BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman ilmu komunikasi dan teknologi dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

BAB I PENDAHULUAN. hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. 1. menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. hiburan publik. Kesuksesaan film dikarenakan mewakili kebutuhan imajinatif

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Perfilman No.8 tahun 1992 film adalah karya cipta seni dan budaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Apapun profesi atau pekerjaan seseorang, setidaknya ia pernah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan kaum pria dizaman industrialisasi dewasa ini. perfilman karena target penontonnya adalah perempuan, suatu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televisi. 1. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi.

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. ialah komunikasi melalui tanda (sign) yang mempunyai makna dan arti yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB 1 PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup, sering juga disebut movie, film sering

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. para rumah produksi film berlomba-lomba dalam meningkatkan mutu film, yang

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB IV KESIMPULAN. Bab keempat memuat kesimpulan dari uraian yang ada pada bab satu

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Edy Sedyawati dkk (2009:3) bahwa, seni media rekam atau yang sering disebut seni media.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. verbal. Komunikasi yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari hari ialah. yang melibatkan banyak orang adalah komunikasi massa.

I. PENDAHULUAN. melalui tayangan cerita yang ditampilkan dalam film tersebut. Cerita yang ada

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. mudah diterima oleh masyarakat tanpa ada batasan ruang dan waktu. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di dalam kehidupan, apa saja yang kita lakukan perlu melibatkan aktivitas

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

Bab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah unsur-unsur tadi, film itu sendiri mempunyai banyak unsur-unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris berarti menghidupkan. Secara umum animasi merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk face to face maupun menggunakan alat (media). Media

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang menonton, dan juga merupakan bagian dari media massa.

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : diakses tanggal 24 Januari 2016 pukul 21:05

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

REPRESENTASI FEMINISME LIBERAL DALAM FILM TOY STORY 3

BAB III LANDASAN TEORI

TUGAS ARTIKEL TENTANG PERANCANGAN FILM KARTUN

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berkomunikasi. Seluruh negara di dunia dapat merasakan dampak

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menjadi dasar maju atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman ilmu komunikasi dan teknologi dalam kehidupan manusia saat ini, media komunikasi yang paling banyak digunakan oleh seseorang dalam melakukan proses komunikasinya adalah media komunikasi massa. Dari banyaknya berbagai media komunikasi massa yang ada, media massa elektronik seperti radio, televisi, film, dan lainnya adalah media yang paling sering digunakan oleh seseorang dalam melakukan proses komunikasi. Film adalah salah satu media massa untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita. Film juga medium ekspresi artistik sebagai suatu alat bagi para seniman dan insan perfilman dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara esensial, film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap khalayak. Melalui film, suatu citra bisa dikontruksi dan mereproduksi gagasan kita. Seperti citra tentang perempuan dapat diubah hal itu yang dikatakan para kritikus feminis. Film dapat mereproduksi kembali ideologi patriarki dimana kaum lakilaki menandai norma dan perempuan menandai apa yang berlainan dengan norma tersebut.

2 Menurut Johnston dalam Joanne Hallows film dapat membuat berbagai anggapan yang dianggap benar tentang laki-laki dan perempuan menjadi tidak alamiah. Disini citra-citra yang tidak alamiah kemudian dirubah dan diperlihatkan kepada khalayak menjadi apa yang sebenarnya citra-citra perempuan tersebut. Johnston juga menyatakan bahwa teks-teks progresif dapat mengajari feminis bagaimana cara untuk membuat ideologi patriarki menjadi tidak alamiah dan membentuk dasar sinema tandingan feminis yang akan menyingkirkan berbagai bentuk wacana yang sudah ada untuk menemukan bentuk bahasa baru. 1 Pembahasan mengenai perempuan adalah salah satu topik yang tidak akan pernah habisnya untuk dibicarakan. Apalagi banyak film-film yang mengangkat kehidupan perempuan dari berbagai sisi kehidupan. Kebanyakan film-film yang telah diproduksi mendeskripsikan perempuan sebagai ibu rumah tangga yang melakukan aktivitas di sektor domestik, diibaratkan sebagai makhluk yang lemah, mengikuti aturan, hidup hanya di dapur, mengurus rumah tangga, menjalani profesi yang terbatas, tidak dapat mengambil keputusan, dan sulit berkembang akibat aturan yang telah ditetapkan dan telah menjadi suatu budaya di masyarakat yang sulit dilepaskan. Perempuan juga sering dijadikan objek kekerasan baik secara fisik maupun psikis, objek seksual atau simbol seks, objek pelecehan seksual, objek peneguhan pola kerja patriarki, menjalankan fungsi sebagai pengkonsumsi barang atau jasa dan sebagai alat pembujuk dalam beberapa adegan dalam sebuah produksi film. 1 Joanne Hallows. Feminisme, Feminitas dan Budaya Populer. Jalasutra. Yogyakarta: 2010. Hlm 60-61

