BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1979 bercorak sentralistik. Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 32 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

I. PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia saat ini di dasarkan pada Undang-Undang

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BUPATI BENGKULU TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2007 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN SUMBER PENDAPATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERIN-TAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR: 8 TAHUN 2006 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN PETINGGI DAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwewenang untuk mengatur dan mengurus

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 3 TAHUN 2007 SERI E NOMOR 02

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2007 SERI E =================================================================

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

I. PENDAHULUAN. Kedudukan desa dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 diakui sebagai

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

KEPALA DESA LEMPUYANG KABUPATEN SERANG PERATURAN DESA LEMPUYANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SUMBER PENDAPATAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya diatur dalam undangundang.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 26 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Berdasarkan ketentuan ini

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA DI WILAYAH KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk menggali seoptimal mungkin sumber-sumber keuangannya seperti:pajak,

BAB I PENDAHULUAN. Indenosia tersebar di desa-desa seluruh Indonesia. diundangkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 9 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN KECAMATAN SRAGEN PERATURAN DESA TANGKIL

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,

disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DESA

KEPALA DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT

Menimbang : a. Mengingat : 1.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

Undang (Lembaran Negara Republik

BUPAT1BANYUMAS PROVWS1JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3i TAHUN2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah secara normatif mengatur juga tentang desa sebagai unit organisasi pemerintah terendah, yang sebelumnya pada UU No. 5 Tahun 1979 bercorak sentralistik. Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dijelaskan bahwa Desa atau yan disebut dengan nama lain sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Desa diberi hak sebagaimana ketetentuan di atas untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Pengertian tentang desa dapat ditinjau dari beberapa segi : Pertama, Desa ditinjau dari (segi pertumbuhan) Desa adat adalah: suatu wilayah yang ditempati oleh masyarakat yang masih sangat tradisional, dengan demikian tradisi atau kebiasaan dan adat istiadat masih dipegang kuat dan segala pola tingkah lakunya masih tergantung kepada alam (C.S.T. Kansil, 1981). Kedua, Desa ditinjau dari aspek (pergaulan hidup atau relasional) maka Bourman menafsirkan pengertian Desa adalah: Salah satu dari bentuk kuno dari kehidupan bersama sebanyaknya dan saling mengenal. Kebanyakan yang termasuk di dalamnya adalah hidup dari pertanian, perikanan serta usaha-usaha yang dipengaruhi oleh hukum yang masih bergantung pada kehendak alam, dan dalam tempat tinggal itu terdapat banyak ikatan yang rapat, ketaatan pada tradisi dan kaidah-kaidah sosial (Bouman 1971:79).

Dengan demikian, eksistensi desa memiliki arti penting dalam proses pembangunan pemerintahan dan kemasyarakatan, karena desa memiliki hak otonomi, yaitu hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan asal-usul dan adat istiadat masyarakat setempat yang sudah lama hidup dan dikenal. Untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, oleh Negara Pemerintah Desa diberi wewenang dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta untuk melayani masyarakat secara langsung. Di samping itu, desa diberi tanggung jawab dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan sebagai organisasi terendah dalam struktur Pemerintahan Indonesia.Desa tidak lagi di bawah kecamatan tapi di bawah Kabupaten. Dengan demikian, Kepala Desa langsung di bawah pembinaan Bupati, Kecamatan bukan lagi sebagai suatu wilayah yang membawahi desa-desa tapi hanya merupakan wilayah kerja Camat (H. Nurcholis 2011:35). Dalam PP No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa pasal 7 disebutkan bahwa kewenangan desa antara lain, (a) Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa, (b) Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kebupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat, (c) Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, (d) Urusan pemerintahan lainnya yang di serahkan kepada desa. Tindakan tindakan hukum pemerintah desa sebagai konsekuensi otonominya antara lain memiliki harta benda dan kekayaan sendiri, memiliki tanah sendiri, menggali dan menentukan sumber-sumber keuangan sendiri, dan menyusun anggaran pendapatan dan pengeluaran keuangan Desa. Dengan demikian desa mempunyai hak, wewenang dan kewajiban untuk

