BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat mendukung untuk sektor usaha pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia mendukung berkembangnya sektor pertanian dengan sub sektor pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sektor pertanian memberikan kontribusi langsung terhadap negara seperti penyedia lapangan kerja. Berdasarkan data statistik tahun 2008, sekitar 75 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan dan lebih dari 54 persen diantaranya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Pada sektor pertanian inilah mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya. Mulai dari sebagai petani produsen, pedagang pengumpul hingga pedagang eceran yang langsung berhubungan dengan konsumen Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian tahun 2008 triwulan II, luas lahan produksi padi nasional mencapai 12,38 juta hektar dengan pencapaian produksi 59,87 juta ton. Jika dibandingkan dengan data tahun 2007 pertumbuhan produksi lahan padi nasional mencapai 4,76 persen. Secara lengkap data dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi Nasional Pada Tahun 2004 2008* Tahun Luas Lahan (Ha) Produktivitas (Qu/Ha) Produksi (Ton) Pertumbuhan Produksi(%) 2004 11.922.974 45,41 54.088.468 3,74 2005 11.839.060 45,74 54.151.097 0,12 2006 11.786.430 46,20 54.454.937 0,56 2007 12.147.637 47,05 57.157.435 4,96 2008* 12.385.242 48,35 59.877.219 4,76 Sumber : Pusat Data dan Informasi, Departemen Pertanian, 2008 Keterangan : )* Data Triwulan II Tahun 2008 Pada tahun 2008 Indonesia mencapai swasembada beras. Produksi beras tahun 2008 meningkat 3,1 juta ton atau setara 5 juta ton gabah kering giling 1. 1.http://www.setneg.go.id.Tantangan Menuju Ekspor Beras 2009. 30 Desember 2008.17:05. 1
Kebijakan pro pertanian yang konsisten dan berkelanjutan manjadikan pertanian tetap menjadi prioritas utama dalam pembangunan ekonomi. Ada beberapa faktor penting dalam mendukung peningkatan produktivitas, antara lain iklim kondusif, benih unggul, pupuk, supply air, serangan hama penyakit, dan pengelolaan pasca panen. Pupuk adalah salah satu dari faktor produksi yang sering menimbulkan kendala bagi petani. Pada musim tanam tahun 2008 terjadi kelangkaan pupuk urea. Hal ini dikarenakan pemerintah hanya mampu mengalokasikan pupuk urea sebanyak 4,3 juta ton dari kebutuhan pupuk urea 5,8 juta ton 2. Industri pupuk dalam negeri khususnya pabrik pupuk urea, 60 persen bahan bakunya adalah gas alam. Sedangkan akses gas alam di Indonesia tidak dapat secara maksimal diperoleh rakyat Indonesia karena kepemilikan mayoritas dikuasai oleh swasta. Kondisi tersebut turut diperparah dengan ketentuan tataniaga yang lebih bergantung pada distributor dan kios pupuk. Hal ini menimbulkan manipulasi harga antara distributor, kios, dan broker pupuk. Bahkan tak jarang distributor yang menjual pupuk ke perkebunan besar dan diekspor keluar negeri karena harga jual yang lebih tinggi. Departemen Pertanian fokus mendorong petani untuk menggunakan pupuk organik dan bio-organik sebagai substitusi pupuk kimia. Hal itu dilakukan dalam rangka menekan pemakaian pupuk kimia yang boros anggaran dan merusak lahan pertanian. Penggunaan pupuk kimia atau anorganik sintesis secara terus menerus akan mengakibatkan kesuburan menurun karena tanah akan menjadi keras, mudah pecah dan hilang keanekaragaman hayati tanah (Husnain et al.2005). Dari data September 2008 luas lahan kritis Indonesia mencapai 77,8 juta hektar, agak kritis 47,6 juta ha, kritis 23,3 juga ha dan sangat kritis 6,8 juta ha. Sementara itu Jawa Barat memiliki lahan kritis mencapai 580.000 ha 3. Melihat ini, maka pupuk organik tersebut ditujukan untuk memperbaiki struktur tanah, yang rusak akibat pemakaian pupuk kimia bertahun-tahun. 2 Prabowo,Hermas E. 16 Desember 2008. Setelah Swasembada Beras, Lalu Apa Lagi?. Jakarta. Kompas 3. http://www.perumperhutani.com.lahan Kritis Indonesia Yang Belum Dihijaukan. 03 September 2008.13:10. 2
