BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini adalah studi aplikatif terhadap materi penyadapan seni tradisi

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rachmayanti Gustiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan atas. Bahkan saat ini sudah banyak sekolah-sekolah dan lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah dalam kurikulum pendidikan terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan seni budaya Indonesia merupakan warisan berharga bagi

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan No.81a Tahun 2013 Lampiran IV tentang Pedoman

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara di dunia dan membawa berbagai perubahan pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kontes pendidikan seni untuk sekolah dasar tidak menuntut siswa

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Tri Desiana, 2013 Pembelajaran Tari Di Sanggar Ringkang Gumiwang Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015 PEMBELAJARAN GITAR DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP AL-AZHAR SYIFA BUDI PARAHYANGAN PADALARANG

BAB I PENDAHULUAN. Hilda Widyawati, 2013 Eksistensi Sanggar Seni Getar Pakuan Kota Bogor Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

I. PENDAHULUAN. Budaya adalah cermin suatu bangsa dan bangsa yang besar ialah bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang diamanatkan dan ditetapkan (UU Sisdiknas No. 20 Tahun

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan (sekolah) adalah tempat transfer ilmu. dalamnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertujuan mendidik siswanya

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Nur Syarifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari keterlibatan generasi mudanya. Berpijak dari hal tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks dan berjangka panjang. Berbagai aspek yang tercakup dalam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KAULINAN BUDAK SEBAGAI BAHAN AJAR UNTUK MENSTIMULUS MINAT TARI SISWA DI SD LABSCHOOL UPI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diana Susi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian. Hal tersebut terjadi akibat beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik pengaruh dari dalam seni itu sendiri terutama masyarakat pendukung seni tersebut, ataupun pengaruh dari luar lingkungan seni itu, baik secara langsung ataupun tidak. Kekhawatiran para seniman seni tradisi terhadap keberadaan seni tradisi itu sendiri sangatlah besar karena melihat proses regenerasi yang kurang berhasil, ketika mereka hanya lakukan kepada keturunannya saja. Apabila proses regenerasi tetap dilakukan seperti itu, maka bukan tidak mungkin seni-seni tradisi yang ada di daerah tidak dapat dipertahankan dan dikembangkan lagi. Keadaan seperti ini tentu saja tidak bisa dibiarkan begitu saja, beberapa cara perlu ditempuh oleh para seniman dan masyarakat pendukung. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan mengembangkan seni tradisi yang ada di daerah yakni dengan mengangkat seni tradisi yang ada menjadi materi pembelajaran di sekolah-sekolah formal, karena disanalah tempat generasi muda mendapatkan bekal pengetahuan mengenai bagaimana mereka menjalani hidup di masyarakat, bagaimana mengenal masyarakat, budaya, adat dan termasuk seni yang tumbuh dan berkembang pada

2 masyarakat satu daerah. Proses regenerasi akan lebih tepat dilakukan di dunia pendidikan karena dampaknya akan lebih terasa, selain itu penyebarannya juga lebih luas. Proses pengenalan seni tradisi melalui pendidikan formal juga dilakukan secara berkelanjutan artinya tidak hanya pada saat itu saja, akan tetapi siswa dapat mempelajarinya pada tahap dan jenjang kelas selanjutnya. Dengan demikian rasa memiliki dan mencintai seni tradisi akan semakin tertanam dalam diri siswa. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) no 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagaimana dijelaskan, pembelajaran seni budaya di sekolah lebih mengarah kepada pengembangan potensi siswa untuk dapat memiliki keterampilan pada dirinya yang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki masing-masing, sehingga akan lebih terarah dan fokus untuk pengembangan diri siswa. Pendidikan seni merupakan pelajaran yang lebih menekankan pada keterampilan dan pengembangan diri siswa dari segi estetika. Pada sebuah pendidikan tentu saja terjadi proses pembelajaran, dimana terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik. Jean Piaget (Syaiful Sagala, 2006:24) mengungkapkan sebagai berikut. proses belajar dari segi psikologis terdiri dari dua proses yakni (1) proses assimilation, dalam proses ini menyesuaikan atau mencocokkan

