BAB I PENDAHULUAN. Modal (BAPEPAM). Dengan semakin banyaknya perusahaan go public, pemakainya (Susan dan Trisnawati, 2011).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengelola perusahaan go public sebagai manajemen yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perusahaan dalam mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia didasarkan pada kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipercaya dan tidak menyesatkan sehingga kebutuhan masing-masing pihak

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pribadi, sementara pihak ketiga, yaitu pihak eksternal selaku pemakai

BAB I PENDAHULUAN. manajemen kepada stakeholder terutama terhadap pemilik perusahaan. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Susan dan Trisnawati, 2011). Di dalam. mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. menjembatani benturan kepentingan antara pihak principal (pemegang saham)

BAB I PENDAHULUAN. relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pemakai dalam pembuatan keputusan akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang digunakan oleh beberapa pihak untuk mengambil keputusan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan sebagai suatu gambaran prestasi kerja mereka. Laporan ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada umumnya perkembangan perusahaan publik berpengaruh terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan menggambarkan hasil kinerja sebuah perusahaan. Laporan. Auditor bertugas untuk melakukan tugas, fungsi dan

BAB I PENDAHULUAN. mereka kepada pihak-pihak yang membutuhkan. SFAC No 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan yang go public mempunyai kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu keharusan bagi sebuah perusahaan, utamanya perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan pada

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri sehingga diperlukan pihak yang independen, dalam hal ini akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi dan aktivitas perusahaan yang dilakukan serta kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. investor, kreditor dan pemerintah untuk menilai kinerja dan melihat kondisi

BAB I. Pendahuluan. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam. perusahaan, investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen (Nabila, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan klien pada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja sebuah perusahaan. Penyampaian laporan keuangan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu, saat ini maupun masa depan perusahaan. terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban manajemen kepada stakeholder, terutama kepada pemilik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB I PENDAHULUAN. saja bagi dunia bisnis tetapi juga masyarakat luas (Wibowo dan Hilda,2009).

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham yang berisi tentang informasi akuntansi yang dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan faktor-faktor mengenai perusahaan dan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak agen, yaitu manajemen sebagai pengelola perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Laporan ini sangat berpotensi dipengaruhi kepentingan pribadi, sedangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi keuangan perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan

BAB I PENDAHULUAN. (Bapepam). Namun semakin banyaknya Kantor Akuntan Publik ini juga. menimbulkan sebuah pilihan yang dilematis, karena Kantor Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan berguna tidak saja bagi dunia bisnis, tetapi juga masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan yang sudah Go public, perusahaan tentunya

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi (IAI, 2012). Pengguna laporan keuangan dapat meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini dengan semakin berkembangnya perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak agen, yaitu manajer sebagai pengelola keuangan peruahaan. Untuk. opini audit yang berkualitas bagi masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. mengaudit laporan keuangan yang di butuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Auditor Opinion, Auditor Tenure dan. membutuhkan Kajian Teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengambilan keputusan baik pihak internal. eksternal (Jensen dan Meckling, 1976) dalam (Arsih dan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kebutuhan akan jasa akuntan publik disebabkan oleh keinginan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen suatu perusahaan dapat di tunjukkan melalui penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi, sehingga auditor akan melaporkan apa yang ditemukannya

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor

PENDAHULUAN. Dengan dibentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun karena AEC mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana dari pihak eksternal, dipihak lain pihak eksternal ingin

BAB I PENDAHULUAN. disajikan oleh pihak manajemen perusahaan. Manajemen (dalam teori. keagenan disebut agen) dan pemegang saham (dalam teori keagenan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang telah listing di Bursa

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang menunjang majunya suatu perusahaan,salah satu alat yang

BAB I PENDAHULUAN. gambaran atas kinerja mereka selama suatu periode waktu. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan go public. Dalam kepemilikannya, perusahan go public

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. keharusan bagi sebuah perusahaan, utamanya perusahaan-perusahaan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen kepada pemakai kepentingan laporan keuangan itu sendiri, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: financial distress, opini audit, pertumbuhan perusahaan, auditor switching.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik.

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pelayanan akuntansi kepada masyarakat. UU no 5 tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pemakainya sehingga memungkinkan kebutuhan masing-masing pengguna. laporan kauangan tersebut dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. selaku pengelola atas sumber daya yang telah dipercayakan perusahaan. Maka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perusahaan publik adalah perseroan terbatas seperti yang dimaksud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kebijakan dalam rangka pengambilan keputusan. Laporan ini berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Stakeholder

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

% Transportasi 8 Lembaga Keuangan % 9 Perdagangan, Jasa, dan Investasi % Total % Sumber :Data sekunder yang diolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. raksasa di Amerika Serikat pada tahun 2001 yaitu kasus Enron Corporation

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori agensi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara principal dan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas yang dijanjikan KAP kepada publik. Quality Control yang buruk

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, AUDITOR OPINION, FINANCIAL DISTRESS DAN ACCOUNTING FIRM SIZE PADA AUDITOR SWITCHING

BAB I PENDAHULUAN. kondisi keuangan dari suatu perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntan publik adalah pihak independen yang dianggap mampu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bisa dikatakan baik atau tidak. Menurut PSAK No. 1 (Revisi. yang digunakan untuk kelangsungan bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan alasan penggunaan judul

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau yang sudah go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Dengan semakin banyaknya perusahaan go public, maka semakin banyak pula jasa akuntan publik yang dibutuhkan. Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan penilaian dan pertanggungjawaban atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan kepada pemakainya (Susan dan Trisnawati, 2011). Laporan keuangan merupakan suatu bentuk media komunikasi pihak manajemen atas posisi keuangan serta kinerjanya selama periode tertentu. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan baik oleh pihak eksternal maupun pihak internal (Aprillia, 2013). Pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan (organisasi) disebut pemakai laporan keungan yang terdiri dari pemimpin perusahaan, manajemen perusahaan, investor (pemegang saham), kreditor, pemerintah dan masyarakat umum (Nabila, 2011). Karena banyaknya

pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maka laporan keuangan harus disajikan secara wajar dan dapat dipercaya. Untuk menjamin kewajaran informasi yang disajikan oleh perusahaan dalam bentuk laporan keuangan, maka perlu adanya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen (Nabila, 2011). Auditor independen yang dimaksud adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer). Auditor independen dalam memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan harus sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU). Winarna (2005) dalam Sugiarto (2014) menyatakan bahwa independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu : (1) independence in fact, dan (2) independence in appearance. Independence in fact adalah adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan tidak memihak di dalam merumuskan dan meyatakan pendapatnya. Sedangkan indepence in appearance adalah adanya masyarakat bahwa akuntan publik bertindak independen sehingga akuntan publik harus menghindari keadaan-keadaaan atau faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi seorang auditor merupakan merupakan hal penting bagi auditor ketika melaksanakan tugas pengauditan yang mewajibkan auditor memberi penilaian atas kewajaran laporan keuangan perusahaan 2

kliennya. Independensi akan hilang jika auditor dan klien mempunyai hubungan pribadi, sehingga akan mempengaruhi opini dan sikap mental mereka (Flint, 1998 dalam Nasser dan Wahid, 2006). Salah satu ancaman atau kekhawatiran seperti itu adalah masa perikatan audit (audit tenure) yang panjang. Sinason dan Shelton (2001) dalam Putra (2014) menemukan tingkat pertumbuhan klien secara signifikan mempengaruhi masa perikatan audit. Untuk mencegah hilangnya independensi auditor tersebut pemerintah mengatur kewajiban rotasi audit. Rotasi audit adalah peraturan perputaran auditor yang harus dilakukan perusahaan, dengan tujuan untuk menghasilkan kualitas dan independensi auditor. Kewajiban rotasi audit dapat diterima oleh investor karena dapat meningkatkan kualitas audit Chi et al. (2009) dalam Putra (2014). Karena adanya kewajiban rotasi auditor tersebut, perusahaan akan melakukan auditor switching. Auditor switching adalah pergantian auditor yang dilakukan oleh perusahaan klien. Menurut Fabrianto, 2009 (dalam Wijayani, 2011) pergantian auditor bisa terjadi secara voluntary (sukarela) atau secara mandatory (wajib). Jika pergantian terjadi secara voluntary (sukarela), maka fakor-faktor penyebab dapat berasal dari sisi klien (misalnya kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering dan sebagainya dan dari sisi auditor (misalnya fee audit, kualitas audit, dan sebagainya). Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara mandatory (wajib) hal itu karena adanya peraturan yang mewajibkan. 3

Menurut Bewley et al. (2008) dalam Putra (2014) menyatakan bahwa perusahaan berhati-hati dalam melakukan rotasi audit (pergantian auditor), karena setiap perusahaan akan mengoreksi setiap kekurangan yang dilakukan oleh auditor sebelumnya dan menunggu waktu yang tepat agar auditor sebelumnya dan menunggu waktu yang tepat agar auditor yang baru mampu memberikan kualitas audit dan kualitas pelaporan keungan yang lebih baik. Perusahaan akan mengganti auditor ketika auditor tidak mampu menunjukkan kualitasnya dalam mengikuti tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat Joher et al. (2000) dalam Putra, (2014) Negara Indonesia adalah salah satu negara yang memberlakukan adanya pergantian auditor atau KAP secara mandatory (wajib). Pemerintah Indonesia telah mengatur kewajiban rotasi auditor dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keungan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 Pasal 2 tentang Jasa Akuntan Publik (perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK/.06/2002. Peraturan ini membahas mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk lima tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut. Kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik menyempurnakan peraturan yang sudah ada. Perubahan 4

yang dilakukan adalah pertama pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama enam tahun buku berturut-turut (pasal 3 ayat 1). Kemudian perubahan yang dilakukan adalah akuntan publik dapat menerima kembali penugasan audit setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama (pasal 3 ayat 2). Setelah itu jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali kepada klien yang sama melalui Kantor Akuntan Publik setelah satu tahun buku tidak diberikan melalui Kantor Akuntan Publik tersebut (pasal 3 ayat 3). Karena adanya peraturan mengenai pergantian KAP secara wajib di Indonesia menjadi suatu hal yang menarik untuk diteliti. Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang auditor switching, namun masih ditemukan adanya hasil empiris penelitian yang berbeda-beda, misalnya penelitian Nasser dan Wahid (2006) dalam Putra (2014) menunjukkan hasil bahwa variable ukuran klien, ukuran KAP dan financial distress mempengaruhi auditor switching. Penelitian Susan dan Trisnawati (2011) memberikan hasil bahwa pergantian manajemen dan ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching. Penelitian Putra (2014) menghasilkan bahwa opini audit berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Financial distress merupakan kondisi perusahaan yang sedang dalam masa kesulitan keuangan (Aprillia, 2013). Sudah ada penelitian terdahulu seperti penelitian Putra (2014) yang menunjukkan bahwa 5

financial distress tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Sinarwati (2009) dan Wijayanti (2010) memberikan hasil bahwa financial distress berpengaruh terhadap auditor switching. Pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang disebabkan oleh rapat umum pemegang saham (RUPS) maupun direksi berhenti karena kemauan sendiri (Sulistriani dan Sudarno, 2012). Penelitian mengenai pergantian manajemen telah dilakukan oleh Wijayani (2011), menghasilkan bahwa pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian auditor. Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian Aprillia (2013) yang menyatakan bahwa pergantian manajemen tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Tingkat pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kualitas baik industrinya maupun kualitas baik kegiatan ekonominya secara keseluruhan (Weston dan Copeland, 1992 dalam Nabila, 2011). Wijayanti (2010) dan Putra (2014) melakukan penelitian dan memberikan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Sedangkan Prastiwi dan Wilsya (2009) memberikan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Opini audit adalah pernyataan atau pendapat yang diberikan auditor dan pernyataan atau pendapat diberikan agar perusahaan mengetahui tentang kewajaran laporan keuangannya. Pengujian terhadap 6

pengaruh variabel opini audit telah dilakukan oleh Wijayanti (2010) membuktikan bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Setiawan dan Aryani M (2014) memberikan hasil opini audit tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Sedangkan dalam penelitian Putra (2014) menunjukkan hasil bahwa opini audit berpengaruh terhadap pergantian auditor. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014) dengan judul pengaruh financial distress, rentabilitas, pertumbuhan perusahaan dan opini audit pada pergantian auditor karena banyaknya pihak-pihak yang mendukung atau tidak mendukung terkait adanya indenpendensi auditor dalam masalah pergantian auditor. Motivasi lainnya dari peneliti ini untuk melakukan pengujian ulang terhadap konsistensi hasil dari peneletian yang dilakukan oleh Putra (2014), tetapi mengganti variabel rentabilitas. Hal ini dikarenakan hasil penelitian Putra (2014) menyatakan bahwa variabel rentabilitas tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Hasil penelitian tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan (Wijayani dan Juniarti, 2011) dan (Damayanti dan Sudarma, 2007) yang menemukan bahwa rentabilitas tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Alasan peneliti menggunakan variabel pergantian manajemen karena pergantian manajemen cenderung lebih memiliki pengaruh terhadap pergantian auditor dibandingan variabel rentabilitas. Selain itu seorang manajer tentu mempunyai gaya kepemimpinan berbeda-beda 7

sehingga manajer yang baru akan cenderung mengganti auditornya sesuai dengan kebijakan-kebijakannya. Hal ini didukung dengan penelitian Sinarwati (2009), Wijayanti (2010), Wijayani dan Juniarti (2011) yang menghasilkan bahwa pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian auditor. Sulistiarni dan Sudarno (2012) juga menyatakan bahwa pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian auditor. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu : 1. Apakah financial distress berpengaruh positif terhadap pergantian auditor pada perusahaan manufaktur di Indonesia? 2. Apakah pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian auditor pada perusahaan manufaktur di Indonesia? 3. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap pergantian auditor pada perusahaan manufaktur di Indonesia? 4. Apakah opini audit berpengaruh negatif terhadap pergantian auditor pada perusahaan manufaktur di Indonesia? 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka pembatasan masalah yang perlu dibatasi pada penelitian ini adalah : 1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. 8

2. Penelitian ini hanya membahas pengaruh financial distress, pergantian manajemen, pertumbuhan perusahaan dan opini audit terhadap pergantian auditor. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dipaparkan dalam perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif financial distress terhadap pergantian auditor pada perusahaan manufaktur di Indonesia. 2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif pergantian manajemen terhadap pergantian auditor pada perusahaan manufaktur di Indonesia. 3. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh negatif pertumbuhan perusahaan terhadap pergantian auditor pada perusahaan manufaktur di Indonesia. 4. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh negatif opini audit terhadap pergantian auditor pada perusahaan manufaktur di Indonesia. 1.5 Manfaat Penelitian Dari hasil yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan baru serta menjadi referensi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor dan sebagai pembuktian atas teori yang sudah ada. 9

2. Bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi auditor untuk menjaga dan meningkatkan indenpendensi dan obyektivitas dalam melakukan pengauditan. 3. Bagi Investor Peneletian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada investor alasan-alasan dibalik perusahaan melakukan pergantian auditor sehingga tidak ada kecurigaan diantara kedua belah pihak. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru dan membuktikan secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor. 10