BAB I PENDAHULUAN. Mengacu pada fase usia remaja di atas, siswa Sekolah Menengah Atas. seperti kebutuhan akan kepuasan dan kebutuhan akan pengawasan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupanya tidak akan terlepas dari pendidikan.

pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat diri mereka berbeda dari orang lain. Tingkat lanjutan dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR DIAGRAM... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Oleh

ii

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru menempati posisi dan peran penting dalam pendidikan, karena guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan di bidang pendidikan telah dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung di dalam kelas dan di dalamnya terjadi pola interaksi antara guru dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang dimilikinya.oleh karena itu, sangat diperlukan adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. bidang-bidang lainnya) dapat dinikmati oleh masyarakat sebagai konsumsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, agar dapat menciptakan sumber. peningkatan terhadap kualitas pendidikan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. terkait antara individu dan interaksi antara kelompok. Berbagai proses sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. ini kita semua pasti pernah merasakan tekanan-tekanan batin akibat kesalahan

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMPN 1 UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang. maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia menurut kodratnya merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia menurut (Marin, 2008) pada dasarnya terdiri

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat pada setiap manuasia,

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan manusia melalui kegiatan pengajaran dan pelatihan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Mei sampai 28 Mei 2014 di SDIT

BAB I PENDAHULUAN. PAUD diberikan melalui kegiatan bermain seraya belajar. Pada saat bermain

ABSTRAK. Kata kunci : kecerdasan emosional, tahap perkembangan remaja akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan adalah tercapainya prestasi belajar siswa yang baik. siswa, guru, orang tua siswa maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan dan fungsi sentral. Seluruh kegiatan pendidikan berupa bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. orang orang yang terlibat di dalamnya. Untuk itu, selain sebagai pengembang

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat melahirkan sumber daya manusia yang terdidik. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan merupakan anugerah Allah Subhanahuwatallah yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. maupun dari luar diri (eksternal) individu. Faktor internal sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bagi sebahagian besar orang pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, sehingga menjadi seorang yang terdidik. Menurut Sagala (2009:1) Pendidikan berarti menghasilkan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya dalam rentang kehidupan, setiap manusia mengalami beberapa tahap perkembangan. Salah satu tahapan yang dijalani individu yaitu masa remaja. Djaali (2014) menyatakan bahwa perkembangan pada masa remaja berkisar antara 15 sampai dengan 20 tahun. Tentu saja fase-fase tersebut disertai dengan ciri atau karakteristik tersendiri. Mengacu pada fase usia remaja di atas, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk ke dalam fase remaja. Oleh karena itu, siswa SMA juga dihadapkan pada tugas perkembangan remaja pada umumnya. Dalam proses perkembangan tersebut, masa remaja umumnya ditandai dengan adanya perluasan hubungan, tidak hanya dengan keluarga tetapi dengan teman sebaya atau teman sekelas yang menyebabkan ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas. Agar hubungan antar individu dapat terjalin secara harmonis dengan lingkungan sosialnya, maka dituntut untuk mampu melakukan interaksi sosial yang baik. Melalui interaksi sosial tersebut, individu dapat memenuhi kebutuhan sosialnya, seperti kebutuhan akan kepuasan dan kebutuhan akan pengawasan. Membina interaksi sosial yang baik di lingkungan sekolah haruslah dikembangkan. Karena, apabila interaksi sosial yang dilakukan siswa dengan lingkungan sosialnya bersifat positif, maka hal tersebut akan sangat berguna bagi perkembangan sosial siswa tersebut. Misalnya, siswa akan merasa percaya diri, 1

2 nyaman dan hubungan antar pribadi siswa di sekolah pun dapat terjalin dengan baik. Akan tetapi, apabila interaksi sosial yang dilakukan siswa dengan lingkungan sosialnya bersifat negatif, maka hal tersebut dapat membentuk hal hal negatif pada diri dan juga perkembangan sosial siswa. Perlu diketahui bahwa karakter pada diri siswa berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada beberapa siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, namun tidak jarang siswa mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Bagi siswa yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, maka cenderung memiliki lebih banyak teman dibandingkan siswa yang mengalami kesulitan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Apabila hal tersebut terus dibiarkan, maka hal ini akan berdampak buruk bagi perkembangan psikologis siswa. Goleman (dalam Nurfadhilah, 2015:2) menyatakan bahwa apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau berempati, maka orang tersebut akan memiliki tingkat emosional yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dan berinteraksi dalam pergaulan serta lingkungan sosialnya. Hal ini berarti individu yang dapat melakukan interaksi sosial yang baik adalah individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Maka, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan interaksi sosial siswa. Hal ini berarti dengan adanya keceradasan emosional yang tinggi, maka akan semakin tinggi pula kualitas interaksi sosialnya.

3 Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawarti (2015) dimana berdasarkan penelitiannya dikatahui bahwa hasil r hitung sebesar 0,774 lebih besar dari hasil r tabel dengan taraf signifikansi 0,05 atau 5% sebesar 0,356. Diartikan bahwa semakin baik kecerdasan emosional siswa maka semakin baik pula interaksi sosial siswa tersebut. Penelitian ini kemudian diperkuat oleh Sugiyah (2015) yang menyatakan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin tinggi pula interaksi sosialnya. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin rendah pula interaksi sosialnya. Namun perlu diketahui, bahwa kecerdasan emosional bukanlah satusatunya hal yang penting untuk dikuasai individu dalam melakukan interaksi sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Jika orang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya ia akan merasa terisolasi dari masyarakatnya. Komunikasi merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi. Hal ini berarti semakin tinggi kualitas komunikasi interpersonal siswa, maka semakin tinggi pula kualitas interaksi sosial siswa tersebut. Pernyataan di atas didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Rozziana (2014) dimana dinyatakan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal terhadap interaksi sosial. Hal ini berarti, semakin meningkat kualitas komunikasi interpersonal siswa maka semakin meningkat pula kualitas interaksi sosialnya. Begitu juga sebaliknya, jika