Pemerintah juga mendorong untuk memproduksi lebih besar lagi pupuk organik guna mendukung program pemerintah Go Organik tahun 2010 yang mencanangkan pertanian menggunakan pupuk organik dan menarik pupuk kimia dari pasar 4. Melihat dari hal tersebut maka dapat terlihat peluang usaha dan pengembangan pupuk organik. Pengembangan usaha pupuk organik merupakan suatu potensi usaha yang menjanjikan dan terbuka bagi siapapun karena didukung oleh pemerintah. Namun usaha ini perlu dikaji dari studi kelayakan usaha baik dari aspek finansial maupun non finansial agar didapat suatu kepastian layak atau tidaknya suatu usaha ini jika dijalankan. 1.2. Perumusan Masalah Terkait dengan adanya Peraturan Menteri Pertanian Nomor 76/Permentan/O.T.140/12/2007 tertanggal 28 Desember 2007 menyebutkan pemerintah melalui Depertemen Pertanian mengalokasikan subsidi pupuk organik untuk tanaman pangan. Produksi dan distribusinya pupuk organik tersebut diserahkan kepada empat BUMN. Data rincian alokasi produksi dan distribusi pupuk organik pada empat BUMN dapat dilihat pada Tabel 2 : Tabel 2. Data Alokasi dan Distribusi Produksi Pupuk Organik No Nama BUMN Jumlah Produksi 1. PT Petrokimia Gresik 300.000 ton 2. PT Pupuk Kalimantan Timur 25.000 ton 3. PT Pupuk Sriwijaya 10.000 ton 4. PT Pupuk Kujang 10.000 ton Sumber : Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 76/Permentan/O.T.140/12/2007 Pemerintah melakukan alokasi pupuk organik yang pertama kali dari sekian banyak peraturan Menteri Pertanian yang pernah ada. Sebanyak 345 ribu ton pupuk organik ditujukan untuk memperbaiki tekstur tanah, yang rusak akibat pemakaian pupuk kimia bertahun-tahun. Kebijakan peraturan pemerintah ini akan mempengaruhi alokasi subsidi pemerintah terhadap pupuk organik dan anorganik. Hal ini didukung Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 04/Permetan/OT/.140/09/2008 tentang Kebutuhan Dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2009. 4. Adimistrators.25 Maret 2009.Deptan Akan Dorong Petani Gunakan Pupuk Organik.Jakarta. Kompas 3
Peraturan ini dibuat berdasarkan pertimbangan bahwa peranan pupuk sangat penting dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian. Kemudian untuk meningkatkan kemampuan petani dalam penerapan pemupukan berimbang diperlukan adanya subsidi pupuk. Berdasarkan hal-hal tersebut pemerintah perlu menetapkan kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Hasil peraturan tersebut pemerintah mengeluarkan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2009 sebagai berikut : Tabel 3. Daftar Harga Pupuk Subsidi Sektor pertanian Tahun 2009 No Jenis Pupuk Harga 1 Pupuk Urea Rp 1.200,- per kg; 2 Pupuk ZA Rp 1.050,- per kg; 3 Pupuk Superphos Rp 1.550,- per kg 4 Pupuk NPKphonska (15:15:15) Rp 1.750,- per kg 5 Pupuk NPKpelangi (20:10:10) Rp 1.830,- per kg 6 Pupuk NPKkujang (30: 6: 8) Rp 1.586,- per kg; 7 Pupuk Organik Rp 500,- per kg. Sumber : Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 42/Permentan/OT.140/09/2008 Tabel 3 menunjukan pupuk anorganik seperti Urea, ZA, Superphos, dan NPK memiliki perbedaan harga yang cukup signifikan dengan pupuk organik. Harga pupuk anorganik hampir mencapai dua sampai tiga kali lipat pupuk organik. Bagi para petani pupuk organik jauh lebih terjangkau dibanding dengan pupuk anorganik. Hal ini akan akan mempengaruhi tingkat permintaan dan pasokan pupuk organik dalam negeri karena adanya potensi pupuk organik yang cukup besar. Saat ini kebutuhan satu hektar padi yaitu 350-400 kg pupuk organik 5, seperti diketahui luas lahan pertanian di Indonesia tahun 2008 sebayak 51,27 juta hektar atau sekitar 12,38 juta hektar luas tanam padi musim hujan periode Oktober 2007-Maret 2008. Jika saat ini pengunaan pupuk kimia 70 persen dan pupuk organik masih 30 persen dari luas lahan tanam padi, maka asumsi kebutuhan pupuk organik indonesia mencapai 1,2 juta ton pupuk organik. Kemudian jika tahun 2010 pemerintah benar mencanagkan Go Organik dengan menukar pupuk kimia menjadi 30 persen dan mengunakan pupuk organik 70 persen secara keseluruhan maka jumlah kebutuhan pupuk organik yang dibutuhkan di Indonesia pertahun dapat mencapai 3 juta ton. 5 Dadi. 15 Februari 2009. 17 Daerah Jadi Sentra Produksi Pupuk Oraganik. Jakarta.Pikiran Rakyat. 4
