BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 PENDAHULUAN. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

KARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

*Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah di kenal sejak lama oleh hampir seluruh masyarakat di dunia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan anak dan remaja. Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi semakin serius, mengingat merokok beresiko menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya hipertensi (Kemenkes, 2011). Hipertensi telah lama diketahui sebagai salah satu masalah kesehatan. Pada remaja hipertensi juga merupakan suatu masalah, oleh karena remaja yang mengalami hipertensi dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Walaupun prevalensi secara klinis sangat sedikit pada anak dan remaja dibanding pada dewasa, namun cukup banyak bukti yang menyatakan bahwa hipertensi esensial pada orang dewasa dapat berawal pada masa kanak-kanak dan remaja (Saing, Johanes, 2005). Menurut WHO ada satu miliar orang yang terkena hipertensi. Peningkatan hipertensi dari 600 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 1 milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013). Dua pertiga penderita hipertensi hidup di Negara miskin dan bekembang, berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengetahuan dan pengobatan untuk mencegah kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi, dan hanya 12,5% yang mendapat pengobatan dengan 1

2 baik. Tiap tahunnya, 7 juta orang diseluruh dunia meninggal akibat hipertensi. Tahun 2000 saja hampir 1 milyar penduduk dunia menderita hiertensi (Purwati, 2014). Data statistik terbaru menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3% penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke atas megalami hipertensi pada tahun 2014 (WHO, 2015). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur 18 tahun ke atas sebesar 25,8%,dan Jawa Timur (26,2%) (Riskesdas, 2013). Sedangkan untuk Ponorogo wilayah tertinggi penderita hipertensi adalah Kecamatan Jenagan dengan jumlah 1631 penderita, Ponorogo selatan dengan jumlah 1540 penderita, dan Ponorogo Utara dengan jumlah 1521 penderita (Dinkes Ponorogo 2015). Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi penyakit yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan di dunia. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal karena disebabkan rokok. Data terakhir WHO ditemui sudah mencapai 5 juta kasus kematian setiap tahunnya serta 70% terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia di dalamnya dan menempatkan Indonesia sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar ke lima di dunia (Depkes RI, 2011). Data dari survey nasional 2013 menunjukkan prevalensi perokok di Indonesia saat ini sebesar 36,3%, sedangkan proporsi perokok setiap hari pada laki-laki adalah 47,5% lebih banyak dibandingkan perokok perempuan yaitu 1,1%, sedangkan dari kalangan anak dan remaja mulai merokok pada usia 10-14 tahun yaitu 1,4% dan tertinggi mulai merokok pada kelompok umur 15-19 tahun 18,3% (Kemenkes RI, 2013). Jumlah perokok di Indoesia

3 terus meningkat dari tahun ke tahun. Tak terkecuali jumlah perokok usia remaja. Berdasarkan data terakhir riset kesehatan dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 10 tahun ke atas berjumlah 58.750.592 orang (Riskesdas, 2013). Jika di lihat dari jumlah rokok yang di hisap, Jawa Timur menjadi provinsi terbesar ke dua di Pulau Jawa setelah DKI Jakarta, yaitu 11,5% dengan jumlah rata-rata 12,3 batang per hari (setara dengan satu bungkus) (Rahardjo, 2015). Selain kebiasaan merokok dapat menyebabkan hipertensi riwayat keluarga, aktifitas fisik, dan konsumsi garam merupakan faktor resiko yang bermakna terhadap kejadian hipertensi (Sapitri,Suyatno,2016). Demikian pula penelitian yang dilakukan Nurhidayat (2016) Disebutkan bahwa merokok merupakan faktor resiko tertinggi ketiga penyakit kardiovaskuler yang terjadi pada siswa di Ponorogo, yaitu 49 responden. Dari 49 responden yang memiliki kebiasaan merokok, 18 responden (36,7%) mengalami penyakit kardiovaskuler hipertensi. Dari 74 responden laki laki, 48 responden memiliki kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok sekarang telah menjadi gaya hidup sehari-hari pada seluruh lapisan masyarakat tak terkecuali pada lembaga pendidikan seperti halnya di pondok pesantren. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ekaprasetia (2013) kepada 20 siswa di Madrasah Aliyah Qarnain Kabupaten Jember yang didapatkan pengetahuan siswa tentang merokok digolongkan 30% siswa tergolong baik, 50% siswa tergolong cukup, 20% siswa tergolong kurang, sebanyak 7 siswa setuju dengan pernyataan bahwa merokok tidak berbahaya jika dilakukan sekali sehari, sebanyak 11 siswa setuju dengan pernyataan

