BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, sikap, kepribadian dan keterampilan manusia akan dibentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, Indeks, Jakarta, hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya berupaya untuk mengarahkan dan mengembangkan potensi potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi yang selalu berubah pendidikan tidak hanya berorentasi masa lalu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang selalu dan harus ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu bisa didapatkan dan dilakukan dimana saja, bisa di lingkungan sekolah, Dengan pendidikan kehidupan manusia menjadi terarah.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkepribadian baik dan mempunyai kecerdaan yang unggul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengusahakan tercapainya pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, Jakarta, 2003, Hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. 2006), hlm Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Slameto (2010:74) bahwa efektifitas dipengaruhi 2 (dua) faktor,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu tempat untuk mengembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuasaan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa. 1 Pembelajaran yang efektif dan bermakna akan berlangsung apabila dapat memberikan keberhasilan bagi siswa maupun guru itu sendiri. Pembelajaran dipandang sebagai mempengaruhi siswa agar belajar, atau dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa, akibat yang tampak dari tindakan pembelajaran adalah siswa akan belajar sesuatu yang mereka tidak akan pelajari tanpa adanya tindakan pembelajaran. Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam (knowing), terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam (doing), dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari (being) 2. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam, keterampilan mempraktekkannya, dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan utama Pendidikan Agama Islam adalah keberagamaan, yaitu menjadi seorang muslim dengan intensitas keberagamaan yang penuh kesungguhan dan didasari oleh keimanan yang kuat. Upaya untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang dalam definisi pendidikan di atas tidaklah terwujud secara tiba-tiba. Upaya itu harus 1 Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm. 2. 2 HTTP://ISLAMBLOGKU.BLOGSPOT.COM/2009/07/PENGERTIAN-DAN-TUJUAN-PENDIDIKAN- AGAMA_1274.HTML, 22 APRIL 2010. 1

2 melalui proses pendidikan dan kehidupan, khususnya pendidikan agama dan kehidupan beragama. Proses itu berlangsung seumur hidup, di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia Pendidikan Agama Islam saat ini, adalah bagaimana cara penyampaian materi pelajaran agama tersebut kepada peserta didik sehingga memperoleh hasil semaksimal mungkin. Apabila kita perhatikan dalam proses perkembangan Pendidikan Agama Islam, salah satu kendala yang paling menonjol dalam pelaksanaan Pendidikan Agama ialah masalah metodologi. Metode merupakan bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari semua komponen pendidikan lainnya, seperti tujuan, materi, evaluasi, situasi dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan Pendidikan Agama diperlukan suatu pengetahuan tentang Metodologi Pendidikan Agama, dengan tujuan agar setiap pendidik dapat memperoleh pengertian dan kemampuan sebagai pendidik yang profesional. Guru Pendidikan Agama Islam masih kurang mempergunakan beberapa metode secara terpadu. Kebanyakan guru lebih senang dan terbiasa menerapkan metode ceramah yang dalam penyampaiannya sering menjemukan peserta didik, akibat dari pembelajaran adalah siswa tidak lagi fokus dan konsen terhadap materi yang diajarkan. Setiap guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai berbagai metode yang dapat digunakan dalam situasi tertentu secara tepat. Guru harus mampu menciptakan suatu situasi yang dapat memudahkan tercapainya tujuan pendidikan. Menciptakan situasi berarti memberikan motivasi agar dapat menarik minat siswa terhadap pendidikan agama yang disampaikan oleh guru. Karena yang harus mencapai tujuan itu siswa, maka ia harus berminat untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk menarik minat itulah seorang guru harus menguasai dan menerapkan metodologi pembelajaran yang sesuai. Peserta didik tidak cukup hanya diarahkan untuk mengetahui materi pelajaran, melainkan mengapa dia harus tahu dan bagaimana cara mengetahuinya. Pendidikan dan pengajaran bukanlah hanya sekedar berlatih,

3 melainkan bagaimana ia mampu belajar untuk belajar. Peserta didik sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha menggali dan mengembangkan potensi dirinya melalui model- model pembelajaran tertentu, yang dianggap sesuai dan memberikan efek yang berkesinambungan dengan hasil belajar (tujuan pembelajaran). Pembelajaran mata pelajaran PAI di SMP N I Bulu masih bersifat konvensional, baik metode yang digunakan maupun pengaturan tata ruang yang masih monoton, hal ini membuat proses pembelajaran belum dapat menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya ia belajar (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang. 3 Sebagai pendidik dan pengajar, senantiasa di tuntut untuk mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, serta dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran yang akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar secara optimal. Pendidik dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat, efektif, efisien untuk membantu meningkatkan kegiatan pembelajaran serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik. 4 Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya. Seperti yang dikemukakan oleh Komarudin, salah satu perubahan dalam pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk 3 Hasil observasi peneliti pada tahap pra siklus, tanggal 05 oktober 2010 4 Siameto, Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 65

4 memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan 5. Dari pemaparan tersebut di atas memunculkan pemikiran baru, bagaimana hal yang kurang baik tersebut dapat dirubah untuk diperbaiki. Semua permasalahan yang ada dapat dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni sebagai alternatif dalam penyelesaian permasalahan tersebut. Upaya penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menciptakan suatu budaya belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan di kalangan pendidik dan peserta didik, sehingga akan membuat siswa semangat dan aktif mengikuti pembelajaran PAI. Penelitian Tindakan Kelas ini menawarkan sebuah peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menampilkan suatu pola kerja yang bersifat kolaboratif atau sebuah kerjasama antara peneliti dengan guru yang mengampu pembelajaran tersebut. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI, guru dapat melakukan variasi dalam proses belajar mengajar, salah satunya melalui penerapan model pembelajaran konstruktivistik jenis belajar mandiri. Model pembelajaran konstruktivistik jenis belajar mandiri lebih menekankan dalam mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara konkrit dan mandiri melalui pengalaman dari cara siswa menemukan informasi secara mandiri. Sangat urgen bagi para pendidik khususnya guru untuk memahami karakteristik materi peserta didik dan metodologi pembelajaran. Dengan penerapan model pembelajaran konstruktivistik jenis belajar mandiri, proses pembelajaran akan lebih variatif, inovatif dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis sangat tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang Model Pembelajaran Konstruktivistik 5 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta, Prestasi Pustaka Publiser, 2007), hlm.02

