BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidupnya. Manusia moderen seharusnya mampu memadukan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kebijakan-kebijakan baru, salah satunya yaitu pertukaran pelajar antar negara pada

BAB II KAJIAN TEORI. dari lingkungan luar maupun dari dalam diri individu itu sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini remaja telah terkontaminasi dengan perkembangan

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. diberi muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN STRATEGI COPING STRES BELAJAR PADA MAHASANTRI SUNAN AMPEL AL ALY UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Oleh :

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB I PENDAHULUAN. Sampai pada hari ini masyarakat Indonesia belum terlepas dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama yang tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran di Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi

juga orang baru dan pemula. Bagi mereka kondisi selama sebelum dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. stress. Seperti kehidupan normal pada umumnya, kehidupan di perguruan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, khususnya individu yang telah menyandang gelar Strata Satu atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga

Ma'had al Jamiáh dan Pembinaan Karakter Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. di pesantren. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. cerminan dari peradaban manusia dan merupakan sesuatu yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi oleh seseorang, mulai dari konflik pribadi maupun konflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN)

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB I PENDAHULUAN. dipahami atau usaha-usaha lain seperti kuliah lapangan,penelitian,dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kurang berkembang karena mereka tidak mengaktualisasikan seluruh potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik maupun mental. Tetapi tidak semua anak terlahir normal, anak yang tidak

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia ingin untuk melakukan perubahan yang lebih baik pada aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern yang makin kompleks, manusia akan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang disusun di bawah bimbingan seorang dosen yang memenuhi kualifikasi

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

2015 EFEKTIVITAS PROBLEM FOCUSED COPING DALAM MEREDUKSI STRES AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas masalah-masalah berujung pada konflik-konflik dan rintangan

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesejahteraan dan keadilan bisa diterapkan ketika perilaku damai berada pada tiap

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di pondok pesantren yang kesehariannya mengkaji kitab-kitab salafi

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sebagai makhluk hidup senantiasa berinteraksi dengan dirinya, orang lain, dan lingkungannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari dalam dirinya, dari orang lain, maupun dari lingkungannya. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi bagian dari lingkungan tertentu. Di lingkungan manapun individu berada, ia akan berhadapan dengan harapan dan tuntutan tertentu dari lingkungan yang harus dipenuhinya. 1 Manusia selalu membutuhkan fase untuk beradaptasi dengan lingkungan dalam memasuki lingkungan baru. Berhasil tidaknya fase beradaptasi tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah pengalaman, kemampuan menyesuaikan diri, hingga budaya lingkungan baru yang mendukung bagi individu yang bersangkutan untuk mampu beradaptasi. Demikian pula dalam dunia akademis. Seorang anak yang baru masuk sekolah memerlukan fase beradaptasi dengan lingkungan sekolah barunya agar anak dapat bersatu dengan lingkungan sekolah baru tersebut, yang nantinya dapat berpengaruh terhadap prestasi akademiknya. 1 Hendriati. Psikologi Perkembangan (pendekatan ekologi kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja), Bandung: Refika Aditama, 2009 Hal. 146

Terdapat empat jenis hubungan antara individu dengan lingkungannya. Individu dapat bertentangan dengan lingkungan, individu dapat menggunakan lingkungannya, individu dapat berpartisipasi dengan lingkungannya, dan individu dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. 2 Pengertian luas tentang penyesuaian terbentuk sesuai dengan hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Individu tidak hanya dituntut mengubah kelakuannya dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan dirinya dari dalam dan keadaan di luar, dalam lingkungan di mana dia hidup, akan tetapi juga dituntut untuk menyesuaikan diri dengan adanya orang lain dan macam-macam kegiatan mereka. Jika mereka ingin menyesuaikan, maka hal itu menuntut adanya penyesuaian antara keinginan masing-masingnya dengan suasana lingkungan sosial tempat mereka bekerja. 3 Penyesuaian diri pada prinsipnya adalah suatu prinsip yang mencakup respon mental dan tingkahlaku, yang mana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik dan frustasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan di mana ia tinggal. 4 2 Gerungan, Psikologi Sosial, Bandung: Refika Aditama, 2004, hal. 59 3 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010 hal. 191 4 Ibid, hal 192