Melihat supply pupuk organik dari Peraturan Menteri Pertanian Nomor 76/Permentan/O.T.140/12/2007 tertanggal 28 Desember 2007 yang mencanangkan produksi pupuk organik sebesar 345 ribu ton, ini merupakan potensi pasar yang cukup terbuka karena ada tingkat permintaan yang lebih besar dari jumlah penawaran yang ada. Terbukti pada hasil survei tahun 2008 terjadi lonjakan permintaan pupuk organik pada PT Petrokimia Gresik. Kebutuhan pupuk organik pada di Sumatra Utara mencapai 36.000 ton per tahun. Padahal Petrokimia hanya mampu memasok pupuk organik sebanyak 29.000 ton per tahun 6. Permintaan pengunaan pupuk organik sudah menyebar ke setiap daerah seperti di Sulawesi Selatan, namun penggunaan pupuk organik masih terkendala keterbatasan dalam supply. Pupuk organik menjadi peluang usaha yang cukup menjanjikan dilihat dari tingkat perbedaan antara kebutuhan dan penawaran pupuk tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik perlu dilakukan proses produksi yang mengahasilkan Out Put pupuk organik yang diinginkan pasar. Melihat hal ini pemerintah mengeluarkan acuan melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 02/Pert/Hk.060/2/2006 tentang Pupuk Organik dan Pembenahan Tanah. Dalam aturan tersebut pasal empat bahwa pengadaan pupuk organik dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum. Hal ini tentu saja menjadi peluang besar bagi PT Agrindo Surya Graha yang berlokasi di daerah Sukabumi, Jawa Barat. PT Agrindo Surya Graha merupakan salah satu rekanan bisnis dari PT Pertani (Persero) yang memiliki kerja sama dalam produksi pupuk organik untuk pemerintah. Perusahaan memandang ini adalah suatu peluang usaha yang menjanjikan karena pemerintah dan para petani akan mulai beralih ke pupuk organik. Meskipun memiliki peluang yang besar, PT Agrindo Surya Graha harus mengkaji kelayakan investasi usaha. Karena suatu usaha harus memiliki kelayakan dan mendatangkan profit. Untuk melihat suatu kelayakan usaha perlu dilakukan analisis apakah usaha tersebut layak secara finansial maupun non finansial, dan bagaimana strategi pengembangan usaha tersebut jika layak dijalankan. 6. Sihotang, M. 5 Mei 2009. Petrokimia tak penuhi permintaan pupuk organik Jakarta. Bisnis Indonesia 5
Hal inilah yang mendasari kajian dalam skripsi ini. Dari uraian diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kelayakan investasi usaha pabrik pupuk organik PT Agrindo Surya Graha dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial? 2. Bagaimana strategi pengembangan usaha pada PT Agrindo Surya Graha? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yag telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan investasi usaha pabrik pupuk organik PT Agrindo Surya Graha dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial yang dikaji dengan tingkat sensitivitas tertentu. 2. Merumuskan strategi-strategi pengembangan yang dapat direkomendasikan untuk usaha PT Agrindo Surya Graha. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna baik untuk penulis, PT Agrindo Surya Graha, maupun bagi pembaca. Bagi penulis sendiri, penelitian adalah media untuk penerapan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan. Bagi perusahaan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu masukan apakah pendirian usaha tersebut layak atau tidak layak untuk dijalankan dan strategi pengembangan yang didapat mampu menjadi masukan pada usaha ini. Bagi pembaca dapat sebagai bahan kajian mengenai analisis kelayakan investasi dan pengembangan usaha pabrik pupuk organik dan sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ini membahas tentang kelayakan investasi usaha pabrik pupuk organik granul PT Agrindo Surya Graha dengan melihat aspek-aspek dalam analisis kelayakan yaitu aspek tenis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek sosial dan aspek finansial. Aspek ekonomi tidak dibahas dalam penelitian ini karena keterbatasan peneliti. Kemudian penelitian ini juga mencoba mengkaji strategi- 6
strategi pengembangan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan analisis SWOT. Karena perusahaan ini baru didirikan tepatnya tanggal 20 April 2009, maka penelitian ini dilakukan sampai tahap keputusan dengan mengunakan matriks perencanaan strategi kuantitatif. Hal ini dilakukan agar strategi yang ada dapat lebih cocok dijalankan terlebih dahulu. Kemudian semua strategi pengembangan yang ditemukan akan direkomendasikan pada perusahaan dengan tujuan suatu saat nanti dapat dimanfaatkan di waktu yang akan datang. 7