3 informasi yang baru itu dengan apa yang telah ia ketahui dengan mengubahnya bila perlu; dan (2) proses accomodation yaitu anak menyusun dan membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih baik. Proses belajar yang diungkapkan oleh Jean Piaget di atas selaras dengan proses pembelajaran pada pelajaran seni budaya. Standar kompetensi yang harus dicapai dari pembelajaran seni budaya yakni kompetensi apresiasi dan ekspresi. Pada kompetensi apresiasi, siswa diajak mengenal dan mengetahui seni tradisi yang ada di daerah mereka berada, seperti diungkapkan oleh Jazuli (80;2008), bahwa; Berapresiasi (to appreciate) berarti menghargai. Kata menghargai melibatkan dua pihak, yaitu subjek sebagai pihak yang memberi penghargaan dan objek yang bernilai sebagai pihak yang dihargai. Subjek akan memberikan penghargaan dengan tepat apabila ia mampu mengamati dan menilai apa yang bermakna di dalam objek. Pada kegiatan apresiasi ini siswa merupakan subjek, yakni sebagai pihak yang memberikan penghargaan terhadap sebuah hasil karya seni, dan sebagai objeknya adalah seniman dan hasil karya seninya. Setelah berapresiasi, apabila siswa sudah memiliki pengetahuan sebelumnya, maka siswa diajak untuk mencocokkan apa yang telah mereka ketahui sebelum mengikuti pembelajaran dengan apa yang mereka temukan saat apresiasi di dalam kelas. Selanjutnya pada kegiatan kreasi, siswa diajak untuk mengingat, mencoba dan mengembangkan apa yang telah mereka ketahui pada saat apresiasi. Pada saat proses kreasi ini bukan tidak mungkin mereka melakukan penambahan atau pengurangan terhadap sajian yang mereka kembangkan sesuai dengan hasil imajinasi mereka, sehingga pada

4 akhirnya akan menjadi sebuah karya hasil pengembangan dari seni tradisi yang ada. Seperti diungkapkan pula oleh Jazuli (88,89;2008) berikut ini. Kreasi pada hakekatnya adalah melahirkan sesuatu, menciptakan sesuatu yang belum ada. Pada kegiatan berkreasi, siswa diberi pengalaman mencipta atau memproduksi karya baru dan pengalaman menyajikan atau memproduksi karya yang sudah ada (performance). Cara pengembangan seperti ini sudah mulai banyak digunakan oleh para pendidik seni dengan kemasan yang berbeda-beda disesuaikan dengan kemampuan individu para pendidik masing-masing dan ketersediaan sarana pendukung pembelajaran. Kegiatan apresiasi dan kreasi bisa saja dilakukan secara terbalik misalnya siswa diajak berkreasi dulu baru kemudian mereka melakukan apresiasi. Bagaimanapun kegiatan yang dilakukan sebaiknya kegiatan apresiasi dan kreasi saling memiliki keterkaitan dan berkesinambungan, sehingga dapat membawa pembelajaran mencapai tujuan yang diharapkan dengan maksimal. Beberapa fenomena yang terjadi di lapangan pada pembelajaran, guru memisahkan kegiatan apresiasi dengan kreasi, sehingga kegiatan apresiasi dan kreasi tidak berkaitan sama sekali, misalnya saja pada kegiatan apresiasi siswa diajak menyaksikan pergelaran tari daerah setempat yang dipertunjukkan di sekolah, selanjutnya saat kreasi siswa mencari lagi materi sendiri untuk dikembangkan atau dipelajari. Saling berkaitan disini bukan berarti harus sama persis antara kegiatan apresiasi dan kreasi yang dilakukan oleh siswa, akan tetapi esensi yang ada pada sebuah seni itu tetap melekat pada hasil kreasi siswa walaupun hanya sedikit. Bahkan ada juga yang mengarahkan siswa untuk mempelajari tari daerah setempat dari sanggar-sanggar tari yang ada di sekitar daerah Sumedang, hasilnya ditampilkan

