BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya yang mulai memasuki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI KREASI DI TAMAN KANAK-KANAK MELATI KABUPATEN SOLOK SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsanganrangsangan yang berasal dari lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sosok yang unik. Anak usia dini mengalami suatu proses. perkembangan anak selanjutnya ( Santoso 2005:2.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. telah menempatkannya sebagai pasal tersendiri dalam UU Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fitri Chintia Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan model pembelajaran untuk membentuk kurikulum (rencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam. proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar yang diberikan kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhandan perkembangannya.pada usia 0 tahun 8 tahaun merupakan. mengoptimalkan lima aspek perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui


BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari 0 sampai dengan usia 8 tahun (Solehudin, 1997 : 23). Dan usia ini juga disebut dengan golden age (usia emas) dimana anak akan berkembang dengan optimal semua aspek perkembangannya melalui stimulus yang tepat sesuai dengan Tingkat Pencapaian Perkembangannya. Banyak sekali anak-anak yang tidak optimal perkembangannya karena adanya stimulus yang kurang tepat dan optimal maka dari itu salah satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah bagaimana orang tua dan pendidik mengenal anak atau peserta didiknya supaya mendapatkan penanganan pendidikan yang tepat untuk dirinya. Dan Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang diadakan sebagai dasar untuk lebih mematangkan anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya sebelum menuju ke jenjang pendidikan selanjutnya. Seperti yang tercantum dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14 bahwa : Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Ada beberapa aspek perkembangan yang harus dirangsang secara optimal supaya anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan perkembangannya yaitu Aspek perkembangan moral keagamaan, social emosi, kognitif, Bahasa, Seni, dan fisik motorik Motorik kasar merupakan keterampilan yang tanpa terasa sudah dilakukan sejak seorang anak dilahirkan, dari mulai gerakan yang sangat sederhana dan lemah

2 sampai pada gerakan yang kompleks dan kuat. Seiring dengan bertambahnya usia seorang anak akan pula bertambah keterampilan dan perkembangan motorik kasarnya. Dalam kehidupan sehari-hari sebetulnya tanpa disadari semua orang sudah melakukan gerakan motorik kasar seperti memegang, menarik, mengulur, berjalan, berlari, menendang dan lain sebagainya. Di PAUD diberikan pembelajaran motorik kasar yang merupakan pembelajaran pengendalian gerakan tubuh melaui kegiatan yang terkoordinir antar beberapa hal yaitu : susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord (Richard Decaprio 2013 : 16) Namun berdasarkan pengamatan yang ada di lapangan atau tepatnya di PAUD Cahaya Indonesia, pembelajaran motorik kasar yang dikategorikan juga sebagai kecerdasan kinestetik masih disampaikan tanpa aturan dan tujuan yang jelas dan tidak bisa disajikan sebagai hasil karya dengan keteraturan dan keindahan gerak diiringi irama musik yang bisa menyenangkan bagi anak. Dan kemampuan anak setelah pembelajaran motorik masih rendah, belum menunjukkan peningkatan. Hal ini akan sangat berbahaya bila dibiarkan karena akan menyebabkan anak tdak bisa menjalankan aktivitas motorik secara sempurna seperti misalnya: memegang pensil dengan baik, melakukan gerakan gerakan dalam mengikuti pembelajaran dengan baik seperti melempar dan menangkap bola, engkle, bahkan mengendarai sepeda roda dua dan kegiatan lainnya. Di PAUD Cahaya Indonesia pembelajaran motorik kasar untuk anak masih dilakukan dengan hanya mengembangkan aspek motorik kasarnya saja. Padahal sebenarnya kemampuan anak masih bisa lebih maksimal dan bisa menjadi satu hal yang dibanggakan atau bisa dilakukan dengan serangkaian gerak yang merangsang juga kemampuan lainnya seperti kemampuan atau perkembangan seni pada saat anak melakukan gerakan sesuai irama musik yang didengarnya, perkembangan bahasanya terlihat pada kemampuan anak melakukan perintah dalam melakukan gerakan, kognitifnya, anak berhitung pada waktu melakukan gerakan sebelum memakai musik, anak juga mengenal posisi, dan pada waktu anak melakukan gerakan dengan lentur dan teratur saat itu anak telah melakukan gerakan untuk merangsang keterampilan motorik kasarnya. Selain itu penilaian yang dilakukan pendidik juga belum terarah dan masih bersifat subjektif.

3 Banyak kegiatan yang dapat dikembangkan namun pendidik belum menyadari atau sudah tahu tapi tidak mengimplementasikan dalam pembelajaran terhadap peserta didik. Salah satu kegiatan yang dapat menstimulus keterampilan motorik kasar anak yaitu dengan memberikan pembelajaran tari. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Desfina (2005 : 4) bahwa pengertian tari adalah gerak yang telah mengalami proses stilisasi sesuai dengan irama, sebagai ungkapan jiwa manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan. Kelenturan tubuh dan kemampuan anak bergerak sesuai irama merupakan salah satu potensi yang harus dikembangkan dalam diri anak sebagai kecerdasan kinestetiknya. Menari merupakan pilihan kegiatan yang tepat dan sesuai untuk Anak Usia Dini, sesuai dengan ungkapan yang terdapat pada jurnal yang ditulis oleh I Gusti Komang Aryaprastya (2010 : 476) bahwa : Melalui kegiatan menari siswa dapat menuangkan ekspresi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangan usia serta emosi, dengan demikian pembelajaran menjadi lebih menarik dan menggairahkan para siswa. Peranan pendidikan seni tari dalam pendidikan dapat menumbuhkembangkan daya apresiasi seni, kreatifitas, kognitif serta kepekaan inderawi, dan emosi serta memelihara keseimbangan mental peserta didik. Lebih jauh diharapkan peserta didik yang memiliki minat dan bakat di bidang seni tari dapat mengembangkan bakatnya dan meningkatkan kecerdasan kinestetiknya. Ketetapan gerak tari juga merangsang pertumbuhan motoric anak dalam menyelaraskan daya pikir yang sesuai dengan tingkat perkembangan motorik anak usia dini. Selama ini pembelajaran motorik kasar pada anak hanya diberikan dalam bentuk permainan tanpa diiringi musik ataupun tanpa melakukan gerakan yang terarah dan bermakna. Dalam kegiatan menari potensi motorik kasar anak bisa terasah dengan lebih baik karena diberikan dengan pola aturan gerak yang jelas. Seperti yang diungkapkan oleh Howard Gardner menari termasuk dalam Multiple Intellegence yaitu Body Smart (kecerdasan fisik/kinestetik). Pada dasarnya anak-anak menyukai musik dan menari. Menari bersama bisa mengasah kecerdasan fisik anak. Menari menuntut keseimbangan, keselarasan gerak tubuh, kekuatan dan kelenturan otot. Tidak hanya tangan dan kaki saja tetapi tubuhpun ikut bergerak. Dengan menari anak dapat mengekspresikan perasaannya, dan keluwesannya dalam bergerak.

4 Pendidikan seni, yakni seni tari, musik, rupa dan drama di sekolah taman kanak-kanak merupakan bagian dari proses pembentukan individu yang utuh sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan seni di taman kanak-kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini bukan untuk membentuk siswa yang terampil menari, bermusik atau dengan kata lain bukan untuk menjadi seniman,melainkan membentuk pribadi yang apresiatif dan kreatif melalui pengalaman berolah seni. Pelajaran seni yang sebenarnya dapat membentuk pola pikir anak didik melalui penanaman pemahaman, menumbuhkan cita rasa yang indah dan sensitifitas, dengan harapan dimasa yang akan datang dapat terbentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, kreatif,apresiatif, peka, dan mempunyai rasa keindahan sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan seni, sebaiknya didasari oleh pengembangan aspek kognitif (kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa), afektif (perasaan) dan psikomotor melalui kegiatan dengan mengembangkan pemahaman, pengetahuan, penerapan ketrampilan bergerak, serta ketrampilan lainnya secara luas. Sebenarnya pendidikan seni tidak terkotak-kotak (tari terpisah dengan musik, dengan rupa, dan drama), namun bisa menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi. Ketika kita mengajarkan tari pada anak tentunya tidak akan terlepas dari rasa musikal, penjiwaan tokoh/ekspresei tertentu yang dibawakan, dan akan terkait pula dengan unsur-unsur rupa (busana,property dll). Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja. Tanah air Indonesia yang kita cintai ini banyak sekali dan beragam suku bangsa, adat, dan kaya dengan budaya dan kesenian tradisionalnya, yang disebut juga dengan tari nusantara. Sudah selayaknya pendidik mengenalkan seni budaya yang telah ada sejak nenek moyang kita pada peserta didik dengan memberikan pembelajaran seni tari di PAUD. Bila ditinjau pengertiannya, Tari Nusantara adalah tari-tarian yang tumbuh dan terus berkembang sesuai dengan kelompok masyarakat pendukungnya. Tari Nusantara yang berasal dari berbagai daerah mempunyai