4 kualitas komunikasi interpersonal siswa semakin menurun maka semakin menurun pula kualitas interaksi sosialnya. Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti di SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan, terlihat bahwa siswa-siswanya memiliki kemampuan interaksi sosial yang kurang baik. Misalnya saja, ketika proses diskusi berjalan siswa tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas, pada saat diskusi siswa kurang aktif untuk menyampaikan pendapat, siswa kurang dapat menoleransi teman yang berbeda pendapat dengan dirinya, siswa terkadang lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri ketika sedang bersama siswa yang lain, siswa kurang menghargai perbedaan kebudayaan antara dirinya dengan siswa yang lain, siswa kurang dapat memotivasi siswa yang lain yang mengalami kekalahan, siswa tidak pernah menceritakan rahasia siswa yang lain kepada orang lain, siswa sering berkelahi dengan siswa lain, dan siswa sering mengecewakan siswa yang lain. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil tabulasi data dan distribusi frekuensi atas angket observasi awal yang telah disebarkan oleh peneliti ke 133 populasi penelitian. Berikut datanya:

5 Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Observasi Interaksi Sosial Alternatif Jawaban Jumlah NO A=4 B=3 C=2 D=1 Rata-rata F SC F SC F SC F SC F SC 1 12 48 70 210 49 98 2 2 133 358 2,691729 2 8 32 50 150 65 130 10 10 133 322 2,421053 3 11 44 45 135 71 142 6 6 133 327 2,458647 4 17 68 49 147 63 126 4 4 133 345 2,593985 5 12 48 60 180 55 110 6 6 133 344 2,586466 6 6 24 48 144 79 158 0 0 133 326 2,451128 7 18 72 54 162 51 102 10 10 133 346 2,601504 8 6 24 33 99 71 142 23 23 133 288 2,165414 9 7 28 51 153 62 124 13 13 133 318 2,390977 10 9 36 66 198 51 102 7 7 133 343 2,578947 11 19 76 56 168 56 112 2 2 133 358 2,691729 12 9 36 49 147 55 110 20 20 133 313 2,353383 13 9 36 30 90 67 134 27 27 133 287 2,157895 14 5 20 43 129 77 154 8 8 133 311 2,338346 15 9 36 36 108 60 120 28 28 133 292 2,195489 Total 4878 36,67669 Rata-Rata 2,445113 Sumber : Hasil Tabulasi Data Observasi Awal Berdasarkan hasil analisis data observasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial siswa kelas XI IPS SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan T.A. 2016/2017 tergolong kategori kurang baik dengan nilai rata-rata 2,44.

6 Berdasarkan tingkat kecenderungannya, maka dapat diketahui sebanyak 10 siswa (7,52%) mempunyai interaksi sosial yang sangat baik, 30 siswa (22,56) mempunyai interaksi sosial yang baik, 70 siswa (52,63%) mempunyai interaksi sosial yang kurang baik,dan 23 siswa (17,29%) mempunyai interaksi sosial yang tidak baik. Mengingat bahwa pentingnya kecerdasan emosional dan komunikasi interpersonal guna meningkatkan kualitas interaksi sosial siswa, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Interaksi Sosial Siswa Kelas XI IPS SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ketika proses diskusi berjalan siswa tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan jelas. 2. Pada saat diskusi siswa kurang aktif untuk menyampaikan pendapat. 3. Siswa kurang dapat menoleransi teman yang berbeda pendapat dengan dirinya. 4. Siswa terkadang lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri ketika sedang bersama siswa yang lain. 5. Siswa kurang menghargai perbedaan kebudayaan antara dirinya dengan siswa yang lain.

7 6. Siswa kurang dapat memotivasi siswa yang lain yang mengalami kekalahan. 7. Siswa tidak pernah menceritakan rahasia siswa yang lain kepada orang lain. 8. Siswa sering berkelahi dengan siswa lain. 9. Siswa sering mengecewakan siswa yang lain. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi masalah yang diteliti agar penelitian tidak terlalu luas, Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu : 1. Kecerdasan emosional, komunikasi interpersonal dan interaksi sosial yang diteliti adalah kecerdasan emosional, komunikasi interpersonal dan interaksi sosial pada siswa kelas XI IPS SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan T.A.2016/2017. 1.4 Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan interaksi sosial pada siswa kelas XI IPS SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan T.A.2016/2017? 2. Apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal dengan interaksi sosial pada siswa kelas XI IPS SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan T.A.2016/2017? 3. Apakah terdapat pengaruh antara yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan komunikasi interpersonal terhadap interaksi

8 sosial pada siswa kelas XI IPS SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan T.A.2016/2017? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan interaksi sosial pada siswa kelas XI IPS SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan T.A.2016/2017. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal dengan interaksi sosial pada siswa kelas XI IPS SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan T.A.2016/2017. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dan komunikasi interpersonal terhadap interaksi sosial pada siswa kelas XI IPS SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan T.A.2016/2017. 1.6 Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan di atas, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang pengaruh kecerdasan emosional dan komunikasi interpersonal terhadap interaksi sosial siswa. b. Sebagai bahan masukan bagi guru (sekolah) dan siswa untuk mengoptimalkan kualitas kecerdasan emosional dan komunikasi interpersonal.

9 c. Sebagai referensi dan masukan bagi civitas akademik Universitas Negeri Medan maupun pihak lain yang ingin melakukan penelitian.