BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. oleh Unang Sunardjo yang dikutip oleh Sadu Wasistiono (2006:10) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi memegang peran penting menurut porsinya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep

Jakarta, 12 Juli 2007

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertambah. Dari data Komisi Pemilihan Umum (KPU), total jumlah pemilih tetap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum Pengertian Budaya Politik adalah pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati terhadap seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik diartikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat secara sadar untuk berpartisipasi dalam mengambil kepetusan kolektif dan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya. Secara sederhana, Pengertian Budaya politik adalah nilai-nilai yang berkembang dan dipratikan suatu masyarakat tertentu dalam bidang politik. Banyak sarjana ilmu politik yang mengkaji mengenai budaya politik sehingga terdapat beragam konsep budaya politik. Namun dari konsep tersebut memiliki derajat perbedaan yang tidak begitu besar, sehingga dapat tetap dalam satu pemahaman dan rambu-rambut yang sama. Hal ini tersebut terjadi pada pengertian budaya politik yang dimana banyak para ahli ilmu politik yang mendefinisikan budaya politik, Menurut Sidney Verba, budaya politik adalah suatu sistem kepercayaan empirik, simbol-simbol ekskpresif dan nilai-nilai yang menegaskansuatu situasi dimana tindakan politik dilakukan. Dan Menurut Moctar Massoed, pengertian budaya politik adalah sikap dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya. Budaya Politik Partisipan, politk partisipan adalah budaya politik yang ditandai adanya kesadaran politik yang sangat tinggi. Budaya politik partisipan dapat dikatakan suatu bentuk budaya yang anggota masyarakatnya condong diorientasikan secara eksplisit terhadap sistem sebagai keseluruhan dan terhadap struktur dan proses politik serta administratif. Budaya politik yang ditandai dengan adanya kesadaran dirinya atau orang lain sebagai anggota aktif dalam kehidupan politik. Umumnya masyarakat budaya politik partisipan sadar bahwa betapapun kecil partisipasi dalam sistem politik, tetap saja merasa berarti dan berperan dalam berlangsungnya sistem politik. Begitu pun dengan budaya

politik partisipan masyarakat tidak menerima langsung keputusan politik, karena merasa sebagai anggota aktif dalam kehidupan politik yang memiliki hak dan tanggung jawab. Secara konseptual, partisipasi politik berarti kegiatan seseorang ataupun sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik dengan jalan memilih pimpinan negara dan kebijakan pemerintah. Rakyat yang melakukan partisipasi politik didasari asumsi bahwa kepentingan dan kebutuhannya akan tersalurkan atau setidaknya dapat diperhatikan. Dewasa ini, partisipasi politik hanya diartikan sebatas pemberian suara pada pemilu, namun sebenarnya bentuk dari partisipasi politik sangatlah beragam dan dapat diwujudkan melalui diskusi politik, kampanye, ikut serta dalam partai politik, protes, demonstrasi, bahkan tindak kekerasan yang ditujukan kepada pemerintah dalam penyampaian aspirasi. Pemberian suara dalam pemilihan umum merupakan partisipasi politik aktif yang paling banyak dilakukan warga negara Dalam suatu negara yang menganut paham demokrasi, rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi dimana rakyat mempunyai hak untuk ikut serta dalam proses pemerintahan dan berhak menentukan siapa saja yang akan menjadi pemimpin yang nantinya akan menentukan kebijakan umum. Keikutsertaan rakyat dalam proses pemerintahan diwujudkan melalui adanya penyelenggaraan pemilihan umum. Pemilihan umum merupakan sarana bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasi dalam menentukan wakil-wakilnya baik yang akan duduk di lembaga legislatif maupun eksekutif. Perwujudan pemilu juga sebagai sarana bagi rakyat untuk ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan politik. Sebelum tahun 2005, kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan kepala daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.

Pada tahun 20, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 20. Di dalam undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota. Pada tahun 204, DPR-RI kembali mengangkat isu krusial terkait pemilihan kepala daerah secara langsung. Sidang Paripurna DRI RI pada tanggal 24 September 204 memutuskan bahwa Pemilihan Kepala Daerah dikembalikan secara tidak langsung, atau kembali dipilih oleh DPRD. Putusan Pemilihan kepala daerah tidak langsung didukung oleh 226 anggota DPR-RI yang terdiri Fraksi Partai Golkar berjumlah 73 orang, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berjumlah 55 orang, Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) berjumlah 44 orang, dan Fraksi Partai Gerindra berjumlah 32 orang. Keputusan ini telah menyebabkan beberapa pihak kecewa. Keputusan ini dinilai sebagai langkah mundur di bidang "pembangunan" demokrasi, sehingga masih dicarikan cara untuk menggagalkan keputusan itu melalui uji materi ke MK. Bagi sebagian pihak yang lain, Pemilukada tidak langsung atau langsung dinilai sama saja. Tetapi satu hal prinsip yang harus digarisbawahi (walaupun dalam pelaksanaan Pemilukada tidak langsung nanti ternyata menyenangkan rakyat) adalah: Pertama, Pemilukada tidak langsung menyebabkan hak pilih rakyat hilang. Kedua, Pemilukada tidak langsung menyebabkan anggota DPRD mendapat dua hak sekaligus, yakni hak pilih dan hak legislasi. Padahal jika Pemilukada secara langsung, tidak menyebabkan hak pilih anggota DPRD (sebagai warga negara) hak pilihnya tetap ada. Selama ini pemilu dianggap sebagai satu-satunya cara yang paling demokratis dalam membentuk suatu pemerintahan yang baik. Melalui pemilu yang jujur, adil, dan bebas, secara langsung rakyat dapat melakukan sirkulasi penggantian elit pemerintahan dengan jalan damai tanpa merusak tatanan dan aturan main yang telah disepakati bersama. Selain itu, pemilu juga mempunyai fungsi untuk membentuk suatu pemerintahan yang mempunyai legitimasi dari rakyatnya, memilih dan membentuk lembaga-lembaga perwakilan bagi warga negaranya dan yang terakhir adalah untuk memberikan pendidikan politik bagi warga negara Pemilu tahun 2004 merupakan pemilu kedua yang dilaksanakan setelah masa orde baru dan diikuti oleh banyak partai politik. Perolehan suara pada pemilu tahun 2004 memperlihatkan bahwa perilaku pemilih dalam

memilih partai politik mengalami pergeseran yang berarti, dimana pada pemilupemilu sebelumnya, perilaku pemilih didasari pada kesamaan aliran, agama, suku, maupun ideologi. Maka pada tahun 2004 dengan munculnya sejumlah partai-partai baru seperti PKS, PDS, dan Demokrat, pemilih mempunyai pilihan yang beragam dengan ideologi yang beragam pula. Munculnya partai-partai baru tersebut yang memperoleh suara diatas 5%. Dengan demikian pemilu merupakan jalan yang paling baik dan aman dibandingkan dengan cara-cara kekerasan massa. Namun pada kenyataannya, menciptakan pemilu yang jujur, adil dan bebas sangat sulit untuk dilakukan, mengingat terdapatnya berbagai kepentingan politik untuk berebut kekuasaan memperlihatkan bahwa terjadi pergeseran perilaku pemilih yang mulai mengalihkan pilihan tradisionalnya dari PPP, Golkar, PDI, PKB, PAN, PBB kepada partai-partai lain. Pada tanggal 9 Desember 205 sebenarnya telah diadakan pemilihan kepala daerah di kabupaten tasikmalaya hanya saja dikarenakan memiliki calon tunggal sehingga di tunda hingga 207 ini sesuai dengan isi undang- undang tentang pilkada 205. Melihat fenomena diatas, maka dapat kita pahami bahwa sebenarnya, Perilaku pemilih Secara sederhana dapat didefinisikan sebagai keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum melalui serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum. Kalau memutuskan memilih,apakah memilih partai atau kandidat X ataukah partai atau kandidat Y. Berkaitan dengan hal ini pilihan seseorang tentu saja dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya variabel pendidikan. Affan Gafar menyebutkan bahwa karakteristik sosial yang salah satunya adalah pendidikan akan mempengaruhi perilaku pemilih. Sejumlah ilmuan yang meneliti mengenai perilaku pemlih di Amerika memiliki temuan-temuan yang beraneka ragam terhadap pengaruh antara pendidikan dengan perilaku pemilih. Affan Gafar misalnya, hasil penelitiannya di desa Brobanti menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara pendidikan dan perilaku pemilih, tetapi pengaruh tersebut sangat lemah. Sedangkan Raymond Wolfinger dan Steven Rosenstone mendapatkan kesimpulan dari penelitiannya bahwa pendidikan merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi pilihan seseorang untuk ikut memilih atau tidak dalam pemilihan umum. Seseorang dengan pendidikan menengah hingga tinggi rata-rata memutuskan untuk ikut dalam pemilu, sebaliknya seseorang