5 oleh siswa di depan kelas. Hal tersebut model dan caranya sama dengan penyadapan, hanya saja proses kreasi siswa tidak terjadi, karena siswa di tempat seniman hanya mempelajari sebuah tarian dari awal sampai akhir tanpa melakukan perubahan ataupun pengembangan. Hal tersebut memang baik diterapkan dengan tujuan menambah pengetahun siswa, namun dilihat dari kreativitas siswa dapat dikatakan kurang baik karena siswa hanya meniru, mengingat dan mempertunjukkan apa yang sudah mereka terima dari seniman, tanpa melakukan kreasi tambahan pada sajiannya. Konsep pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti ini sebenarnya sudah dilakukan juga oleh beberapa peneliti lain, akan tetapi dalam prosesnya masih terdapat beberapa perbedaan, pada konsep pembelajaran ini peneliti tidak hanya memberikan apresiasi secara langsung seni tradisi dari tempat senimannya, tetapi siswa diberi kesempatan untuk mempelajari masing-masing seni tradisi secara langsung di tempat seniman. Hal ini tidak mudah dilaksanakan, karena peneliti dituntut untuk menghubungkan antara siswa dengan seniman, serta menyelaraskan antara konsep penyadapan dengan kurikulum yang dijadikan sebagai acuan oleh peneliti pada saat mengajar di kelas. Hal inilah yang akan membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian lain yang sudah dilakukan. Konsep penyadapan yang diterapkan pada pembelajaran seni budaya di SMAN Rancakalong dalam penelitian ini bertujuan memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai kesenian yang tumbuh dan berkembang di daerah kecamatan Rancakalong melalui kegiatan apresiasi dan kreasi, dalam prosesnya

6 siswa diajak berapresiasi terhadap beberapa seni yang berada di daerah setempat. Siswa menyaksikan, menikmati dan menilai seni-seni yang diperkenalkan, setelah siswa menyaksikan dan menilai karya seni tradisi, tentu saja akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa tentang seni yang telah mereka saksikan. Selanjutnya siswa mulai diajak untuk mengkaji masing-masing seni tradisi yang sudah diperkenalkan dengan harapan mulai timbul rasa penasaran dan ketertarikan untuk mencoba dan merasakan bagaimana kalau mereka yang menjadi pelakunya. Saat mereka mulai tertarik untuk mencoba menjadi pelaku dari salah satu seni tradisi, siswa diajak untuk datang ke sanggar seni yang ada di sekitar daerah Rancakalong untuk mempelajarinya melalui proses penyadapan. Melalui penyadapan ini, selain siswa dapat mempelajari seni tradisi yang ada juga siswa mengenal bagaimana lingkungan tempat seniman berada, masyarakatnya, pola hidupnya, dan sebagainya. Pada saat penyadapan berlangsung siswa lebih dekat dengan seniman, dan juga lebih banyak memperoleh pengalaman dalam menghadapi seniman dan masyarakat yang ada di sekitarnya, karena saat siswa melakukan penyadapan masyarakat yang ada juga ikut menyaksikan. Dengan demikian interaksi yang terjadi tentu saja tidak hanya siswa dengan seniman, tetapi juga dengan lingkungan dan masyarakatnya. Itulah kelebihan dari kegiatan apresiasi dan kreasi yang peneliti lakukan. Dari mulai kegiatan apresiasi siswa lebih aktif, siswa dapat mengajukan pertanyaan langsung kepada para seniman. Siswa belajar beradaptasi dengan seniman dan lingkungan, begitu pula sebaliknya, seniman mulai mempelajari bagaimana menghadapi siswa yang pada dasarnya tidak tahu sama sekali seni tradisi yang akan mereka pelajari.

7 Setelah proses penyadapan, siswa membuat kreasi dengan mengembangkan materi seni tradisi yang sudah mereka dapatkan dari seniman, sehingga menjadi sebuah karya hasil kreativitas mereka dengan tidak mengurangi kekhasan dari setiap seni tradisi yang mereka angkat. Pada akhir pembelajaran diharapkan tumbuh rasa memiliki dan rasa ingin mempertahankan serta mengembangkannya dengan cara mereka sendiri tanpa menghilangkan esensiesensi yang terkandung di dalam setiap seni tradisi. Melalui langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti tersebut, peneliti mencoba mengangkat kesenian yang berada di daerah Rancakalong sebagai bahan untuk materi pembelajaran seni budaya melalui cara penyadapan yang dilakukan oleh siswa kelas XI di SMA Negeri Rancakalong yang merupakan tempat dimana peneliti menjalankan tugas sebagai tenaga pendidik. Secara umum proses penyadapan yang dilakukan oleh siswa dengan seniman, peneliti gambarkan pada skema sebagai berikut. Menyaksikan Mencoba Mengolah/Mengembangkan Terdapat beberapa seni tradisi yang ada di daerah Rancakalong yang masih dipertahankan oleh masyarakatnya, diantaranya adalah seni Terebang, Koromong, Pencak silat, Beluk, Tutunggulan, Kuda renggong dan lain sebagainya. Saat ini sangat diperlukan upaya dalam mempertahankan dan mengembangkan seni-seni tradisi tersebut, salah satu usaha yang dapat ditempuh yakni dengan melibatkan para generasi muda. Oleh karena demikian, maka peneliti membawa materi seni-seni tradisi yang ada di daerah menjadi materi pembelajaran seni budaya, dengan harapan agar siswa sebagai generasi muda

8 nantinya akan menjadi penerus dan pengembang seni-seni tradisi yang dapat dibanggakan. Pada umumnya seni tradisi yang berkembang di daerah Rancakalong mengandung kegiatan sosial dimana rasa keterlibatan bersama dari masyarakat pendukungnya mendorong mereka untuk berperan serta hingga mempertebal rasa solidaritas kelompok. Tampak sekali pada saat seni tradisi dipertunjukkan, yang hadir tidak hanya para seniman sebagai pelaku seni saja, tetapi juga masyarakat sekitar. Dengan demikian ketika seni tradisi yang ada di daerah Rancakalong diangkat ke dalam materi pembelajaran seni budaya melalui penyadapan yang dilakukan oleh siswa di sanggar-sanggar seni yang ada di daerah Rancakalong, diharapkan dapat mempertahankan kondisi tersebut pada masyarakat serta dapat memberikan pengalaman bagi siswa mengenai saling menghargai, menghormati, dan merasakan keberagaman. Pembelajaran di sekolah mengacu pada kurikulum yang berlaku secara nasional, pada saat ini mulai diberlakukan kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan berbasis karakter dan budaya bangsa, dimana didalamnya sarat akan nilainilai kebangsaan yang perlu ditanamkan pada siswa, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan out put yang memiliki kepribadian dan berkarakter. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti mencoba membawa siswa untuk mempelajari seni daerah setempat melalui konsep penyadapan. Dalam seni tradisi akan terungkap berbagai nilai sosial yang secara simbolis dapat dihayati oleh anggota masyarakatnya, dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat pendukung kesenian tersebut.

9 diantaranya generasi muda yang merupakan salah satu bagian dari masyarakat yang akan melanjutkan keberlangsungan suati seni tradisi. Seni-seni tradisi yang ada saat ini sudah mulai mengalami beberapa perubahan, salah satunya diakibatkan karena banyaknya pengaruh seni-seni modern yang lebih mudah dan cepat diterima serta diikuti oleh siswa, dibanding dengan seni tradisi yang lebih sulit. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti mencoba memperkenalkan seni-seni tradisi ini melalui kegiatan penyadapan ke sanggar-sanggar seni yang berada di sekitar daerah Rancakalong. Kegiatan penyadapan ini dilakukan oleh siswa dalam satu kelas yang terbagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang siswa. Konsep penyadapan ini bertujuan agar siswa merasakan dan terlibat secara langsung dalam memahami bentuk, cara penyajian, dan mengenal keunikan dari seni-seni tradisi yang mereka miliki, sehingga disadari betapa pentingnya memelihara dan menjaga seni tradisi agar tetap bertahan. Kurikulum yang berlaku saat ini memberikan keleluasaan kepada guru untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan potensi yang ada pada siswa dan lingkungan dimana sekolah berada. Penekanan pada pembentukan manusia yang berkarakter dan budaya bangsa dengan tujuan menghasilkan output yang yang berjiwa nasionalis kreatif, inovatif dan memiliki karakter yang tertanam dalam dirinya, dan berdaya saing tinggi. Tujuan akhir dari pembelajaran seni budaya di sekolah umum tidak akan sama dengan pada sekolah kejuruan, siswa yang belajar di sekolah umum cenderung lebih kompleks, sehingga lebih diarahkan kepada pemberian

10 pengalaman dan keterampilan saja. Dalam hal ini Masunah, dkk (2003:249) mengatakan bahwa Tujuan pendidikan seni di sekolah umum bukanlah menjadi seniman, melainkan diharapkan siswa mendapatkan pengalaman seni, baik praktik maupun apresiasi. Sebuah proses tentu akan terdiri dari beberapa tahapan dan dalam melewati tahapan-tahapan tersebut akan menemukan tantangan yang dihadapi salah satunya yakni menghubungkan siswa dengan para seniman tradisi yang berlatar belakang seni otodidak atau alami, selain itu siswa mulai diperkenalkan dengan dunia luar pendidikan formal yang berbeda dengan dunia formal yang selama ini mereka temukan. Maka dari itu sebagai suatu kebanggaan apabila materi yang diangkat memang berhasil dalam menumbuhkan sikap apresiatif siswa terhadap seni tradisi yang ada di daerahnya. Sumedang memiliki beragam kesenian tradisional yang masih tetap dipelihara dan dilestarikan oleh masyarakatnya, kesenian-kesenian tersebut menyebar di setiap kecamatan di wilayah kabupaten Sumedang. Salah satunya yakni kecamatan Rancakalong yang memiliki beberapa seni tradisi. Seiring dengan perkembangan zaman yang setiap hari mengalami perubahan, seni-seni yang tumbuh mulai kurang mendapat perhatian, apalagi keterlibatan dari masyarakat khususnya generasi muda. Para tokoh kesenian yang sudah tergolong lanjut usia merasa khawatir dengan keadaan seperti ini. Haruskah kesenian ini berhenti sampai saat ini saja atau tetap dipertahankan oleh generasi yang tidak tahu sama sekali apa saja yang ada di dalam sebuah seni tradisi yang ada di sekitar mereka?

11 Dunia pendidikan yang mencetak generasi muda menjadi insan yang berbudi pekerti, untuk saat ini belum banyak menggunakan seni-seni tradisi daerah sebagai materi ataupun bahan ajar, ketertarikan dan kebermaknaan materi seni tradisi masih kurang melekat pada diri para pendidik dan hal itu perlu dibangun salah satunya melalui pembelajaran dengan cara penyadapan ini. Dengan harapan bisa membantu permasalahan yang terjadi pada seni tradisi khususnya di daerah Rancakalong, peneliti akan mencoba memperkenalkan seniseni tradisi yang ada di Rancakalong melalui dunia pendidikan dengan cara penyadapan yang akan dilakukan oleh siswa. Konsep penyadapan untuk materi seni tradisi di SMAN Rancakalong, menurut peneliti lebih efektif dengan alasan daerah Rancakalong yang sarat dengan seni-seni tradisi yang terdiri dari beberapa macam seni tradisi yang masih tumbuh dan berkembang pada masyarakatnya, juga siswa yang belajar di SMAN Rancakalong pada umumnya merupakan orang-orang dari masyarakat sekitar daerah Rancakalong, kalaupun ada dari luar daerah tetapi hanya beberapa orang saja. Ketika siswa diarahkan untuk melakukan penyadapan terhadap seni tradisi yang ada, maka saat itulah siswa semakin dekat dan melekat dengan lingkungan mereka berada. selanjutnya melalui kegiatan penyadapan ini peneliti berusaha membantu mewujudkan pencanangan pemerintah kabupaten Sumedang sebagai puseur budaya Sunda. Pembelajaran seni pada tingkat SMA lebih menekankan pada kompetensi apresiasi dan ekspresi, pada tujuan akhir dari pembelajaran selain dapat

12 menumbuhkan sikap apresiatif siswa juga diharapkan dapat memberikan pengalaman baru dalam mengenal seni tradisi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan di atas maka peneliti akan membatasi masalah dengan poin-poin sebagai berikut. 1. Bagaimana proses transformasi yang ditempuh oleh siswa dalam materi penyadapan pada pembelajaran seni tari berbasis lingkungan budaya? 2. Bagaimana siswa mengembangkan hasil penyadapan pada pembelajaran seni tari berbasis lingkungan budaya? 3. Bagaimana siswa mempertunjukkan hasil penyadapan pada pembelajaran seni tari berbasis lingkungan budaya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, selain untuk menambah literatur tentang keberadaan kesenian ini yang bisa dijadikan sebagai bahan ajar untuk kalangan pendidikan serta untuk menambah khasanah kesenian di Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memaparkan proses transformasi yang ditempuh oleh siswa dalam materi penyadapan pada pembelajaran seni tari berbasis lingkungan budaya. 2. Membawa siswa mengembangkan hasil penyadapan pada pembelajaran seni tari berbasis lingkungan budaya.

