mobilisasi berguna untuk mencengah terjadinya trombosis dan emboli. Sebaliknya, bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan. 3. Penyembuhan luka a. Proses penyembuhan luka terdiri atas tiga fase (Oswari, 2005) 1). Tahap tidak lancar Tahap ini terjadi bila serum dan sel darah membentuk jaringan dari serat di dalam luka, luka mengikat luka itu sehingga tampak seperti koreng kemerahmerahan. 2). Tahap Fibroplasia Keadaan penyembuhan dengan membentuk serat fibroblast dalam anyaman protein. Kemudian anyaman protein itu diserap perlahan-lahan.. Sementara itu timbul pula pembuluh darah kapiler dari pinggir luka. sehingga terbentuk jaringan baru yang masih kasar dan disebut jaringan granulasi. 3). Tahap pengerutan Pertautan pertama atau persatuan utama. Pada penyembuhan dengan pertautan pertama ini, bekas luka hanya tampak sebagai satu garis karena tidak terjadi peradangan dan pinggir luka bertaut dengan sempurna. 29

30 b. Bekas luka Proses penyembuhan luka seksio sesaria lebih lama dibandingkan dengan penyembuhan luka pasca persalinan normal. Untuk proses penyembuhan luka operasi membutuhkan 7-10 hari. Lebih lama dibandingkan dengan persalinan normal yang hanya 2-3 hari. Bekas luka di perut ibu ditutupi oleh kain kasa lembut, dan dapat diganti sesudah 3-4 hari setelah operasi sesaria yang dilakukan perawat dan selanjutnya diganti setiap hari oleh pasien. Luka dapat diberi salep betadin sedikit. Oleh sebab itu dibutuhkan vitamin A dan C, tembaga dan zat besi yang adekuat untuk mempercepat penyembuhan luka, diperoleh dari buah-buahan dan sayuran segar dan obat di berikan untuk menekan sintesis protein inferasi kontraksi luka dan epitelesasi. Ibu yang seksio sesaria boleh merencanakan kehamilan setelah 2 tahun dari operasi karena perlu pertimbangan terhadap bekas luka operasi dan kesiapan organ-organ kandungan, dan wajib kontrol kembali setelah 1 minggu setelah pulang dari rumah sakit. c. Komplikasi luka Jenis komplikasi luka: 1). Sebagian luka sembuh dan tertutup baik, sebagian lagi dengan eksudat dalam jumlah sedang atau banyak dan keluar melalui lubang-lubang (fistel) dan terinfeksi. 2). Luka terbuka sebagian, bernanah dan terinfeksi 3). Luka terbuka seluruhnya dan usus kehilangan atau keluar. 30

31 4. Nyeri Pada hari pertama, rasa sakit atau perih di bagian perut mulai terasa, setelah efek bius sudah habis. Dokter akan memberi obat untuk mengurangi rasa nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri suami juga dapat memberi sentuhan pada luka ibu dan memberikan kata-kata untuk membuat ibu tenang dan tidak gelisah. 5. Buang air besar Pada umumnya, para ibu baru akan buang air besar pada hari ketiga. Biasanya, pada saat awal setelah persalinan, banyak ibu-ibu yang mengalami sembelit. Namun, banyak wanita menjadi sembelit setelah persalinan karena sejumlah cairan hilang dari tubuh, sedangkan dubur menyerap air sebanyak mungkin dari tinja agar cairan tubuh seimbang. Keadaan ini bisanya terjadi pada hari-hari pertama sampai hari kelima setelah operasi sesaria. Untuk mengatasi sembelit, upayakan untuk mengonsumsi makanan yang berserat tinggi, seperti sereal dan buah-buahan. Sebaiknya menghindari makanan yang bisa memperburuk keadaan seperti makanan yang berlemak, banyak minum jus buah juga bisa membantu melunakan tinja dan melancarkan buang air besar. 6. Membersihkan diri Seperti halnya persalinan alami, setelah melahirkan ibu akan segera mengeluarkan cairan lokia, yaitu darah sisa plasenta. Oleh karena itu, setelah ibu buang air, suami dapat membantu membasuh vagina ibu hingga bersih untuk mencengah terjadinya infeksi. 31

32 7. Istirahat Dokter menyuruh ibu untuk beristirahat yang cukup di tempat tidur, bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan. Istrirahat yang cukup mengurangi kegairahan dan ketegangan persalinan, pikiran mengenai bayi yang baru dan perubahan yang terjadi didalam tubuh ibu, termasuk nyeri yang terasa akibat operasi yang menggangu sistem tubuh. Disini suami berperan untuk menjaga suasana ruangan tenang, dan membatasi pengunjung yang mengunjungi ibu 32