dengan pendidikan yang rendah cendrung tinggal dirumah mereka dan tidak tertarik untuk memilih. Aspek pendidikan mampu membuat masyarakat memiliki pandangan yang luas terhadap dunia politik, perbedaan diantara masyarakat yang berpendidikan tinggi maupun rendah terlihat dari sikap dan perilaku mereka. Pendidikan akan memberikan kepercayaan diri bagi masyarakat untuk mampu mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik pemerintah yang pada akhirnya akan membawa masyarakat kepada partisipasi politik dalam level yang tinggi. Perilaku pemilih merupakan topik yang menarik untuk di teliti terkait dengan studinya yang masih sedikit dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya. Rapat pleno terbuka rekapitulasi suara pemilihan bupati dan wakil bupati Tasikmalaya yang diselenggarakan di gedung da wah islamiayah mesjid besar singaparna kabupaten tasikmalaya dihadiri oleh muspida kabupaten tasikmalaya, ketua ppk, sekretaris ppk dan seluruh anggotanya, camat, panwascam sekabupaten tasikmalaya, timkampanye, serta tokoh masyarakat kabupaten tasikmalaya yang di dalamnya menghasilkan raihan suara untuk pasangan setuju berjumlah 500.908 suara dan suara untuk tidak setuju berjumlah 242.862 suara, total suara sah berjumlah 743.773 suara dan suara tidak sah berjumlah 66.89 sehingga total suara yang masuk berjumlah 80.644 suara dengan tingkat partisipasi sebesar 60.33%. dalam pemilihan kepala daerah kabuten tasikmalaya tahun 205 DPT terbanyak dari kecamatan karangnuggal yang berjumlah 65.62 jiwa dan DPT terkecil dari kecamatan karang jaya yang berjumlah 0.22 jiwa. Tingkat partisipasi pemilih yang terbanyak dari kecamatan karang jaya sebesar 7.93% melebihi tingkat rata-rata partisipasi sekabupaten tasikmalaya yang hanya 60.33%. Yang terkecil dari kecamatan kadipaten sebesar 50.7%. Lokasi yang peneliti pilih pada penelitian ini adalah di Desa Pakemitan Kidul, yaitu sebuah desa yang terletak di kecamatan Ciawi yang memiliki tingkat partisipasi sebanyak 59.24%, Kabupaten Tasikmalaya. Di lokasi ini, terdapat tingkatan pendidikan yang heterogen, Untuk itu peneliti tertarik untuk melihat bagaiman perilaku pemilih di Desa Pakemitan Kidul meliputi pertimbangan-pertimbangan apa saja yang dilakukan pemilih dengan latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda-beda ini dalam menentukan pilihannya pada Pemilihan kepala daerah Kabupaten tasikmalaya 205.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil pengamatan dan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Penelitian ini memfokuskan pada identifikasi masalah sebagai berikut:. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap Partisipasi Politik di desa pakemitan kidul ciawi tasikmalaya. 2. Seberapa besar pengaruh perbedaan tingkat pendidikan terhadap Partisipasi Politik di desa pakemitan kidul ciawi tasikmalaya.