13 3. Mengarahkan siswa untuk mempertunjukkan hasil penyadapan pada pembelajaran seni tari berbasis lingkungan budaya. D. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapakan akan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait terutama dalam bidang pendidikan. Secara spesifik, penelitian ini akan lebih memberikan manfaat bagi pihak-pihak tertentu, diantaranya: 1. Peneliti Penelitian ini akan memberikan gambaran dan pengalaman mengenai pembelajaran seni budaya yang diarahkan ke lapangan langsung, dan yang memberikan materi adalah seniman dari seni tradisi itu sendiri. 2. Objek yang diteliti Peneliti berharap dengan penelitian ini dapat membantu para seniman tradisi dalam mengembangkan seni yang mereka pelihara melalui proses pengenalan kepada siswa sebagai generasi muda. 3. Guru dan Seniman Penerapan cara penyadapan ini baru dicobakan oleh peneliti, apabila memang berdampak baik tentu saja akan memberikan satu alternatif dalam penyampaian materi bagi guru-guru khususnya pada mata pelajaran seni budaya. 4. Lembaga Pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian dan referensi, baik bagi para guru seni budaya, maupun para kaum pendidik pada umumnya.

14 Menanggapi program pemerintah Kabupaten Sumedang yang mencanangkan kota Sumedang sebagai kota budaya. Tentu tidak hanya di kalangan pemerintah saja yang bekerja keras untuk mewujudkannya. Andil dan dukungan masyarakat juga sangat menentukan kelancaran rencana tersebut. Berbagai manfaat pun akan dirasakan oleh berbagai pihak terutama bagi senimanseniman yang mengembangkan seni tradisi tentu saja reputasinya akan terangkat. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini akan sangat bermanfaat untuk dijadikan referensi bahan ajar seni tradisional. Kalangan dunia pendidikan pun harus bisa mendukung secara formal terhadap program pemerintah tersebut dengan menambahkan seni-seni tradisi yang berada di daerah Rancakalong khususnya dan Kabupaten Sumedang pada umumnya menjadi bagian dari materi ataupun bahan ajar pada mata pelajaran seni budaya, dengan pertimbangan untuk mewujudkan Sumedang Puseur Budaya Sunda dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai yang ingin dicapai dari program tersebut diawali dengan pendekatan terhadap generasi muda melalui pendidikan yang dipandang akan lebih efektif, karena setelah terwujud Sumedang Puseur Budaya Sunda, generasi muda lah yang akan menjadi penerus program tersebut. Ketika program pemerintah Kabupaten Sumedang tentang pencanangan kota budaya terwujud, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai sebuah data tertulis atau literatur tentang keberadaan kesenian dari daerah Rancakalong. Selain bisa dijadikan sebagai bahan rujukan bisa juga dijadikan sebagai bahan ajar untuk berbagai lembaga pendidikan, terutama pada lembaga pendidikan seni di Indonesia.

15 Manfaat yang terkait dengan penelitian ini yaitu: 1. Memberikan sebuah alternatif untuk mempertahankan keberadaan seni tradisi yakni melalui pendidikan. 2. Memperkenalkan seni-seni tradisi melalui cara penyadapan oleh siswa. 3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari dan mengembangkan seni-seni tradisi. 4. Memperkuat ketahanan budaya Sumedang. 5. Membantu mewujudkan program pemerintah kabupaten Sumedang yakni Sumedang Puseur Budaya Sunda. E. Asumsi Penelitian Pembelajaran seni tari berbasis lingkungan budaya di SMAN Rancakalong Kabupaten Sumedang melalui materi penyadapan merupakan proses pembelajaran kontekstual. F. Batasan Istilah Supaya tidak keliru dalam melaksanakan penelitian ini, maka peneliti akan memaparkan beberapa definisi istilah yang menjadi kata kunci dalam penelitian ini diantaranya: 1. Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. (Syaiful Sagala, 2006:61).

16 2. Lingkungan Budaya Lingkungan budaya peneliti artikan sebagai sebuah komunitas yang memiliki kebiasaan dan aturan sendiri yang dimiliki dan dijunjung tinggi oleh masyarakatnya sendiri. 3. Penyadapan Penyadapan artinya meniru tarian atau sebuah karya seni tersebut untuk kemudian dikembangkan. Peneliti memilih kata penyadapan dengan alasan kata tersebut lebih akrab dan sering digunakan pada kegiatan masyarakat, sehingga ketika mendengar kata penyadapan tanpa dijelaskan pun orang dengan mudah memahami maksud dari materi yang diterapkan oleh peneliti. G. Kerangka Penelitian Seniman Penyadapan Siswa Merencanakan Guru Merefleksi Mengevaluasi Menyajikan Hasil Penyadapan Bagan 1 Kerangka penelitian. (Dewi Yulianti, 2012)