Tingkah laku penyesuaian diri diawali dengan stress, yaitu suatu keadaan di mana lingkungan mengancam, membahayakan keberadaan, kesejahteraan dan kenyamanan diri seseorang. 5 Setiap individu memberikan reaksi yang berbeda dalam menghadapi situasi tertentu sesuai dengan proses pendekatan yang digunakannya. Seseorang mungkin dapat beraksi tanpa adanya beban, tetapi orang lain mungkin menganggapnya sebagai situasi yang membebani atau mengancamnya. Adanya perbedaan tersebut berkaitan erat dengan bagimana seseorang mempersepsi, menilai dan mengevaluasi situasi yang dihadapinya. Persepsi, penilaian dan evaluasi terhadap realitas inilah yang disebut sebagai realitas individu. Individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda untuk mengatasi stress. Dewasa ini proses coping terhadap stress menjadi pedoman untuk mengerti reaksi stress. Coping adalah suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stress. 6 Perilaku coping merupakan perilaku yang digunakan untuk mengurangi kegugupan akibat kekecewaan terhadap konflik motivasional. 7 Perilaku coping dianggap sebagai penyeimbang yang dapat membantu individu dalam melakukan penyesuaian psikis maupun sosial. 8 5 Ibid, hal 193 6 Cohen & Lazarus, 1983, Lazarus & Folkman, 1984, Sarafino, 1990, Taylor, 1991 7 Kartono, 1987 hal: 488 8 Lazarus dalam Isundariyana, 2005

Tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk semua situasi stress. Tidak ada strategi coping yang paling berhasil. Strategi coping yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stress dan situasi. 9 Keberhasilan coping lebih tergantung pada penggabungan strategi coping yang sesuai dengan ciri masing-masing kejadian yang penuh stress, dari pada mencoba menemukan satu strategi coping yang paling berhasil. 10 Mahasiswa merupakan kelompok cendekiawan dalam hal akademik yang diharapkan menjadi agent of change dalam segala hal. Berbekal ilmu pengetahuan yang dimilikinya, mahasiswa dituntut untuk dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam hal nyata di masyarakat. Dengan demikian, terjalin hubungan yang positif antara mahasiswa dengan bekal ilmunya yang diperoleh di bangku universitas dengan masyarakat umum yang berperan sebagai wadah yang menyerap dan menerima bentuk nyata aplikasi ilmu pengetahuan. Ketika seseorang menjadi seorang mahasiswa di suatu Universitas, fase tersebut merupakan suatu fase peralihan yang memiliki banyak kemungkinan yang dapat terjadi. Salah satunya adalah kemungkinan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan universitas yang memiliki banyak perbedaan kultur dan dinamika dengan lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala yang dialami oleh para mahasiswa ketika pertama kali mereka masuk di lingkungan baru yang sangat berbeda 9 Smet, Psikologi Kesehatan, Jakarta: PT Grasindo, 1994, hal. 146 10 Ibid, hal 146

dari lingkungan yang mereka hadapi sebelumnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, hampir sebagian besar mahasiswa baru membutuhkan waktu untuk dapat menyesuaikan diri dengan pola yang ada di perguruan tinggi, terutama dalam hal proses pembelajaran. Hasil wawancara pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 4 mahasiswa baru menunjukkan adanya permasalahan penyesuaian diri yang berbeda diantara mereka. 11 Subyek yang pertama sebelum ke perguruan tinggi subyek tinggal di pesantren. Problem yang dialami subyek adalah ketika beradaptasi dengan keadaan teman-teman di kamar dan di kelas PKPBA, karena menurut subyek teman-teman di kamar sifatnya egois, sedangkan di PKPBA subyek kurang bisa menyesuaikan diri karena subyek merasa kurang cocok dengan tingkat kemampuan bahasa Arab teman-teman di kelasnya. Subyek yang ke dua sebelum masuk perguruan tinggi subyek sudah tinggal di pesantren. Permasalahan yang dialami subyek dalam menyelesaikan permasalahan dalam menyesuaikan diri selalu diselesaikan dengan rasa senang hati, sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Subyek kurang bisa menyesuaikan dengan cuaca, karena di malang terlalu dingin menurut subyek, tapi itu semua bisa teratasi dan tidak sampai mengganggu aktifitasnya. Subyek yang ke tiga sebelum masuk perguruan tinggi subyek tidak pernah tinggal di pesantren. Permasalahan yang dialami subyek adalah 11 Wawancara mahasiswa baru dilakukan pada tanggal 8 februari 2011