4 bahwa seorang laki laki wajar jika diperbolehkan merokok, sebanyak 8 siswa setuju merokok bisa menghilangkan strees, dan sebanyak 7 siswa setuju bahwa merokok tidak berbahaya karena yang berbahaya adalah narkoba. Menurut informan dari Kepala Sekolah bapak Erwin dan guru BK SMK Pemkab, siswanya 95% laki-laki dan mayoritas perokok kerena ingin terlihat lebih bergaya, dan mereka lebih di terima oleh teman-temannya, dan Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 31 januari 2017 didapatkan sebanyak 5 siswa kelas X dan 5 siswa kelas XII mengkonsumsi rokok, dari 10 siswa dilakukan pengukuran tekanan darah, ditemukan 2 siswa kelas X dan 1 siswa kelas XII mengalami peningkatan tekanan darah. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di kelas X SMK Pemkab Ponorogo. Usia remaja adalah usia pertumbuhan, oleh karena merokok pada menyebabkan berbagai masalah serius baik fisik maupun emosional. Bahkan remaja yang merokok memiliki kesehatan yang jauh lebih buruk dari pada orang dewasa yang merokok, kebiasaan merokok yang berlangsung lama dapat meningkatkan tekanan darah terutama pada saat istirahat karena asap rokok mengandung zat-zat yang dapat memicu pengeluaran hormon efinefrin (Wanhar, 2010). Merokok akan menyebabkan penyakit kanker paru, penyakit jantung, kemandulan, penyakit sesak nafas atau sukar bernafas (Emphysema) memperpendek umur rata-rata 8 tahun bagi perokok berat (2 pek sehari), sedang perokok ringan (1 pak sehari) berkurang rata-rata 4 tahu, luka bernanah di bagian pencernaan, penyakit serosis hati, penyakit kanker,

5 kelenjar perut, penyakit kanker ginjal, penyakit kandung sen, kebutaan perlahan-lahan, keguguran penurunan efisiensi mental dari 20% - 23%, penyakit kanker bibir, mulut dan lidah (Dinkes Prop Jatim, 2000). Menurut Andarmoyo (2012) menyebutkan bahwa merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah perifer. Nikotin yang di inhalasi menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah koroner, dampaknya akan meningkatkan tekanan darah dan menurunkan aliran darah ke pembuluh darah perifer. Hipertensi meningkatkan beban jantung yang membuat dinding jantung menjadi semakin membesar dan akhirnya melemah, jika arteri koroner yang mengalami penyempitan maka akan terjadi kerusakan otot jantung (PJK), hipertensi juga dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak dan dapat menimbulkan terganggunya aliran darah ke otak sehingga dapat mengalami kematian (Rosjidi & Nurhidayat, 2014). Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang di tandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin. nikotin yang dihirup dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Nikotin akan menyebabkan vasokontraksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah (Nasution,2007). Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena gas CO yang dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah tegang

6 sehingga tekanan darah naik dan dinding pembuluh darah menjadi robek (Rehanun, 2014). Selain merokok, kopi juga dapat meningkatkan tekanan darah karena kafein yang terdapat pada kopi dapat menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein, sehingga minum kopi lebih dari empat cangkir sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar 10 mmhg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmhg (Nurhidayat, 2016). Fenomena besarnya angka kejadian merokok pada remaja perlu mendapat tanggapan serius terutama oleh petugas kesehatan. Perokok remaja harus sedini mungkin diberi pendidikan kesehatan tentang bahaya yang diakibatkan oleh rokok, agar mereka mengerti dan dapat terhindar dari dampak negatif seperti penyakit hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang ditimbulkan oleh rokok (Prayitno, 2012). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu bagaimanakah perbandingan tekanan darah antara remaja perokok dan non perokok di SMK Pemkab Desa Setono Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui perbandingan tekanan darah perokok dan non perokok remaja kelas X di SMK Pemkab Desa Setono Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo.

7 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi tekanan darah perokok siswa. 2. Mengidentifikasi tekanan darah non perokok siswa. 3. Menganalisa perbandingan tekanan darah perokok dan non perokok siswa Kelas X di SMK Pemkab Desa Setono Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi IPTEK Dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk lebih memantapkan dan memberi informasi bagaimana perbandingan tekanan darah pada remaja. 2. Bagi Institusi (Fakultas Ilmu Kesehatan) Bagi dunia pendidikan keperawatan khususnya prodi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo untuk mengembangkan ilmu dan teori keperawatan. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang perbandingan tekanan darah perokok dan non perokok pada remaja, sekaligus sebagai bahan masukan atau sumber data penelitian selanjutnya dan mendorong pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

8 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Profesi Kesehatan Dapat memberikan masukan bagi pengembangan sumber daya manusia keperawatan, baik pada pada masa pendidikan maupun di tempat pelayanan kesehatan, dan sebagai pertimbangan untuk menentukan perbandingan tekanan darah perokok dan non perokok remaja. 2. Bagi Remaja Perokok Dengan penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi perokok remaja menambah pengetahuan dan dapat terhindar sejak dini dari bahaya rokok dengan cara meninggalkan rokok. 3. Bagi Lembaga / Sekolah Di harapkan memberikan masukan bagi sekolah untuk selalu melarang siswanya untuk merokok untuk menuju hidup yang lebih baik tanpa asap rokok. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Penelitian yang di lakukan Setyada, Sulastri, dkk (2015) Jurnal Kesehatan Andalas yang berjudul Hubungan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-Laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok termasuk lama merokok, jumlah rokok dan jenis rokok dengan hipertensi. Hasil uji chisquare menunjukan adanya hubungan bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,003). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang mendapatkan peningkatan tekanan darah dari 140±7/99±3 mmhg menjadi 151±5/108±2mmHg setelah merokok 10

9 menit. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel yang akan diteliti. 2. Penelitian yang dilakukan Rehanun (2014) Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Ngudi Waluyo Ungaran yang berjudul Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Sopir Angkutan di Wilayah Ungaran.Dengan responden sebanyak 54 sopir angkutan, hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang mengalami hipertensi sebesar 36 responden(66,7%), sedangkan yang tidak mengalami hipertensi sebesar 18 responden(33,3%). Hal tersebut menunjukan bahwa dari 54 responden sebagian besar mengalami hipertensi. Adapun penyebab lain, contohnya obesitas. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada variable yang di teliti. 3. Penelitian yang dilakukan Amrulloh (2013) Universitas Kedokteran Universitas Islam Bandung yang berjudul Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Profil Tekanan Darah pada Mahasiswa Tingkat III Jurusan Informatika. Diperoleh ahwa data umur responden terbanyak adalah 21 tahun sebanyak 21 orang, 20 tahun sebanyak 8 orang, 22 tahun sebanyak 6 orang, dan 19 tahun hanya 1 orang. Sedangkan dari hasil pengukuran tekanan darah, didapatkan tekanan darah sistolik tertinggi sebesar 150mmHg dan terendah 110mmHg, sedangkan untuk tekanan darah diastolik tertinggi adalah 120mmHg dan terendah adalah 70mmHg. Disimpulkan kurang signifikan antara jumlah rokok, jenis rokok, dan lama rokok dengan tekanan darah sitolik dan diastolik.perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variable yang di teliti.