Analisis pengaruh variasi elektroda las e6013 dan e7018 terhadap kekuatan tarik dan kekerasan pada bahan baja ss 400

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode analisa, yaitu suatu usaha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap spesimen dimasukkan kedalam Tabel IV.1 dibawah : 1 171,2 190,8-2 Logam Las 174,3 187,3 -

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Uraian langkah-langkah penelitian dapat dijabarkan ke dalam diagram alir penelitian pada Gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

PENGARUH DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN TERHADAP KEKERASAM DAN KERETAKAN PADA LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

Pengaruh Variasi Besar Arus Pengelasan dan Jenis Elektroda Las Tig

PENGARUH VARIASI ARUS LAS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN KETANGGUHAN LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA NSN308

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENGARUH ARUS PENGELASAN SMAW PADA MATERIAL BAJA KARBON RENDAH TERHADAP KEKUATAN MATERIAL HASIL SAMBUNGAN

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Analisa Pengaruh PerubahanParameter Arus Pada PengelasanMaterial Plat Astm A36 Terhadap Sifat Mekanik DenganPengelasan Smaw

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

VARIASI KUAT ARUS LAS SMAW TERHADAP NILAI KEKERASAN DAN UJI TARIK PADA BAJA ST 40

ANALISA PENGARUH ARUS PENGELASAN SMAW PADA MATERIAL BAJA KARBON RENDAH TERHADAP KEKUATAN MATERIAL HASIL SAMBUNGAN. Abdul Hamid

PENGARUH KUAT ARUS LISTRIK PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA E7016

BAB III METODE PENELITIAN

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

ANALISIS PENGARUH VARIASI ELEKTRODA LAS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAHAN BAJA SS 400 TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

PENGARUH SUDUT ELEKTRODA PADA PROSES PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH. La Ode Sabaruddin

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

PENGARUH PENDINGINAN CAIRAN RADIATOR COOLANT (RC) AHM TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL PENGELASAN SMAW PADA PLAT BAJA ST 37

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

PENGARUH BENTUK KAMPUH DAN JENIS ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 SKRIPSI

PENGARUH POLA GERAKAN ELEKTRODE DAN POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKERASAN HASIL LAS PADA BAJA ST60

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

PENGARUH WAKTU DAN JARAK TITIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP KEKUATAN GESER HASIL SAMBUNGAN LAS

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

ANALISA PENGARUH VARIASI KUAT ARUS DAN JARAK PENGELASAN TERHADAP NILAI KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON RENDAH DENGAN ELEKTRODA 6013 METODE ANAVA

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

JURNAL. Oleh : BAGUS DWI CAHYONO NPM: Dibimbing oleh: 1. Fatkur Rhohman, M.Pd 2. M. Muslimin Ilham, M.T

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

Pengelasan dan Pengujian Tarik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

Transkripsi:

Dinamika Teknik Mesin 7 (2017) 73-79 Analisis pengaruh variasi elektroda las e6013 dan e7018 terhadap kekuatan tarik dan kekerasan pada bahan baja ss 400 M. Abdus Shomad*, M. Shahar Mushfi Teknik Mesin Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jln Kampus Terpadu UMY Jl.Lingkar Selatan Tamantirto, Bantul Yogyakarta Telpon (0274) 38765; ext 265, (0274) 387646 psw.186. *Email : abdusshomad@umy.ac.id /somach80@gmail.com ARTICLE INFO ABSTRACT Article History: Received February 2017 Accepted October 2017 Available online 30 December 2017 Keywords: Electrode SMAW Tensile strength Hardnes SS 400 In cooperation with SNMI XI 2017 Special Edition Development of technology in the field of construction is increasingly advanced today, will not be separated from technology or welding techniques because it has a very important role in engineering and metal repairs.this study aims to determine the effect of electrode to tensile strength and hardness of SMAW welding on SS 400 steel. The material is given welding treatment with electrode variation E6013 and E7018 diameter of 3.2 mm by using SMAW DC reverse polarity ie the electrode holder is connected to positive pole and the parent metal is connected With a negative pole. The type of camp used is V. The highest tensile strength occurred in the specimens of raw materials that amounted to 432.49 MPa which increased by 10.41 MPa from group E7018. The highest yield strength occurred in the raw materials specimens of 308.53 MPa which had an increase of 9.31 MPa from the E7018 electrode variation group. The highest hardness level occurs in the weld metal part of E7018 electrode variation group that is equal to 189.6 kg /mm 2. PENDAHULUAN Negara Indonesia termasuk salah satu negara yang mempunyai potensi pengembangan dibidang konstruksi dan manufaktur. Sektor konstruksi dan manufaktur memiliki peranan penting dalam perekonomian negara karena mempengaruhi sebagian besar sektor perekonomian negara dan merupakan kontributor penting bagi proses pembangunan infrastruktur yang menyediakan fondasi fisik di mana upaya pembangunan dan peningkatan standar kehidupan dapat terwujud. Oleh karena itu, seiring dengan persiapan sektor konstruksi dan manufaktur menuju perkembangan lebih lanjut, kebutuhan akan material logam dan baja merupakan potensi bisnis yang dapat berpotensi pendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Kemajuan teknologi pengelasan logam memberikan dampak yang positif terhadap kemudahan manusia dalam menjalankan aktifitas kehidupannya. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan di bidang konstruksi dan logam, tidak 73

akan terlepas dari teknologi atau teknik pengelasan karena mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi logam. Pembangunan konstruksi dengan logam pada zaman modern seperti saat ini banyak melibatkan unsur pengelasan khususnya dalam bidang rancang bangun yang sangat memerlukan ketrampilan yang tinggi bagi pengelasnya agar diperoleh sambungan las dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan standar yang berlaku. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi pembuatan jembatan, pengelasan kapal, rangka baja, sarana transportasi, rel kereta api, sarana transportasi, pipa saluran, dan sebagainya. Mengelas menurut Wiryosumarto (2000) adalah suatu aktifitas menyambung dua bagian benda atau lebih dengan cara memanaskan atau menekan atau gabungan dari keduanya sedemikian rupa sehingga menyatu seperti benda utuh. Penyambungan bisa dengan atau tanpa bahan tambah (filler metal) yang sama atau berbeda titik cair maupun strukturnya. Hasil penelitian Santoso (2011) pengaruh arus listrik terhadap kuat pengelasan terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro las SMAW dengan elektroda E7016 dengan metode penelitian eksperimental. Untuk memperoleh hasil tentang analisis besarnya kekuatan tarik dan struktur mikro baja karbon rendah yang telah mengalami pengelasan SMAW dengan variasi kuat arus, material yang dipakai adalah baja karbon rendah. Hasil kekuatan tarik sambungan las raw material 36,711 kgf/mm2. nilai kekuatan tarik dengan kuat arus pengelasan 100 Amper yaitu 31,863 kgf/mm2. Sedangkan dengan kuat arus pengelasan 125 Amper 40,827 kgf/mm2. Pada kuat arus pengelasan 150 Amper 48,503 kgf/mm2. Struktur mikro logam induk terdiri dari perlit dan ferrit, struktur mikro daerah HAZ. Struktur mikro daerah HAZ dan logam las dengan kuat arus pengelasan 150 Ampere terdiri dari bainit dan widmanstatten ferrite. Struktur mikro daerah HAZ dan logam las dengan kuat arus pengelasan 100 dan 125 Ampere terdiri dari asutenit sisa dan widmanstatten ferrite. Hasil penelitaan Prasetyo (2006) terhadap kekuatan tarik dari sambungan las baja tahan karat AISI 304 dengan baja karbon rendah SS 400. Tegangan maksimum dari sambungan las ini adalah 455,52 Mpa, sedangkan tegangan luluhnya adalah 411,83 Mpa. Reduksi penampang yang terjadi sebesar 46,07%. Hasil penelitian Santoso (2005) terhadap pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan tarik dan ketangguhan las SMAW terhadap elektroda E7018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan tarik, kekerasan, struktur mikro dan ketangguhan baja paduan rendah hasil pengelasan SMAW dengan elektroda E7018, penelitian ini memakai 3 jenis variasi arus yaitu 100 amper, 130 amper dan 160 amper. Data yang telah diperoleh dari penelitian ini dari 3 jenis variasi ditunjukan kelompok variasi 130 amper yang terlihat memiliki nilai paling tinggi dari semua pengujian karena struktur mikro ferit acicular lembut yang berupa bilah-bilah menyilang lebih optimal, sehingga menahan rambatan retak yang terjadi. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan penelitian Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: las SMAW dengan variasi elektroda E7018 dan E6013. Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam eksperimen ini adalah sebagai berikut: 1. Bahan yang digunakan adalah plat baja karbon rendah SS 400. 2. Ketebalan plat 10 mm. 3. Elektroda yang digunakan adalah jenis E7018 dan E6013. 4. Posisi pengelasan dengan menggunaklan posisi bawah tangan. 5. Arus pengelasan yang digunakan adalah 70-130 Ampere. 6. Kampuh yang digunakan jenis kampuh V terbuka, jarak celah plat 2 mm, tinggi akar 2 mm dan sudut kampuh 70º. 7. Bentuk spesimen mengacu pada standar JIS Z untuk pengujian kekerasan. 8. Bentuk spesimen mengacu pada standar JIS Z 2201 untuk pengujian tarik. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian a. Persiapan Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah baja karbon rendah SS 400 dengan ukuran panjang 200 mm, lebar 100 mm, tebal 10 mm. Elektroda jenis E7018 dan E6013 dengan diameter 3,2 mm. b. Persiapan Alat-alat 1. Mesin gergaji beserta kelengkapannya 2. Mesin sekrap 3. Mesin frais 4. Peralatan pengelasan 5. Mesin las SMAW DC 6. Mesin gerinda tangan 7. Penggaris 8. Kikir 9. Mesin uji struktur mikro 10. Mesin uji kekerasan 11. Stopwatch 12. Pengukur sudu 74

2. Pembuatan Kampuh V terbuka Pembuatan kampuh V terbuka dengan menggunakan mesin frais. Bahan yang telah dipersiapkan dipotong dengan mesin gergaji, dengan ukuran panjang 200 mm dan lebar 100 mm sebanyak dua buah, setelah bahan dipotong kemudian permukaan digambar dengan spidol, tepi permukaan diukur sedalam dua mm dan di ukur sudut 35º. Setelah bahan digambar bahan dicekam dan dilakukan pengefraisan dengan sudut 35º. 3. Proses Pengelasan Benda. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengelasan adalah: a. Mempersiapkan mesin las SMAW DC sesuai dengan pemasangan polaritas terbalik. b. Mempersiapkan benda kerja yang akan dilas pada meja las. c. Posisi pengelasan dengan menggunakan posisi pengelasan mendatar atau bawah tangan. d. Posisi pengelasan dengan menggunakan posisi pengelasan mendatar atau bawah tangan. e. Mempersiapkan elektroda sesuai dengan arus dan ketebalan plat, dalam penelitian ini dipilih elektroda jenis E7018 dan E6013 dengan diameter elektroda 3,2 mm. f. Menyetel ampere meter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang digunakan untuk menjepit elektroda. Mesin las dihidupkan dan elektroda digoreskan sampai menyala. Ampere meter diatur pada angka 130 A. Selanjutnya mulai dilakukan pengelasan untuk spesimen dengan arus 130 A, bersamaan dengan hal itu dilakukan pencatatan waktu pengelasan. 4. Pembuatan spesimen Mengacu standar JIS Z 2201 1981 untuk pengujian kualitas kekuatan tarik bahan, penulis memilih spesimen dengan standart ini karena sesuai dengtan dimensi benda yang di pakai dalam penelitian ini. Setelah proses pengelasan selesai maka dilanjutkan pembuatan spesimen sesuai JIS Z 2201 1981, yang nantinya akan diuji tarik, langkahlangkahnya sebagai berikut: 1) Meratakan alur hasil pengelasan dengan mesin frais. 2) Bahan dipotong-potong dengan ukuran panjang 200 mm dan lebar 22 mm. 3) Membuat gambar pada kertas yang agak tebal atau mal mengacu ukuran standar JIS Z 2201 1981. 4) Gambar atau mal ditempel pada bahan selanjutnya dilakukan pengefraisan sesuai dengan bentuk gambar dengan menggunakan pisau frais diameter 60 mm. 5) Bahan yang sudah terbentuk tersebut dirapikan permukaannya dengan kikir yang halus, selanjutnya benda diampelas sampai halus. Mengacu standar JIS Z 2202 1980. Setelah proses pengelasan selesai maka dilanjutan pembuatan spesimen sesuai JIS Z 2202 1980, yang nantinya akan diuji kekerasan, penulis memilih spesimen dengan standart ini karena sesuai dengtan dimensi benda yang di pakai dalam penelitian ini, langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Meratakan alur pengelasan menggunakan mesin frais. 2) Bahan dipotong dengan lebar 58 x 12 x 12 mm. Setelah itu difrais untuk mendapatkan ukuran sesuai standar JIS Z 2202 1980. 3) Setelah proses selesai kemudian benda kerja dirapikan dengan kikir dan dihaluskan menggunakan ampelas. 4) Setelah diampelas untuk mendapatkan permukaan yang lebih halus maka diberi autosol. 5) Benda yang telah diberi autosol dimasukkan kedalam cairan etza dan kemudian dibilas dengan alkohol dan air sehingga kita dapat melihat daerah logam lasnya. 6) Setelah didapat daerah logam lasnya maka pada daerah itu diberi takikan sesuai dengan sesuai dengan standar JIS Z 2202 1980. 5. Pengujian tarik Prosedur dan pembacaan hasil pada pengujian tarik adalah sebagai berikut. Benda uji dijepit pada ragum uji tarik, setelah sebelumnya diketahui penampangnya, panjang awalnya dan ketebalannya. Gambar 1. Mesin uji tarik hydrolic servo pulser 75

Keterangan gambar : 1. Batang hidrolik 2. Dudukan ragu 3. Ragum atas 4. Ragum bawah 5. Pembacaan skala 6. Meja plotter 1. Pengujian Kekerasan Spesimen yang telah jadi, selanjutnya digunakan untuk pengujian kekerasan. Spesimen sebelumnya dipoles terlebih dahulu dengan menggunakan autosol, kemudian dietsa jenis HNO 3. Langkah pengujian: a. Memasang indentor piramida intan. b. Penekanan piramida intan 136º dipasang pada tempat indentor mesin uji, kencangkan secukupnya agar penekan intan tidak jatuh. c. Memberi garis warna pada daerah logam las, HAZ dan logam induk yang akan diuji. d. Meletakkan benda uji di atas landasan. e. Menentukan beban utama sebesar 1kgf. f. Menentukan titik yang akan diuji. g. Menekan tombol indentor. h. Pengukur diagonal bekas injakan indentor i. Tuas penggerak kiri-kanan spesimen j. Tombol identor 4) Tuas penggerak maju-mundur specimen 5) Pengukur diagonal bekas injakan indentor 6) Tuas penggerak kiri-kanan spesimen 7) Tombol indentor HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian kekerasan menghasilkan data dari nilai kekerasan dari spesimen kelompok raw materials dan kelompok variasi elektroda. Nilai kekerasan dari setiap spesimen dimasukkan kedalam Tabel dibawah: Tabel 1. Hasil uji kekerasan vickers variasi elektroda E6013 dan E70. NO Daerah Specimen E6013 E7018 RAW Materials - Logam 172,2 189,6 1 Las 2 HAZ 154,5 153,6-3 Logam Induk - - 141.6 Gambar 3. Menunjukan nilai kekerasan elektroda E6013. Gambar 2. Mesin uij kekerasan mikro Vickers Keterangan gambar: 1) Lensa 2) Indentor Vickers 3) Landasan specimen Gambar diatas menunjukan bahwa titik 1 sampai 3 adalah nilai untuk kekerasan daerah logam las nilai rata-ratanya dalah 172,2 kg/mm 2. Titik 4 sampai 6 adalah daerah HAZ yang mempunyai kekerasan rata-rata 154,5 kg/mm 2. Sedangkan pada titik 6 sampai 9 adalah daerah logam induk karena dalam pengujian ini daerah logam induk hanya di uji pada spesimen raw 76

materials jadi tidak ada pada spesimen E6013. Nilai kekerasan tertinggi pada spesimen dengan variasi elektroda E6013 terletak di daerah logam las yaitu sebesar 174,3 kg/mm 2. penelitian ini. Hasil pengujian tarik pada umumnya adalah parameter kekuatan (kekuatan tarik dan kekuatan luluh), parameter keliatan atau keuletan yang ditunjukkan dengan adanya persentase perpanjangan dan persentase kontraksi atau reduksi penampang. Pengujian dengan menggunakan mesin servopulser pada skala beban 10 ton dan suhu kamar. Spesimen pengujian terdiri dari pengujian tarik untuk kualitas kekuatan tarik baja paduan rendah SS 400 hasil pengelasan SMAW dengan variasi elektroda E7018 dan E6013. Tabel 2. Hasil uji tarik variasi elektroda E6013 dan E7018 Gambar 4. Menunjukan nilai kekerasan elektroda E7018. Gambar diatas menunjukan bahwa titik 1 sampai 3 adalah nilai untuk kekerasan daerah logam las nilai rata-ratanya dalah 189,6 kg/mm 2. Titik 4 sampai 6 adalah daerah HAZ yang mempunyai kekerasan rata-rata 153,6 kg/mm 2. Sedangkan pada titik 6 sampai 9 adalah daerah logam induk karena dalam pengujian ini daerah logam induk hanya di uji pada spesimen raw materials jadi tidak ada pada spesimen E7018. Nilai kekerasan tertinggi pada spesimen dengan variasi elektroda E7018 terletak di daerah logam las yaitu sebesar 190,8 kg/mm 2. Data dari tabel 2, pengujian tarik selanjutnya akan dimasukkan kedalam diagram batang seperti dibawah ini: Gambar 5. Nilai kekerasan Gambar diatas merupakan gabungan nilai kekerasan hasil pengelasan dengan variasi elektroda E6013, E7018 dan raw materials. Nilai kekerasan dari elektroda E7018 merupakan nilai kekerasan spesimen paling tinggi diantara variasi elektroda E6013 dan raw materials. 1. Hasil Uji Kekuatan Tarik Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari material baja paduan rendah SS 400 sebagai material uji dalam Gambar 6. Diagram hasil kekuatan tarik Nilai kekuatan tarik untuk raw materials adalah 432,49 MPa. Nilai kekuatan tarik untuk kelompok elektroda E6013 adalah 283,80 MPa, ini berarti mengalami penurunan sebesar 148,69 MPa dari raw materials. Nilai kekuatan tarik untuk kelompok elektroda E7018 adalah 422,08 MPa, hal ini juga mengalami penurunan sebesar 10,41 MPa dari kelompok raw materials dan mengalami kenaikan sebesar 138,28 MPa dari kelomopok elektroda E6013. 77

Gambar 7. Diagram untuk tegangan luluh. Data dari gambar 6 menunjukan bahwa nilai tegangan luluh untuk raw materials adalah 308,53 MPa. Nilai tegangan luluh untuk kelompok elektroda E6013 adalah 284,33 MPa, ini berarti mengalami penurunan sebesar 24,20 MPa dari raw materials. Nilai tegangan luluh untuk kelompok elektroda E7018 adalah 299,22 MPa, hal ini juga mengalami penurunan sebesar 9,31 MPa dari kelompok raw materials dan mengalami kenaikan sebesar 14,89 MPa dari kelomopok elektroda E6013. Gambar 7. Diagram perpanjangan Data dari gambar 7 menunjukan bahwa nilai perpanjangan untuk raw materials adalah 35,6 %. Nilai perpanjangan untuk kelompok elektroda E6013 adalah 4,8 %, ini berarti mengalami penurunan sebesar 30,8 % dari raw materials. Nilai perpanjangan untuk kelompok elektroda E7018 adalah 20,6 %, hal ini juga mengalami penurunan sebesar 15 % dari kelompok raw materials dan mengalami kenaikan sebesar 15,8 % dari kelomopok elektroda E6013. Pembahasan Data dari hasil penelitian diketahui ada perbedaan kekerasan dan kekuatan tarik dari kelompok raw materials dan kelompok yang dikenai proses pengelasan dengan variasi elektroda, yaitu E6013 dan E7018. Data dari hasil pengujian kelompok variasi elektroda E6013 mempunyai ketangguhan paling kecil dibandingkan dengan kelompok variasi elektroda E7018 dan raw materials. Ini terbukti data yang di peroleh dari uji tarik dan kekerasan bahwa kelompok variasi elektroda E6013 mempunyai nilai ketangguhan paling kecil. Pengujian yang pertama adalah pengujian tarik untuk kelompok elektroda E6013 nilai kekuatan tarik, tegangan luluh dan reduksi penampang untuk kualitas baja paduan rendah SS 400 mempunyai nilai yang paling kecil diantara kelompok elektroda E7018 dan raw material. Hal ini disebabkan beberapa faktor salah satu penyebabnya adalah karena jenis elektroda E6013 mempunyai kekuatan tarik yang lebih rendah dibandingkan dengan elektroda E7018, hal tersebut bisa dilihat dari dua digit kode angka pertama yaitu 60 yang berarti kekuatan tariknya sebesar 60000 psi dibandingkan dengan elektroda E7018 yang dimana kode angka dua digit pertamanya adalah 70 yang berarti kekuatan tariknya adalah 70000 psi. Selain karena kekuatan tariknya yang berbeda antara elektroda E6013 dan E7018 hal yang mempengaruhi kenapa nilai kekuatan tarik elektroda E6013 lebih rendah dibandingkan dengan E7018 adalah terletak pada selaput elektroda tersebut untuk elektroda E7018, selaput elektroda jenis ini adalah serbuk besi mengandung hydrogen yang rendah kurang dari 5%, sehingga deposit las dapat bebas dari porositas. Sehingga ketika saat proses pengelasan cairan logam akan lebih mudah terlihat maka dari itu tingkat porositas akan lebih berkurang. Jika dibandingakan dengan jenis elektroda E6013 berselaput rutil sehingga proses menembusannya sedang, antara fluks dengan cairan logam akan susah untuk dilihat maka dari itu tingkat porositas akan lebih tinggi, jadi kemungkinan untuk terak terperangkam dalam logam las akan lebih tinggi. Pengujian yang kedua adalah uji kekerasan, pada daerah logam las spesimen variasi elektroda E7018 terjadi nilai kekerasan yang tinggi dibandingkan dengan yang lainnya, hal ini disebabkan kandungan dalam elektroda E7018 adalah low hydrogen sehingga mempengaruhi proses pendinginan logam las, karena elektroda E7018 mempunyai hydrogen yang rendah maka 78

proses pendinginan akan lebih cepat sehingga logam las akan menjadi lebih keras. Beda dengan elektroda E6013 yang kadar hydrogennya tidak lebih rendah dari pada elektroda E7018 maka proses pendinginan yang terjadi tidak secepat pada spesimen variasi elektroda E7018, sehingga tingkat kekerasannya lebih rendah jika dibandingkan dengan spesimen elektroda E7018. KESIMPULAN 1. Nilai rata-rata kekuatan tarik, tegangan luluh dan regangan untuk spesimen variasi elektroda E6013 mepunyai nilai yang paling rendah jika dibandingkan dengan kelompok lainnya yaitu sebesar 283,80 Mpa untuk kekuatan tarik, mengalami penurunan sebesar 148,69 Mpa dari kelompok raw materials dan mengalami penurunan sebesar 138,28 Mpa dari kelompok variasi elektroda E7018. Nilai untuk tegangan luluh sebesar 284,33 Mpa, mengalami penurunan sebesar 24,20 Mpa dari kelompok raw materials dan mengalami penurunan sebesar 14,89 Mpa dari kelompok variasi elektroda E7018. Nilai untuk regangan sebesar 4,8 %, mengalami penurunan sebesar 30,8 % dari kelompok raw materials dan mengalami penurunan sebesar 15,8 % dari kelompok variasi elektroda E7018. 2. Nilai rata-rata kekuatan tarik, tegangan luluh dan regangan untuk spesimen raw materials mempunyai nilai yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kelompok lainnya yaitu sebesar 432,49 Mpa untuk kekuatan tarik, mengalami kenaikan sebesar 148,69 Mpa dari kelompok variasi elektroda E6013 dan mengalami kenaikan sebesar 10,41 Mpa dari kelompok variasi elektroda E7018. Nilai untuk tegangan luluh sebesar 308,53 Mpa, mengalami kenaikan sebesar 24,20 Mpa dari kelompok variasi elektroda E6013 dan mengalami kenaikan sebesar 9,31 Mpa dari kelompok variasi elektroda E7018. Nilai untuk regangan sebesar 35,6 %, mengalami kenaikan sebesar 30,8 % dari kelompok variasi elektroda E6013 dan mengalami kenaikan sebesar 15 % dari kelompok variasi elektroda E7018. 3. Nilai rata-rata kekerasan untuk spesimen raw materials mempunyai nilai yang paling rendah jika dibandingkan dengan kelompok lainnya yang terletak pada logam induk yaitu sebesar 141,6 kg/mm 2. 4. Nilai rata-rata kekerasan untuk spesimen variasi elektroda E7018 mempunyai nilai kekerasan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kelompok lainnya yang terletak pada bagian logam las yaitu sebesar 189,6 kg/mm 2. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu baik berupa materi maupun pikiran sehingga penelitian dan paper ini dapat terselesaikan. Yang kedua penulis mengucapkan terimakasih kepada LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas bantuan dana penelitian melalui program penelitian dosen muda tahun 2017. Yang ke tiga penulis mengapresiasi Jurusan D3 Teknik Mesin Program Vokasi UMY atas fasilitas yang dipergunakan dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Prasetyo H., 2006, Kekuatan tarik dari sambungan las baja tahan karat AIS 304 dengan baja karbon rendah SS 400, Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Santoso J., 2005, Pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan tarik dan ketangguhan las SMAW dengan elektroda E7018, Skripsi, Universitas Negri Semarang. Santoso T., 2011, Pengaruh arus listrik terhadap kuat pengelasan terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro las SMAW dengan elektroda E7016, Skripsi, Universitas Negri Malang. Wiryosumarto, 2000, Teknologi pengelasan logam, Pradnya Paramita, Jakarta. 79