menggali, mengelola, memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki. Tujuannya untuk membiayai seluruh urusan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas-tugas di desa. Dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di desa seringkali ditemui masalahmasalah, misalnya APBDesa yang tidak sesuai dengan kepentingan umum yang seringkali menghambat pelaksanaan pembangunan dalam pemerintahan desa tersebut. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya kemampuan dari pemerintah desa dan masyarakat desa itu sendiri akan pentingnya PADes dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan desa. Menurut Soewigno (1985:189) terdapat tiga permasalahan dalam pengelolaan anggaran/ keuangan desa, Persoalan itu antara lain (a) Masih sangat terbatasnya kemampuan pemerintah desa, baik dalam segi prasarana maupun aparatnya sehingga proses penyusunan dan perincian pada anggaran daerah tidak dapat diterapkan dalam proses pengelolaan anggaran desa, (b) Pemerintah desa tidak mengetahui besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari pemerintah daerah baik berupa sumbangan atau bantuan maupun sebagian dari pajak dan retribusi daerah yang akan diberikan pada pemerintahan desa, (c) Pemerintah desa belum memperhitungkan hasil hasil swadaya, partisipasi dan gotong royong masyarakat desa dalam bentuk uang secara tepat terutama menyangkut jasa dan tenaga. Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa dan untuk meningkatkan pelayaran serta pemberdayaan masyarakat, desa mempunyai sumber pendapatan yang terdiri atas pendapatan asli Desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

Sumber pendapatan yang berasal dari bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah diberikan kepada desa paling sedikit 10 % (sepuluih persen) diluar upah pungut, dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota diberikan kepada desa paling sedikit 10% (sepuluh persen), sedangkan bantuan Pemerintah Provinsi kepada desa diberikan sesuai dengan kemampuan dan perkembangan keuangan keunagan provinsi bersangkutan. Bantuan tersebut lebih diarahkan untuk percepatan atau akselerasi pembangunan desa. Sumber pendapatan lain yang dapat diusahakan oleh desa berasal dari Badan Usaha Milik Desa, pengelolaan pasar desa, pengelolaan kawasan wisata skala desa, pengelolaan galian C dengan tidak menggunakan alat berat dan sumber lainnya. Sekali lagi bahwa desa membutuhkan resources (sumber daya) yang cukup untuk memberdayakan diri dan komunitasnya serta dukungan dari pemerintah melalui instrumen kebijakan yang efektif dan fungsional. Salah satu resources yang dibutuhkan adalah kecukupan pembiayaan/keuangan pemerintah dan pembangunan desa melalui skema perimbangan keuangan antara kabupaten dan desa. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 212 ayat 5 dikatakan sumber-sumber pendapatan Desa seperti pendapatan asli Desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota, bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga, dikelola melalui anggaran tahunan desa yang ditetapkan dalam peraturan desa. Pedoman penyusunan APBDes ditetapkan oleh Bupati, APBDes terdiri atas bagian (a) Pendapatan Desa, (b) Belanja Desa dan (c) Pembiayaan. Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Tata cara dan pungutan obyek pendapatan dan belanja desa ditetapkan bersama Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Desa Bolok merupakan salah satu desa dari 12 Desa/Kelurahan di Kecamatan Kupang Barat, dengan jumlah penduduk 2.189 jiwa yang terdiri atas 1.130 orang laki-laki dan 1.059 orang perempuan (667 KK) mempunyai Pendapatan Asli Desa yang rendah, hal ini dapat dilihat dari data perbandingan jumlah pendapatan dan belanja di Desa Bolok. Secara umum dan kenyataannya hampir semua desa yang ada di Indonesia, masih memiliki PADes yang rendah. Memang masih sangat bergantung kepada Pemerintah, baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/kota. Untuk jelasnya Pendapatan Desa Bolok dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.Pendapatan Desa Bolok Tahun 2007 2009. No. 1. 2. 3. Pendapatan Desa Pendapatan Asli Desa - Hasil dari Swadaya & Partisipasi Masyarakat - Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang sah Dana Perimbangan - Bagi Hasil Pajak & Retribusi Daerah - Alokasi Dana Desa (ADD) Lai-lain Pendapatan Desa yang Sah - Bantuan Keuangan dari Pemerintah Kabupaten Tahun Anggaran 2007 2008 2009 13.150.000 385.000 13.535.000 5.500.000 51.500.000 152.600.000 8.650.000 1.510.000 10.160.000 5.500.000 51.500.000 152.600.000 8.650.000 1.510.000 10.160.000 5.750.000 51.750.000 51.600.000 Ket Perdes No.1 Tahun 2007 PP No. 72 Thn 2005 UU No. 33 Thn 204 Jumlah ( 1 + 2 + 3) 217.635.000 214.260.000 113.510.000 Sumber Dokumen APBDes Bolok Dari data di atas menunjukan bahwa Pendapatan Asli Desa pada tahun 2007 lebih besar dibandingkan tahun 2008 dan tahun 2009. Hal ini diduga karena pada tahun 2007 diadakan perbaikan Gedung Kantor Desa oleh warga. Gotong Royong (jasa dan tenaga) warga termasuk

Pendapatan Asli Desa (PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 68A). Sementara lain-lain Pendaptaan Asli Desa yang sah seperti pengurusan surat-surat, hasil jual beli tanah, biaya penyelesaian perkara dan lain sebagainya (Perdes No. 1 Tahun 2007) berjumlah Rp. 385.000 pada tahun 2007, meningkat secara drastis menjadi Rp. 1.510.000 pada tahun 2008 dan 2009. Pemasukan dari pos ini meningkat karena adanya sumbangan dari Perkawinan Adat atau Terang Kampung. Pendapatan dari bagi hasil Pajak dan Retribusi dengan Pemerintah Kabupaten, (PP No. 72 Tahun 2005 Pasal 68B) pada tahun 2007 dan tahun 2008 sama yaitu Rp. 5.500.000, sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 5.750.000. Alokasi Dana Desa (ADD) yang diperuntukkan bagi Biaya Operasional dan Pemberdayaan Masyarakat setiap tahunnya sama, yaitu Rp.. Lain-lain Pendapatan Desa yang sah berupa bantuan dari Pemerintah Kabupaten yang diperuntukan bagi Tunjangan Aparat Desa (TPAD) dan Dana Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pada tahun 2007 dan tahun 2008 sama yaitu Rp. 152.600.000. Sedangkan pada tahun 2009 hanya berjumlah Rp. 51.600.000, karena Pemerintah Desa Bolok tidak mendapatkan Dana Pemberdayaan Ekonomi masyarakat. Hal di atas meunjukkan fokus dominasi Pendapatan Desa adalah bantuan dari Pemerintah. Namun, desa bukan meminta-minta atau membuat ketergantungan tetapi merupakan hak dan juga merupakan kewajiban Pemerintah untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan di desa. Sebagaimana juga diketahuim bahwa Desentralisasi mengajarkan bahwa pembagian kekuasaan dan kewenangan dari pusat ke daerah harus diikuti dengan desentralisasi keuangan (fiscal). Sementara Belanja Desa Bolok dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2. Belanja Desa Bolok Tahun 2007 2009. No. 1. 2. Pendapatan Desa Belanja tidak langsung - Belanja Pegawai - Belanja Hibah Belanja Langsung - Belanja Barang & Jasa - Belanja Modal) Tahun Anggaran 2007 2008 2009 31.000.000 1.500.000 32.500.000 15.935.000 44.200.000 60.135.000 33.000.000 1.500.00 34.500.000 5.500.000 51.500.000 55.000.000 2.000.000 57.000.000 5.750.000 51.750.000 Jumlah ( 1 + 2 92.635.000 89.260.000 116.510.000 Sumber Dokumen APBDes Bolok Ket Berdasarkan hal ini dapat dilihat adanya perbedaan antara pendapatan Desa dengan kebutuhan / belanja Desa, terutama pada tahun 2009. Jika tidak ada bantuan dari pemerintah daerah maka Desa Bolok secara otonomi tidak akan dapat menjalankan kegiatan pemerintahan dan pembangunan yang sudah direncanakan, karna PADes yang relatif kecil. Dengan kata lain Desa Bolok pada saat ini sangat tergangung pada bantuan pemerintah supra desa. Untuk itu, kaitannya dengan penelitian ini akan dikaji tentang pengelolaan pendapatan asli desa sebagai salah satu sumber keuangan desa keuangan desa perlu dikelola secara intensif dan efisien. Berdasarkan data yang disajikan itu menunjukan kesenjangan, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan melihat judul Studi Deskriptif Tentang Pengelolaan Pendapatan Desa di Desa Bolok Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis merumuskan penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana Pengelolaan Pendapatan Desa di Desa Bolok Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang?

C. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian Untuk memberikan gambaran tentang Pengelolaan Pendapatan Desa di Desa Bolok Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang. 2. Kegunaan Penelitian a. Sebagai salah satu bahan informasi bagi Pemerintah dan masyarakat Desa untuk dapat memberikan perhatian terhadap Pendapatan Desa demi tercapainya kelancaran Pemerintahan dan Pembangunan di Desa b. Sebagai sumbangan pikiran dan motivasi bagi pihak aparat desa dalam melakukan pekerjaannya terutama dalam pengelolaan pendapatan desa c. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang berminat melakukan penelitian lanjutan