5 keunikan baik dalam segi bentuk gerak, penyajian, irama musik pengiring, maupun dalam rias dan busananya sesuai dengan fungsi tari tersebut. Namun sangat disayangkan pendidik belum mengenalkan kekayaan seni tari tradisional atau tari nusantara itu dengan berbagai alasan diantaranya gerakannya susah untuk dipelajari anak, atau ada juga yang alasannya karena gengsi dan lebih memilih tari modern. Bila hal ini dibiarkan tanpa adanya pemberian pengertian dan penyadaran betapa pentingnya menghargai dan melestarikan budaya bangsa ini maka dikhawatirkan akan musnahnya nilai nilai kebangsaan dan kebanggaan yang seharusnya ditanamkan sejak dini kepada masyarakat khususnya Anak Usia Dini yang akan menjadi cikal bakal serta generasi penerus bangsa. Sebagai rasa kepedulian akan kebudayaan bangsa ini peneliti mencoba untuk memberikan pendekatan pendekatan, yaitu salah satunya dengan merubah anggapan atau paradigma yang berkembang diantara pendidik PAUD, menumbuhkan keyakinan bahwa dengan mengkreasikan dan lebih menyederhanakan gerakan yang ada pada tarian tradisional bisa menjadi jalan keluar yang terbaik. Berkreasi atau menciptakan gerakan kreasi baru tanpa merubah maksud dan tujuan dari tarian tersebut dan tetap menggunakan jenis irama musik yang sama atau bahkan dirubah iramanya menjadi lebih dinamis supaya disenangi anak, akan lebih bijak daripada mengajarkan tarian yang berasal dari kebudayaan asing. Dan Peneliti mempunyai keyakinan dengan musik dalam kegiatan menari dapat menstimulasi gerakan dan mengembangkan koordinasi fisik serta pengendaliannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sheppard (2007 : 121) bahwa : Musik Membantu perkembangan mental, meningkatkan kemampuan koordinasi pada tingkat tinggi, mendatangkan banyak kemampuan sosial, memberikan kreativitas dan pemahaman diri, serta bahkan dapat bermanfaat bagi kesehatan. Musik merupakan wadah yang baik untuk mengeksplorasi kreativitas alami karena secara alamiah menstimulasi rasa imajinasi dan keingintahuan anak. Sebagai penunjang maka dipilihlah tari nusantara atau lebih tepatnya tari yamko rambe sebagai kegiatan dalam mengembangkan motorik kasar anak tersebut karena tarian ini gerakannya cukup dinamis dan sangat cocok untuk pembelajaran

6 motorik kasar bagi Anak. Gerakannya mudah dilakukan anak juga cukup dinamis juga sesuai untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar anak. Dan karena itu peneliti mengambil judul: Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Pembelajaran Tari Nusantara. Dan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas Dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Dengan Pembelajaran Tari Yamko Rambe di PAUD Cahaya Indonesia, Kavling IPTN Jalan Nusantara VII No. I Cihanjuang Cimahi. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka peneliti mengidentifikasi dan mempunyai batasan masalah penelitian sebagai berikut : Pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Masih terdapat kekurangan stimulus stimulus khususnya pada aspek perkembangan motorik kasar peserta didik. Pembelajaran yang berkenaan dengan motorik kasar masih berupa permainan yang hanya merangsang beberapa aspek perkembangan tanpa mengembangkan aspek perkembangan yang lainnya. Pembelajaran Motorik kasar disampaikan tanpa adanya keteraturan gerak dan arahan serta batasan yang jelas. Apalagi bila ditinjau dari segi estetisnya. Masih kurangnya semangat kecintaan serta minat terhadap seni dan budaya bangsa dalam melestarikan seni khususnya seni tari nusantara pada Anak Usia Dini Pendidik masih terpola dengan pembelajaran motorik yang tidak bisa dijadikan bahan pertunjukan atau tontonan. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimanakah upaya meningkatlan kemampuan motorik kasar Anak Usia Dini melalui pembelajaran tari nusantara dengan gerak kreasi baru pada tari Yamko Rambe.