5 Jenis Belajar Mandiri (Mind Mapping) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Matapelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Pokok Iman Kepada Kitab-Kiab Allah Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Ajar 2010-2011 SMP N I Bulu Rembang B. PENEGASAN ISTILAH Untuk menghindari penafsiran yang salah dan pemahaman yang berbeda dari judul Model Pembelajaran Konstruktivistik Jenis Belajar Mandiri dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP N I Bulu Rembang Tahun Ajaran 2010-1011 maka disertakan pula definisi istilah yang dimaksud Hal ini peneliti maksud agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul tersebut dengan pengertian sebagai berikut: 1. Model Konstruktivistik Model pembelajaran konstruktivistik adalah proses belajar mengajar dimana siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, menelaah informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus belajar memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah melalui ide-idenya. 6 Dari keterangan tersebut dapat di simpulkan bahwa pembelajaran konstruktivistik memandang peserta didik sebagai potensi yang perlu ditumbuhkan dan dikembangkan untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan lingkungan sekitarnya. 2. Jenis Belajar Mandiri Sedangkan jenis belajar mandiri adalah belajar yang dilakukan oleh siswa secara bebas menentukan tujuan belajarnya, arah belajarnya, merencanakan proses belajarnya, strategi belajarnya, menggunakan 6 Ibid., hlm. 13

6 sumber- sumber belajar yang dipilihnya, membuat keputusan akademik dan melakukan kegiatan- kegiatan untuk tercapainya tujuan belajarnya. 7 Dengan demikian, model pembelajaran konstruktivistik jenis belajar mandiri adalah bentuk pembelajaran yang membangun pengetahuan dari pencarian informasi yang didapat siswa, dan memadukannya dengan materi yang ada sehingga siswa dapat mencari solusi terhadap penyelesaian masalah yang bebas menentukan arah, rencana, sumber dan keputusan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian pengetahuan siswa akan terbangun melalui proses berfikir yang didapat dalam penyelesaian masalah. 3. Hasilbelajar Kata hasil, berarti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb). Sedangkan kata belajar berasal dari kata dasar ajar yang mempunyai arti berusaha atau berlatih agar memperoleh kepandaian atau ilmu. Dari pengertian hasil dan belajar maka dapat diambil pengertian dari hasil belajar yaitu: penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. 8 Dalam penelitian ini, hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka (nilai), atau selain itu ditunjukkan pula dengan kemampuan siswa menguasai materi yang di ajarkan. 4. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk 7 Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik Implementasi KTSP & UU. No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Gaung Persada Pres, 2008), Cet. 1, hlm. 204 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 412

7 mewujudkan persatuan nasional. 9 Sedangkan yang dimaksud dengan PAI dalam skripsi ini adalah PAI sebagai bidang studi yang diajarkan di SMP N I Bulu Rembang. C. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu; 1. Apakah model pembelajaran konstruktivistik jenis belajar mandiri dapat meningkatkan hasil belajar PAI kelas VIII SMP N I Bulu? 2. Bagaimanakah respon siswa terhadap model pembelajaran konstruktivistik jenis belajar mandiri (Mind Mapping)? D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivistik jenis belajar mandiri dapat meningkatkan hasil belajar PAI Materi Pokok Iman Kepada Kitab-kitab Allah Kelas VIII SM N I Bulu. 2. Untuk mengetahui respon siswa pada model pembelajaran konstruktivistik jenis belajar mandiri (Mind Mapping). E. MANFAAT PENELITIAN Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengembangan ilmu pembelajaran, khususnya pengembangan model pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran konstruktivistik jenis belajar mandiri (Mind Mapping) pada mata pelajaran PAI materi pokok iman kepada kitabkitab Allah, selain itu diharapkan dapat bermanfaat sebagai wawasan teoritis tentang berbagai macam model pembelajaran dalam mata pelajaran PAI. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Manfaat bagi guru adalah memberikan alternatif pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran PAI dan dapat mengembangkan ketrampilan 9 Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2001), Cet. 3, hlm. 29.

8 guru PAI dalam mengajar, khususnya dalam menerapkan model pembelajaran konstruktivistik, sehingga merupakan sarana mengajak siswa untuk peduli terhadap lingkungan. 2. Manfaat bagi siswa adalah dapat meningkatkan keaktifan dan nilai hasil belajar PAI. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang bermanfaat bagi siswa agar lebih mudah dalam memahami dan mengaplikasikan materi tanpa mengesampingkan kompetensi dasar. 3. Manfaat bagi sekolah adalah sebagai upaya meningkatkan kualitas guru, siswa dan sekolah, dapat mencapai standar kompetensi nilai yang ditentukan sekolah yaitu 75 bahkan dapat melebihi standar kompetensi nilai yang di tentukan. 4. Manfaat bagi peneliti adalah dapat menambah wawasan tentang model pembelajaran PAI, memiliki prototype model pembelajaran konstruktivistik jenis belajar mandiri dalam mata pelajaran PAI.