PENDAHULUAN Latar Belakang Komunikasi merupakan hal pokok yang dilakukan manusia dalam keseharian, untuk mengetahui dan mengungkap berbagai gejala sosial dalam suatu interaksi sosial. Salah satu saluran yang digunakan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu menggunakan media massa seperti televisi. Televisi sebagai ruang publik yang menyoroti dan menyikapi berbagai stimuli disajikan melalui berbagai program berita (news), program pendidikan dan hiburan, seperti infotainment yang dikemas dalam bentuk berita. Hal tersebut dimungkinkan karena televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang dapat sekaligus menggabungkan penayangan yang bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan. Selain itu, infotainment terkait dengan informasi selebritis, sehingga memungkinkan pula menonjolkan unsur hiburan dengan memperkecil nilai berita yang lain (nilai informasi yang mendidik atau mencerahkan) pemirsa. Menurut Skomis (1985) diacu dalam Syahputra (2006), jika dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, suratkabar, majalah dan buku), maka televisi mempunyai sifat istimewa yang dapat menggabungkan tayangan informatif, hiburan maupun pendidikan. Infotainment televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1993 diawali dengan munculnya tayangan Bulletin Sinetron, disusul Kabar-Kabari (1996) dan Cek & Ricek (1997) dan bermunculan sejenis. Dengan demikian, termasuk pelopor utama dalam tayangan tersebut adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Pada saat ini sudah ada antara lain tujuh stasiun televisi yang menayangkan infotainment dengan ragam kemasan dan penamaan masing-masing, sebagai berikut:
2 Tabel 1. Ragam acara infotainment di televisi No. Nama Acara Stasiun Televisi 1. Go Spot Kabar-Kabari Cek & Ricek Silet Peri Gosip 2. Was-Was Gosip Apa Gosip OTISTA Kasak-Kusuk Hot Shot Hallo Selebriti Bibir Plus Sketsa Selebritis 3. Kassel Go Show KIPAS-KIPAS SINDANGLAIA 4. BETIS TOP GOSIP MATA-MATA BUKAN GOSIP 5. KISS Sensor 6. Star 7 Kabar Idola Blow Up Klise 7. Insert Insert pagi Insert Sore Kroscek BEBI (Bebas Bicara) RCTI SCTV TPI Antv Indosiar TRANS 7 Trans TV Infotainment yang ditayangkan tujuh stasiun televisi tersebut memiliki durasi tayangan antara 30-60 menit dengan jam tayang pagi, siang atau malam hari. Materi yang disampaikan dalam infotainment berkisar seputar kehidupan selebritis atau public figure, mulai dari karier sampai hal-hal yang bersifat pribadi, seperti perceraian dan perselingkuhan. Pantauan Komisi Penyiaran Indonesia, hingga Agustus 2005 menunjukkan bahwa dalam satu hari penayangan televisi menyajikan program infotainment selama 13 jam. Selama kurun waktu 2002 hingga 2005, jumlah program
3 infotainment di tv swasta selalu meningkat. Gumilar (2008) menyatakan, petunjuk yang dijadikan patokan program acara oleh stasiun televisi di antaranya adalah acara harus utuh: Pembahasan materi terjaga, tidak keluar dari konsep yang telah ditetapkan, mulai dari pengantar, permasalahan, pembahasan dan penyelesaian masalah secara sistematis. Dengan demikian sistematika dan kesinambungan acara tetap terjaga. Ragam, format dan nama infotainment bisa mengingatkan pemirsanya pada tayangan televisi tertentu, terkait dengan keyakinan pemirsa pada nilai informasinya. Departemen Komunikasi dan Informatika 2006 menyatakan, Infotainment awalnya dikemas melalui bincang-bincang gosip yang menyajikan rangkaian informasi. Kemasan berikutnya berupa bentuk liputan khusus investigasi. Setiap episode difokuskan untuk membahas isu tertentu. Ada pula kemasan dalam bentuk news round-up, semacam kompilasi informasi selama periode waktu tertentu (seminggu), seperti Espresso Weekend Satu dua program infotainment mengambil format bincang-bincang di antara dua penyiar (host) sehingga nuansa gosip lebih terasa. Ragam tayangan infotainment televisi cenderung didominasi oleh kehadiran sosok perempuan sebagai pelaku perbincangan (penyiar atau presenter) dengan label bawel/suka bicara atau bincang-bincang gosip. Hasil observasi dari Depkominfo (2006) menunjukkan adanya kecenderungan perbedaan waktu menonton tayangan infotainment antara pemirsa laki-laki dan perempuan. Sebanyak 74,83% pemirsa perempuan menonton infotainment di siang hari pada pukul 12.00-15.59. Sedangkan 42,86% pemirsa laki-laki menonton pada pagi hari pukul 05.00-11.59. Berdasar kategori usia, sebanyak 85,71% pemirsa berusia 35-50 tahun, 35,76 % berusia 25-34 tahun dan 33,77% berusia 15-24 tahun. Persentase terbanyak 66,23% pemirsa berada pada rentang waktu menonton di siang hari. Inilah saat infotainment gencar-gencarnya ditayangkan kepada kelas sosial menengah ke bawah, yaitu sebagian besar kepada perempuan (ibu-ibu berusia di atas 35 tahun), sebuah kelas yang secara tidak adil acap diidentikkan dengan kebiasaan ngerumpi. Infotainment di Indonesia sebagai urusan informasi tapi santai dan berhubung khalayak Indonesia kesulitan mencerna Plain Serious Information maka wajah pertelevisian Indonesia
4 berdasarkan pemetaan infotainment ini tampak tidak lebih dari sekedar ajang gosip belaka yang tidak mencerdaskan dan memberdayakan penontonnya. Menurut Wardhana diacu dalam Pikiran Rakyat (2006), bahwa enam karakteristik sosok infotainment Indonesia, yaitu mengarang realitas, menggelapkan fakta, memaksa bertanya persoalan selebritis yang mestinya punya hak bungkam, banyak istilah yang disalahkaprahkan, wawancara eksklusif bersama sumber sebagai kesempatan mempromosikan diri dan cenderung prestatif. Dalam hal ini persepsi pemirsa juga menunjukkan adanya keragaman dalam melihat infotainment. Hasil penelitian Lestari (2005) menunjukkan, penonton tayangan infotainment terbanyak 56% adalah wanita. Wanita lebih menyukai tayangan yang bersifat emosional, seperti acara infotainment, karena dalam acara tersebut menyuguhkan kasus-kasus atau masalah realita yang dihadapi orang ternama (selebritis). Wanita akan membicarakan kembali tayangan ini dengan teman wanita dan cenderung meniru perilaku selebritis tersebut. Bahkan bukan tidak mungkin bila mereka ditimpa masalah yang sama, maka akan menyelesaikan dengan cara seperti selebritis yang mereka idolakan, sedangkan pria cenderung berpikir realistis. Dari beberapa penelitian tersebut maka tampak adanya perbedaan antara pemirsa dalam memahami realitas sosial yang ditayangkan di tiap acara infotainment. Dengan demikian penelitian untuk memahami persepsi pemirsa terhadap tayangan infotainment dianggap perlu untuk dilakukan.
5 Perumusan Masalah Istilah infotainment bagi penggemarnya, bukan lagi hal yang asing untuk mencirikan penamaan masing-masing suatu program di acara televisi tertentu di setiap jam tayang. Ciri tersebut memberikan gambaran bagi pemirsa untuk menonton tayangan infotainment tertentu guna memenuhi kebutuhan suatu informasi atau hanya sekedar mengisi waktu luang. Menurut Wardana diacu dalam Fajar.co.id (2006), sebutan infotainment mengindikasikan format dan kemasan tayangan program televisi dalam menyajikan informasi. Ciri yang paling menonjol adalah infotainment menyajikan informasi yang dikemas dalam bentuk hiburan. Informasi yang ditampilkan adalah seputar kehidupan selebritis. Format tayangan infotainment dimaksudkan agar informasi yang cenderung kaku dan formal diolah menjadi lebih luwes dan informal. Ragam kemasan dan penamaan dalam format tayangan infotaiment yang beragam antara lain di tujuh stasiun televisi swasta, memungkinkan persepsi pemirsa yang juga beragam terhadap tiap tayangan infotainment. Karakteristik pemirsa juga cenderung beragam dilihat dari latar belakang sosial budaya. Panjaitan (2006) menyatakan, klasifikasi baku karakteristik secara demografis dibagi menjadi beberapa area, seperti jenis kelamin, umur, pekerjaan, terutama status sosial ekonomi yang dapat membedakan pengaruh suatu informasi bagi seseorang berdasarkan kepemilikan atau penggunaan media seperti televisi. Berdasarkan pemikiran tersebut, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik pemirsa infotainment? 2. Bagaimana persepsi pemirsa tentang tayangan infotainment? 3. Bagaimana hubungan karakteristik dengan persepsi pemirsa tentang infotainment?
6 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji karakteristik pemirsa infotainment televisi 2. Mengkaji persepsi pemirsa tentang tayangan infotainment televisi 3. Mengkaji hubungan karakteristik dengan persepsi pemirsa infotainment televisi. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian, sebagai berikut: 1. Bagi masyarakat pemirsa diharapkan dapat memfilter tayangan infotainment, terutama para orang tua dalam mengarahkan keluarga, dalam memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan. 2. Hasil penelitian diharapkan berguna bagi stasiun televisi dalam mengemas infotainment yang menarik dan memberikan nilai pencerahan bagi pemirsa.