7 Pada umumnya pembelajaran tari merupakan pembelajaran tambahan pada semua PAUD, ini disesuaikan dengan keadaan, usia, dan bakat pada anak. Dengan demikian ada beberapa masalah yang muncul dan menarik untuk dikaji diantaranya: 1). Bagaimana kondisi obyektif kemampuan motorik kasar anak kelompok B di PAUD Cahaya Indonesia? 2). Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tari supaya dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di PAUD Cahaya Indonesia? 3). Bagaimana peningkatan kemampuan motorik kasar peserta didik setelah diberikan pembelajaran tari Nusantara (tari yamko rambe) di PAUD Cahaya Indonesia? D. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran motorik peserta didik di PAUD Cahaya Indonesia. 2) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran tari nusantara (tari yamko rambe) dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar peserta didik di PAUD Cahaya Indonesia. 3) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar peserta didik setelah diberikan pembelajaran tari nusantara (tari yamko rambe) di PAUD Cahaya Indonesia. E. Manfaat Penelitian Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : 1. Mohammad Asrori (2007:15) menyatakan bahwa manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dikaji dari beberapa pembelajaran dikelas. Manfaat yang terkait dengan komponen pembelajaran antara lain : a. Inovasi pembelajaran

8 b. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas c. Peningkatan profesionalisme guru 2. Sukayati (2008: 13) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terkait dengan pembelajaran hampir sama dengan yang disampaikan oleh Mohammad Asrori antara lain mencakup hal-hal berikut: a. Inovasi, dalam hal ini guru perlu selalu mencoba, mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu merencanakan dan melaksanakan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelas dan zaman. b. Pengembangan kurikulum di tingkat kelas dan sekolah, PTK dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru untuk mengembangkan kurikulum. Hasil-hasil PTK akan sangat bermanfaat jika digunakan sebagai sumber masukan untuk mengembangkan kurikulum baik di tingkat kelas maupun sekolah. c. Peningkatan profesionalisme guru, keterlibatan guru dalam PTK akan dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. PTK merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas dan cara pemecahannya yang dapat dilakukan. 3. Rustam dan Mundilarto (2004) mengemukakan manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru, yaitu: a. Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran b. Meningkatkan profesionalitas guru c. Meningkatkan rasa percaya diri guru d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. 4. Cole dan Knowles (Prendergast, 2002:3-4) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dapat mengarahkan para guru untuk melakukan kolaborasi, refleksi, dan bertanya satu dengan yang lain dengan tujuan tidak hanya tentang program dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru mengembangkan hubungan-hubungan personal.

9 5. Noffke (Prendergast (2002:5), manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dapat mendorong para guru melakukan refleksi terhadap praktek pembelajarannya untuk membangun pemahaman mendalam dan mengembangkan hubungan-hubungan personal dan sosial antar guru. 6. Whitehead (1993) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan pemahaman tentang pedagogik dalam rangka memperbaiki pembelajarannya. 7. Prendergast (2002) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah : a. Dapat membantu pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa. b. Peningkatan kemampuan pembelajaran akan berdampak pada peningkatan kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional guru.pembelajaran. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para pendidik PAUD bahwa ada potensi anak yang harus digali untuk mendukung proses pembelajaran sekaligus mempermudah pendidik dalam optimalisasi perkembangan anak. Mengingatkan kembali akan kayanya budaya bangsa khususnya tari nusantara yang lebih bagus dari budaya asing. Supaya anak lebih bangga dan mencintai budaya bangsanya sendiri. Memberikan saran dan pendapat pada para pendidik supaya terjadi adanya inovasi baru dalam pembelajaran. F. Sistematika Penelitian Sistematika penulisan meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini melalui pembelajaran tari Nusantara adalah sebagai berikut : 1. BAB I : Pendahuluan a. Latar Belakang Penelitian b. Identifikasi Masalah c. Rumusan Masalah

10 d. Tujuan Penelitian e. Manfaat Penelitian f. Sistematika Penelitian 2. BAB II : Kajian Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian 3. BAB III : Metode Penelitian a. Lokasi dan Subjek Penelitian b. Desain Penelitian c. Metode Penelitian d. Definisi Operasional e. Instrumen Penelitian f. Proses Pengembangan Instrumen g. Teknik Pengumpulan Data h. Analisis Data 4. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Pemaparan Data b. Pembahasan Data 5. BAB V : Kesimpulan dan Saran