C. Rumusan Masalah Melalui uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi politik Masyarakat Desa Pakemitan Kidul Pada Pemilihan Kepala daerah Kabupaten Tasikmalaya 205. D. Tujuan Penelitian. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk Bagaimana Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi politik Masyarakat Desa Pakemitan Kidul Pada Pemilihan Kepala daerah Kabupaten Tasikmalaya 205. 2. Untuk mengidentifikasi Partisipasi Politik Masyarakat Desa Pakemitan Kidul Pada Pemilihan Kepala daerah Kabupaten Tasikmalaya 205. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:. Manfaat Bagi Penulis Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis dalam melihat fenomena politik yang terjadi di masyarakat. 2. Manfaat dari segi teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk menambah khazanah keimuan, mengembangkan konsep dan teori yang berhubungan dengan prilaku pemilih. Menambah informasi dan pengetahuan bagi masyarakat tentang prilaku pemilih dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. F. Definisi Operasional. Pengertian Pengaruh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 849), Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Sementara itu, Surakhmad (982:7) menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya. Jadi, dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun

benda serta segala sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apaapa yang ada di sekitarnya. 2. Prilaku Pemilih Para ahli ilmu politik menyebutkan bahwa tingkah laku individu dalam pemungutan suara pada kegiatan pemilu disebut dengan konsep perilaku pemilih (voting behavior). Harold F. Gosnell memberikan batasan sebagai berikut: Pemungutan suara adalah proses dimana seseorang anggota masyarakat dari suatu kelompok menyatakan pendapatnya dan dengan demikian ikut serta dalam menentukan konsensus diantara anggota -anggota kelompok itu dalam pemilihan seorang pejabat maupun keputusan yang diusulkan. Dengan demikian, konsep voting berkaitan dengan pemberian suara dari seorang individu dalam rangka ikut berpartisipasi dalam politik. Secara sederhana voting behavior bisa didefinisikan sebagai keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum melalui serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum. Kalau memutuskan memilih, apakah memilih partai atau kandidat X ataukah partai atau kandidat Y. Menurut Affan Gaffar, dalam menganalisis voting behavior dan untuk menjelaskan pertimbanganpertimbangan yang digunakan sebagai alasan oleh para pemilih dalam menjatuhkan pilihannya, dikenal dua macam pendekatan, yaitu Mazhab Columbia yang menggunakan pendekatan sosiologis dan mazhabmichigan yang dikenal dengan pendekatan psikologis. Selain itu terdapat pula pendekatan rational choice yang melihat perilaku seseorang melalui kalkulasi untung rugi yang didapatkan oleh orang tersebut. 3. Pengertian Pendidikan Pendekatan-pendekatan seperti pendekatan sosiologis, psikologis maupun pilihan rasional memiliki keterkaitan dengan latar belakang pendidikan seseorang. Taufik Abdullah menyebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk membina kepribadian dan kemampuan seseorang, baik itu kemampuan jasmani dan rohani yang dilakukan dalam rumah tangga, sekolah, dan dalam masyarakat agar dengan kemampuan tersebut dapat mempertahankan, mengembangkan kelangsungan hidup masyarakat.

Pendidikan formal yaitu pendidikan yang kita kenal dengan pendidikan di sekolah yang diatur bertingkat dengan syarat-syarat yang jelas. Menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dapat dibedakan berdasarkan tingkatan-tingkatan tertentu seperti: a. Pendidikan dasar awal selama 9 tahun meliputi SD/sederajat, SLTP/sederajat. b. Pendidikan lanjut : ) Pendidikan menengah minimal 3 tahun meliputi SMA atau sederajat dan; 2) Pendidikan tinggi meliputi diploma, sarjana, magister, doktor dan sepesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. 4. Partisipasi politik secara harafiah berarti keikutsertaan, dalam konteks politik hal ini mengacu pada pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Keikutsertaan warga dalam proses politik tidaklah hanya berarti warga mendukung keputusan atau kebijakan yang telah digariskan oleh para pemimpinnya, karena kalau ini yang terjadi maka istilah yang tepat adalah mobilisasi politik. Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan.

5. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara individuindividu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. 6. Kepala daerah dalam konteks Indonesia, adalah gubernur (kepala daerah provinsi), bupati (kepala daerah kabupaten), atau wali kota (kepala daerah kota). Kepala daerah dibantu oleh seorang wakil kepala daerah. Sejak tahun 2005, pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada). G. Sistematika Skripsi. Bagian Pembuka Skripsi 2. Bagian Isi Skripsi a. Bab I Pendahuluan ) Latar Belakang Masalah 2) Identifikasi Masalah 3) Rumusan Masalah 4) Tujuan Penelitian 5) Manfaat Penelitian 6) Definisi Oprasional 7) Sistematika Skripsi 3. Bab II Kajian Teori Dan Kerangka Pemikiran a. Kajian Teori ) Prilaku Pemilih 2) Pendekatan Sosiologis 3) Pendekatan Psikologis

4) Pendekatan Rasional 5) Pengertian Pendidikan b. Penelitian Terdahulu c. Kerangka Pemikiran d. Asumsi dan Hipotesis 4. Bab III Metode Penelitian a. Metode Penelitian b. Desain Penelitian c. Subjek Dan Objek Penelitian d. Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian e. Teknik Analisis Data f. Prosedur Penilaian 5. Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan a. Karakteristik Koresponden. b. Tingkat Pendidikan (variabel X). c. Variabel Perilaku Pemilih (Variabel Y). d. Pola Hubungan antar Variabel X dan Y. e. Analisa Data Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Partisipasi Politik. 6. Bab V Simpulan Dan Saran a. Kesimpulan b. Saran Dalam skripsi ini penulis membanginya dalam lima bab. Bab I akan memaparkan mengenai latar belakang masalah dan permasalahannya. Disini penulis mengangkat mengenai permasalahan bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi politik masyarakat desa pakemitan kidul pada pemilihan kepala daerah kabupaten tasikmalaya 205, yang dimana dugaan sementara penulis adanya hubungan antara tingkat pendidikan terhadap paertisipasi politik suatu daerah. Bab II akan memaparkan mengenai kajian teori dan dasar pemikiran yang di mana berisi deskripsi teoretis yang memfokuskan kepada hasil kajian atas teori, konsep, kebijakan, dan peraturan yang ditunjang oleh hasil penelitian terdahulu yg sesuai dengan masalah yg penulis teliti bagaimana

pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi politik masyarakat desa pakemitan kidul pada pemilihan kepala daerah kabupaten tasikmalaya 205. Melalui kajian teori peneliti merumuskan definisi konsep dan definisi oprasional variabel yang kemudian dilanjutkan dengan perumusan kerangka pemikiran yang menjelaskan keterkaitan dari variabel-variabel yang terikat dalam penelitian. Kemudian dalam bab III tentang metode penelitian, penulis menjelaskan secara sistematis dan terperinci langkah-langkah dan cara yang digunakan dalam menjawab permasalahan dan memperoleh simpulan dari bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi politik masyarakat desa pakemitan kidul pada pemilihan kepala daerah kabupaten tasikmalaya 205. Selanjutnya bab IV hasil penelitian dan pembahasan, penulis menyampaikan dua hal utama, yaitu temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analiis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan masalah penelitian dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Terahir adalah bab v yaitu kesimpulan dan saran, disini penulis menyimpulkan dari hasil-hasil pengkajian seluruh bab kemudian ditarik suatu uraian yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap analisis bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap partisipasi politik masyarakat desa pakemitan kidul pada pemilihan kepala daerah kabupaten tasikmalaya 205. Dan saran merupakan rekomendasi yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan, pengguna, atau kepada peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian selanjutnya, dan kepada pemecah masalah dilapangan atau follow up dari hasil penelitian.