3 Selain itu, pada beberapa film, lebih menunjukan dominan tokoh laki-laki dibandingkan tokoh perempuan. Dapat dilihat dari segi jumlah dan segi penokohan lebih banyak menonjolkan sisi laki-laki dibanding perempuan. Dari segi aktivitas, lebih banyak juga laki-laki mengambil inisiatif tindakan. Marginalisasi perempuan yang muncul dari berbagai media antara lain film, kemudian memunculkan perempuan menjadi the second sex atau warga kelas kedua yang keberadaannya tidak begitu diperhitungkan. Perempuan yang dianggap memiliki sikap alam harus ditundukkan agar mereka lebih berbudaya. Usaha membudayakan perempuan itu telah menjadikan terjadinya proses produksi atau reproduksi ketimpangan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Namun, sekarang banyak film lainnya yang justru mengangkat gerakan perempuan menuju pada kesetaraan gender antara kaum laki-laki. Bukan hanya dalam film Indonesia, film Hollywood yang banyak dijadikan patokan pembuatan film dari berbagai negara turut membuktikan kekuatan perempuan. Bahkan film itu tertuang pada film animasi yang banyak ditonton oleh anak-anak. Terlihat sekali bahwa faham feminisme telah ditanamkan dari kecil bukan hanya gerakan yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang dianggap dewasa. Film itu telah dimasukkan unsur-unsur feminis yang secara tidak langsung telah ditonton oleh generasi-generasi penerus. Film yang dibicarakan diatas adalah film Brave. Film ini dikeluarkan oleh Pixar studio. Pixar sendiri telah menghasilkan film-film animasi berkualitas yang

4 diperhitungkan didunia. Beberapa film yang pernah dikeluarkan antara lain Finding Nemo, Cars, Toy Story, Up, Monster Inc, Monster University, Ratatouille, The Incredibles, dan Brave. Film Brave adalah film yang bercerita tentang Putri Merida yaitu seorang putri dari sebuah kerajaan di Skotlandia. Ayahnya yang mendidiknya dengan mental perang sedangkan ibunya bertolak belakang memperlakukannya sebagai seorang putri yang anggun, sopan, dan beretika. Kedua hal itu membuat keadaan yang kontradiktif bagi kehidupan Putri Merida dikehidupan sehari-harinya. Sampai ketika dewasa Putri Merida melakukan pemberontakan atas aturan dan kekakuan kerajaan yang dipimpin oleh ayah dan ibunya itu. Film ini memiliki genre animasi, aksi, petualangan, komedi, keluarga, dan fantasi. Brave sudah dirilis dua tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 22 Juni 2012 dan mendapatkan perhatian yang baik dari pencinta film diseluruh dunia. Hal itu bisa dilihat dari perolehan ratingnya yaitu sebesar 7.2/10 dan 69 menurut Metascore. Selain dari rating bukti yang menyatakan bahwa Brave adalah film yang diperhitungkan di perfilman Hollywood bisa juga dilihat dari pendapatannya di minggu pertama sebesar $66.323.594 (USA) dan Gross $ 237.282.182 (USA) terhitung sampai tanggal 11 Januari 2013. Film Brave menghabiskan biaya $ 185.000.000 hal itu sebanding dengan penghargaan yang diraih oleh film ini. Brave memenangkan berbagai penghargaan 1 oscar dan 13 kategori dimenangkan oleh film ini dengan 27 nominasi. Berikut adalah daftar berbagai penghargaan yang diraih :

5 Year Award Category 2013 Oscar Best Animated Feature Academy USA Awards, 2013 Golden Globe Best Animated Film Golden Globes, USA 2013 ASCAP Award Top Box Office Films ASCAP Film and Televison Music Awards 2013 BAFTA Awards Best Animated Film BAFTA Film Award 2013 Eddie Best Edited Animated Feature Film American Editors, USA Cinema 2013 Annie Annie Award 2013 C.A.S Award Cinema Audio Awards 2013 Golden Trailer 1. Production Design in an Animated Feature Production 2. Editorial in an Animated Feature Production Outstanding Achievement in Sound Mixing for Motion Pictures Animated Most Original TV Spot Golden Trailer Awards 2013 VES Award Visual Affects Society Awards 1. Outstanding Animation in an Animated Feature Motion Pictures 2. Outstanding Animated Character in an Animated Feature Motion Picture 3. Outstanding Created Environment in an Animated

6 Feature Motion Picture 4. Outstanding FX and Simulation Animation in an Animated Feature Motion Picture Sumber : http://www.imdb.com/title/tt1217209/awards?ref_=tt_awd Dalam film Brave ini, penggambaran sosok Putri Merida sebagai karakter sentral yang menghubungkan berbagai tokoh dan cerita yang terdapat pada film Box Office ini. Putri Merida diperankan sebagai perempuan yang berpandangan bahwa perempuan tidak selalu harus bersikap sesuai dengan pakem-pakem tertentu karena perempuan bisa menentukan takdir dan jalan hidupnya sendiri tidak berdasarkan apa yang sudah ada sebelumnya berdasarkan mitos dan sesuatu yang sudah dibentuk. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan meneliti mitologi feminis dalam film Brave yang secara tidak sadar dan tidak langsung merupakan sebuah gerakan feminisme dengan karakter yang dibentuk oleh tokoh utamanya. 1.2. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini adalah bagaimana mitologi feminis dalam film Brave?

7 1.3. Tujuan Penelitian Dari fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mitologi feminis dalam film Brave. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis Secara akademis, manfaat dari penelitian ini adalah : a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan di bidang komunikasi terutama yang berhubungan dengan studi feminisme. b) Selain itu, penelitian diharapkan dapat mengetahui tentang makna dan tanda yang terdapat pada suatu produksi film. 1.4.2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif bagi industri film serta memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi produser, sutradara, penulis script dan pihak kreatif lainnya agar memberikan tempat bagi perempuan di media massa dalam penyetaraan gender.