disaat pertama kali tinggal di ma had. Hal yang paling sulit bagi subyek adalah pergaulan di lingkungan agar tidak salah dalam bergaul dengan teman-teman. Subyek ke empat sebelum masuk perguruan tinggi subyek pernah tinggal di pesantren. Subyek mengalami permasalahan dalam menyesuaikan diri di ma had karena subyek sering merasa minder dengan teman - teman yang pintar, sehingga subyek malu untuk mengenal, tapi itu semua bisa dijalani subyek tanpa mengganggu kegiatan-kegiatanya. Berdasarkan hasil wawancara awal dari 4 subyek, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri bergantung pada pengalaman baru, situasi dan kondisi lingkungannya, serta bagaimana cara seseorang mengambil cara untuk mengatasi masalah-masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. Waktu yang ditempuh mahasiswa baru untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sangat bervariasi. Setiap individu berbeda-beda dalam menjalani proses penyesuaian diri, ada individu yang cepat beradaptasi dan ada individu yang lama beradaptasi dengan lingkungan barunya, semua tergantung individu yang menyikapi permasalahan-permasalahan dalam penyesuaian diri. Alamsyah menyatakan bahwa budaya dan sistem pada sekolah menengah atas masih seperti budaya pada sekolah dasar. 12 Apa yang dilakukan oleh tiap siswa memiliki aturan yang jelas dan detail sehingga peran inisiatif siswa menjadi kurang berkembang. Segalanya sudah diatur 12 Alamsyah, Wajah Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta: Tigaraksa Press, 2006

dalam sistem mulai dari waktu sekolah, seragam sekolah, hingga mata pelajaran yang ditempuh selama siswa bersekolah. Kemampuan siswa dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan yang berbeda dari lingkungan sekolah akan terhambat. Dari serangkaian perbedaan kultur, cara belajar, waktu belajar serta dinamika kegiatan tersebut, mahasiswa baru yang berasal dari berbagai sekolah umum dengan budaya belajar mengajar yang ada di sekolah umum, serta perbedaan system pengajaran sebelumnya, membutuhkan suatu penyesuaian diri untuk dapat beradaptasi. Selain kemampuan menyesuaikan diri yang dibutuhkan, pilihan strategi coping yang tepat juga mendukung agar mahasiswa baru dapat beradaptasi dengan lingkungan, aturan serta kegiatan yang ada di universitas sebagai tempat mereka belajar. Strategi coping yang lebih banyak dipilih mahasiswa adalah strategi problem focused coping. Hasil wawancara di atas sejalan dengan teori Lazarus dan Folkman, problem focused coping merupakan strategi yang bersifat eksternal. Dalam problem focused coping orientasi utamanya adalah mencari dan menghadapi pokok permasalahan dengan cara mempelajari strategi atau keterampilan - keterampilan baru dalam rangka mengurangi stress yang dihadapi atau dirasakan. Penelitian-penelitian selama ini terkait penyesuaian diri dan strategi coping dapat mendukung dalam penelitian ini. Dalam penelitian Zalfa yang bertemakan hubungan antara tingkat religiusitas dengan strategi coping santri menunjukkan bahwa religiusitas merupakan salah satu faktor yang

menjadi sumber coping. Faktor-faktornya adalah materi, fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Hasil analisis pengujian hubungan antara tingkat religiusitas dengan strategi coping santri, yang pertama menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan problem focused coping. Sedangkan pada pengujian yang ke dua menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan emotion focused coping. 13 Dalam penelitian Erna yang bertemakan hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri mahasiswa fakultas psikologi UIN Malang. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri, dimana semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional remaja maka semakin tinggi pula tingkat penyesuaian dirinya, di sisi lain menemukan bahwa rata-rata mahasiswa fakultas psikologi memiliki tingkat kecerdasan emosional sedang atau menengah sehingga tingkat penyesuaian diri mereka juga bertaraf sedang atau menengah. 14 Dalam penelitian Fatichah dan Haris yang melakukan penelitian tentang pengaruh strategi coping terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru. Hipotesis menyatakan bahwa ada pengaruh strategi coping yang dipilih terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru, diterima. Sedangkan hipotesis yang menyatakan tidak terdapat pengaruh strategi coping yang dipilih 13 Zalfa, Hubungan antara tingkat religiusitas dengan strategi coping pada santri, Malang: UIN, 2009, Hal. 67-72 14 Erna, Hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri mahasiswa fakultas psikologi UIN Malang, Malang: UIN, 2006, Hal. 78-81

terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru, ditolak. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa nilai problem focused coping lebih tinggi dari pada nilai pada emotion focused coping. 15 Hasil dari penelitian-penelitian terdahulu yang membahas tentang strategi coping seperti penelitian Zalfa yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan problem focused coping. Penelitian Fatichah dan Haris yang menyatakan ada pengaruh strategi coping yang dipilih terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru, dari hasil analisis data ditemukan bahwa nilai problem focused coping lebih tinggi dari pada nilai emotion focused coping. Kesimpulan dari beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa problem focused coping lebih banyak digunakan oleh subyek untuk menyelesaikan permasalahan. Hasil pada penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian ini menunjukkan bahwa strategi coping jenis emotion focused coping lebih tinggi dari problem focused coping. Pada penelitian ini jenis strategi coping emotion focused coping lebih banyak di pilih, karena subyek memilih menghindar dari peraturan ma had yang menurutnya berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Peraturan-peraturan di ma had menurut subyek memberatkan, karena semakin banyaknya tugas-tugas kuliah subyek merasa waktunya kurang dalam menyelesaiaknnya. Ma had juga mempunyai batas-batas waktu, dan peraturan-peraturan yang lain. Subyek yang memilih emotion focused 15 Fatichah dan Haris, pengaruh strategi coping terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru, jurnal vol.6, universitas paramadina, 2009, hal. 18

coping bukan berarti tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, karena subyek sudah memilih strategi coping yang sesuai dengan masalahnya. Strategi coping jenis problem focused coping juga ada sebagian subyek yang memilihnya. Subyek yang memilih problem focused coping lebih memahami dengan peraturan-peraturan di ma had. Subyek merasa nyaman dengan lingkungan ma had dan peraturan-peraturan yang ada. Subyek yang memilih problem focused coping mampu menyesuaikan diri dengan baik. Bertolak dari masalah yang ditemui di lapangan dan hasil peneliti sebelumnya, peneliti tertarik mengkaji lebih lanjut melalui penelitian mengenai Hubungan Strategi Coping Dengan Penyesuaiaan Diri Mahasiswa Baru di Ma had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim. B. Rumusan Masalah 1. Jenis strategi coping apa yang dipilih mahasiswa baru di ma had Sunan Ampel Al- Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim? 2. Bagaimana tingkat penyesuaian diri mahasiswa baru di ma had Sunan Ampel Al- Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim? 3. Bagaimana hubungan strategi coping dengan penyesuaian diri mahasiswa baru di ma had Sunan Ampel Al- Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim?

C. Tujuan Penelitian 1. Uuntuk mengetahui jenis coping mahasiswa baru di ma had Sunan Ampel Al- Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 2. Untuk mengetahui tingkat penyesuaian diri mahasiswa baru di ma had Sunan Ampel Al- Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 3. Untuk mengetahui hubungan strategi coping dengan penyesuaian diri mahasiswa baru di ma had Sunan Ampel Al- Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi peneliti dan khalayak intelektual pada umumnya, bagi pengembangan keilmuwan baik dari aspek teoritisi maupun praktis, diantaranya: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pengembangan Ilmu Psikologi,khususnya Psikologi Perkembangan dan Psikologi Klinis, terutama mengenai strategi coping dan penyesuaian diri. Memberikan kontribusi mengenai teori yang dikemukakan oleh Greenglass (2006), Mengenai pengertian perilaku coping yaitu suatu cara yang dilakukan individu untuk menghadapi dan mengantisipasi situasi dan kondisi yang bersifat menekan atau mengancam baik fisik maupun psikis

dalam konteks penyesuaian diri pada mahasiswa baru, strategi coping terhadap perbedaan lingkungan menjadi ukuran dan pertimbangan yang akan dilakukan dalam rangka adaptif dengan lingkungan yang baru tersebut. Strategi coping adalah suatu proses tertentu yang disertai dengan suatu usaha yang dilakukan individu untuk menghadapi dan mengantisipasi situasi dan kondisi yang bersifat menekan atau mengancam baik fisik maupun psikis yang diprediksi akan dapat membebani dan melampaui kemampuan dan ketahanan individu yang bersangkutan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Lembaga Penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan pedoman agar lebih memperhatikan mahasiswa dan dapt memberikan bimbingan. Khususnya terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru yang dapat dipengaruhi dengan strategi coping. b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam penelitianpenelitian yang akan datang. c. Bagi Penulis Penulis dapat mempelajari lebih dalam pengaruh strategi coping terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru.