BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bekerja merupakan salah satu tujuan hidup manusia agar dapat memenuhi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Negosiasi. secara umum negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan cara berunding

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Teknik korelasional memungkinkan

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diantaranya adalah ilmu bersosialisasi, ilmu kepemimpinan dan cara berbicara dimuka umum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran di Indonesia. Badan Pusat Statistik menyebutkan, jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan. mendukung pendapatan rumah tangga (dalam Kuncoro, 2000:15).

1. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan yang telah didapat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan generasi muda menjadi Sumber Daya Manusia yang tangguh

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Generasi muda ini merupakan calon-calon pekerja di bank, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB V PENUTUP. Pada bab V ini penulis mengemukakan kesimpulan dan saran berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran yang cukup besar. Tingkat pengangguran yang semakin lama semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Randi Rizali, 2013

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. maupun masyarakat sendiri. Kondisi seperti ini memberikan dampak. bisnis baru yang berkembang di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persaingan dunia usaha di Indonesia dewasa ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wirausahawan menawarkan kesempatan kepada individu untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini organisasi dihadapkan pada perubahan yang tidak pasti. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

BAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riyanti, 2003:21), kata entrepreneur berasal dari kata kerja entreprende. Kata

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang cerdas, berkualitas, tangguh, berkompetensi, kreatif, inovatif,

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizki Silvina Rahmi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. yang mana dalam komunikasi terjadilah interaksi. Semakin baik interaksi. maka semakin baik pula hubungan yang terjadi antar sesama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah. Efektivitas kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

IRRA MAYASARI F

MATAKULIAH KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

Menumbuhkan dan Mengembangkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa

*** CORPORATION KEWIRAUSAHAAN FI 557. Semester : 5 dan 7 SKS : 2 Status : Pilihan Program : S1 Pend Fisika S1 Fisika Prasyarat : -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai

BAB 1 PENDAHULUAN. 240,559 juta penduduk Indonesia jumlah daftar angkatan kerja mencapai 116

Steven V. DelGrosso, PMP IBM Business Consulting Services. Disiapkan oleh: Suharyadi, Arissetyanto N, Purwanto, & Maman F.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk mendapatkan peluang kerja yang kian terbatas. Bukan saja yang

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu tujuan hidup manusia agar dapat memenuhi kebutuhan. Bekerja dapat membuat seseorang merasa aman akan jaminan masa depan serta memenuhi kebutuhan akan adanya aktualisasi dan harga diri (Wiratmo, 1996). Saat ini, banyak anak muda mulai tertarik dan melirik profesi bisnis yang cukup menjanjikan masa depan cerah. Para sarjana dan diploma lulusan perguruan tinggi, sudah mulai terjun dibidang bisnis. Hal ini didorong oleh persaingan diantara pencari kerja yang mulai ketat dan lowongan pekerjaan mulai terasa sempit. Mengetahui keadaan tersebut, dapat terlihat adanya peluang besar untuk mengembangkan diri menjadi seorang entrepreneur. Pengembangan ini perlu dilakukan oleh masyarakat Indonesia khususnya generasi muda, adanya jiwa entrepreneur sangat diperlukan bagi pengembangan individu dalam mengarungi kehidupan. sehingga pengembangan kewirausahaan (entrepreneurship) sangat diperlukan (Sutanto, 2002). Kewirausahaan atau entrepreneurship berasal dari bahasa prancis yaitu entreprende yang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Sedangkan pelaku kewirausahaan adalah yang mengacu pada orang yang melaksanakan proses gagasan, memadukan sumber daya menjadi realitas. Suryana (2010) menambahkan entrepreneur muda dapat dikatakan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan finansial, material, dan tenaga kerja untuk menghasilkan 1

2 produk baru, bisnis baru, proses produksi atau pengembangan usaha. Entrepreneur muda juga seseorang yang memilik kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi, negosiasi dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha (Suryana, 2010). Menurut David E. Rye (dalam Saiman, 2009) entrepreneur adalah seseorang yang mengorganisaikan dan mengarahkan usaha baru. Adanya jiwa entrepreneur sangat diperlukan untuk pengembangan individu itu sendiri, dan juga untuk mengembangkan kemandirian bangsa. Seorang entrepreneur merupakan salah satu kekuatan penggerak dalam meningkatkan perekonomian negara. Tanpa adanya entrepreneur maka akan berdampak buruk pada perekonomian suatu bangsa. Penelitian yang dilakukan Cunningham (dalam Riyanti, 2003) terhadap 178 entrepreneur di Singapura menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan, faktor bekerja keras, faktor usia, faktor kemampuan negosiasi, faktor komitmen dan faktor orisinalitas. Dari beberapa faktor tersebut kemampuan negosiasi merupakan faktor yang paling mempengaruhi untuk keberhasilan suatu usaha dengan presentase 49% yang dicirikan melalui kemampuan hubungan dengan pelanggan dan pihak-pihak yang berpengaruh dengan lingkungan bisnis. Feldman (dalam Herman, 2001) menggunakan istilah negosiasi yang didefinisikan sebagai social exchange yaitu interaksi antar individu dalam bertukar sesuatu, dapat berbentuk penjualan barang atau membagi keuntungan.

3 Negosiasi adalah sebuah proses dimana dua atau lebih orang atau kelompok bersama-sama memberikan perhatian pada minat untuk mendapatkan sebuah kesepakatan yang akan saling menguntungkan (Rahmadian, 2012). Sedangkan Robbins (2004) mengartikan negosiasi adalah sebuah proses yang didalamnya dua pihak atau lebih bertukar barang dan jasa dan berupaya menyepakati tingkat kerjasama tersebut bagi mereka. Negosiasi dapat pula dikatakan sebuah proses komunikasi antara penjual dan calon pembeli baik perorangan maupun kelompok yang didalamnya terjadi diskusi dan perundingan untuk mencapai kesepakatan tujuan yang saling menguntungkan kedua belah pihak (Wibowo, 2008). Negosiator yang baik merupakan orang yang memiliki aspek kemampuan negosiasi berupa kemampuan untuk memisahkan perasaan pribadi dengan masalah yang sedang dihadapi, kemampuan untuk berfokus pada kepentingan bukan posisi, kemampuan untuk mengumpulkan beberapa pilihan sebelum membuat keputusan akhir, kemampuan untuk memastikan bahwa hasil didasarkan pada kriteria obyektif (Jackman, 2005). Hasil wawancara awal peneliti terhadap entrepreneur muda yang berada di kawasan kampus IH (26 tahun), CH (27 Tahun) pada hari senin tanggal 20 Oktober 2014 dengan jenis usaha dibidang jasa mengakui bahwa kemampuan negosiasi yang baik dinilai berperan penting untuk menyelesaikan masalahmasalah yang muncul. mereka bahkan mengakui kegagalan suatu usaha terjadi karena kemampuan negosiasi yang kurang terasah, mereka mengakui bahwa hal ini disebabkan oleh kemampuan berkomunikasi dengan orang lain yang kurang

4 baik, sehingga seringkali merasa tidak yakin akan kemampuannya, merasa takut mengambil resiko dan berpikir negatif pada kelemahan diri, sehingga menyebabkan kemunduran pada usaha yang dijalankan. Negosiasi sangat menuntut kemampuan komunikasi yang memadai saat melakukan interaksi dengan orang lain, karena kualitas komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki dalam melaksanakan proses negosiasi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Mc Guire (2004) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan negosiasi adalah kemampuan komunikasi. Dengan komunikasi, aktivitas apapun akan berjalan dengan baik antar individu, kelompok maupun organisasi. Penelitian Curhan dan Pentland (dalam Lewicki, 2012) mengeksplor bahwa pola komunikasi selama lima menit pertama memiliki pengaruh besar terhadap kesepakatan yang dinegosiasikan kedua belah pihak. Hal tersebut menunjukan bahwa komunikasi dalam pertemuan negosiasi dapat memiliki efek besar pada hasil yang dimunculkan. Dimana seseorang yang memiliki komunikasi yang baik mampu mempengaruhi keputusan saat bernegosiasi. Mumel (2007) menambahkan bahwa komunikasi menjadi sangat penting manakala sedang menghadapi situasi yang tidak menguntungkan dalam melakukan negosiasi. Joseph A Devito (dalam Cangara, 2007 ) membagi komunikasi menjadi empat macam yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi massa. Didalam masyarakat, komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat pribadi.

5 Hartley (dalam Sarwono, 2002) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi dan pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih dalam satu kelompok. Satu kelompok berperan sebagai pengirim komunikasi dan kelompok lain berperan sebagai penerima. Effendy (2003) mengatakan bahwa hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara seseorang komunikator dan komunikan. Jenis komunikasi ini dapat mengubah sikap, pandangan, pendapat atau perilaku manusia dengan proses dialogis, artinya proses yang terjadi menunjukan terjadinya interaksi dimana masing-masing pihak menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Sesuai dengan pendapat Muhammad (2004) yang mengatakan bahwa komunikasi interpersonal bertujuan merubah sikap dan tingkah laku orang lain serta membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti dengan orang lain. Machfoedz (2008) mengatakan bahwa entrepreneur yang baik adalah orang yang memiliki komunikasi interpersonal yang baik dan tidak meragukan kecapakan dan kemampuannya. Mereka berpikir bahwa tindakan mereka akan mampu mengubah kejadian dan tindakannya merupakan pemimpin bagi mereka. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa negosiator yang baik membutuhkan komunikasi interpersonal yang baik. Dari hasil wawancara terhadap AB (25 Tahun), AG (28 Tahun) dan DD (23 Tahun) entrepreneur muda di kawasan kampus UIN Suska, pada hari selasa tanggal 21 Oktober 2014 dengan bidang usaha perdagangan mengakui bahwa dalam menjalankan usaha belum mampu untuk mempresentasikan diri dalam menyampaikan informasi produk secara baik

6 kepada pelanggan, mereka juga mengakui tidak membuat antisipasi alternatif tawaran yang membuatnya terjebak dalam kegagalan saat bernegosiasi. Hal ini terjadi karena respon yang diberikan pihak lawan tidak sesuai harapan dari rencana awal subjek. Walaupun pada awalanya subjek telah merasa berkomunikasi dengan baik, namun pada proses berlangsungnya negosiasi subjek mengalami kesulitan dalam menghadapi lawan yang dominan. Mereka bahkan mengakui pentingnya memiliki komunikasi yang baik dalam bernegosiasi. Tiyas (2013) dalam penelitiannya mengatakan hubungan kemampu an komunikasi interpersonal dengan kemampuan negosiasi sangat erat dan saling mempengaruhi, karena kemampuan komunikasi interpersonal tidak akan berjalan tanpa adanya kemampuan negosiasi yang baik. Kurangnya kemampuan komunikasi interpersonal pada entrepreneur akan menjadi faktor penghambat ketika melakukan negosiasi. Pada penelitian ini, subjek penelitian adalah entrepreneur muda yang berada di kawasan kampus UIN Suska Riau, karena kawasan kampus merupakan tempat yang strategis yang selalu ramai didatangi oleh ribuan orang. Hal ini sesuai dengan pendapat Erica (dalam Buchari, 2010) yang menyatakan bahwa tempat strategis merupakan syarat yang mesti diperhatikan seorang entrepreneur dalam membuka usaha. Entrepreneur pada penelitian ini merupakan orang yang menjalankan usaha dibidang jasa seperti percetakan, jasa perbaikan komputer, pembuatan dan pengolahan data skripsi, sedangkan usaha dibidang perdagangan antara lain penjualan perlengkapan olahraga, buku, fashion, jilbab, aksesoris HP, alat-alat komputer dan aksesoris sepeda motor. Pengertian entrepreneur muda

7 sendiri mengacu pada rentang usia muda dengan umur 18-30 Tahun (Santrok, 2005). Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan, peneliti ingin mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal dengan kemampuan negosiasi pada entrepreneur muda. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara komunikasi interpersonal dengan kemampuan negosiasi pada entrepreneur muda. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komunikasi interpersonal dengan kemampuan negosiasi pada entrepreneur muda. D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kemampuan negosiasi dengan komunikasi interpersonal sebelumnya pernah diteliti. Satu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Tiyas (2013) mengenai pengaruh kemampuan komunikasi interpersonal terhadap kemampuan negosiasi mahasiswa fakultas ekonomi, dimana penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal terhadap kemampuan bernegosiasi. Perbedaan penelitian Tiyas (2013) dengan peneliti adalah fokus penelitian tiyas melihat variabel komunikasi interpersonal dan variabel kemampuan negosiasi dipengaruhi dari mata kuliah yang diberikan. Sedangkan peneliti memfokuskan variabel komunikasi interpersonal yang mempengaruhi variabel kemampuan negosiasi.

8 Kemudian dari segi subjek, peneliti menggunakan subjek yaitu entrepreneur muda sedangkan Tiyas menggunakan subjek Mahasiswa. Penelitian yang dilakukan oleh Sepasthika (2010) tentang kemampuan negosiasi ditinjau dari kepercayaan diri pada entrepreneur muda, dimana entrepreneur yang memiliki rasa percaya diri yang baik maka akan memiliki kemampuan negosiasi yang baik pula. Perbedaan penelitian Sepasthika (2010) dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah variabel kemampuan negosiasi dipengaruhi oleh variabel kepercayaan diri. Sedangkan penelitian peneliti variabel kemampuan negosiasi ditinjau dari komunikasi interpersonal. Penelitian yang dilakukan oleh Ikhsanuddin (2012) tentang komunikasi interpersonal dan lingkungan keluarga terhadap intensi berwirausaha siswa, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi interpersonal dan keluarga terhadap intensi berwirausaha siswa. Perbedaan penelitian Ikhsanudin (2012) dengan penelitian peneliti adalah pada penelitian Ikhsanudin variabel komunikasi interpersonal dihubungkan dengan lingkungan keluarga terhadap intensi berwirausaha. Sedangkan peneliti menghubungkan variabel kemampuan negosiasi dengan variabel komunikasi interpersonal.

9 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil analisanya dapat memberikan kontribusi keilmuan yang lebih jelas mengenai hubungan antara komunikasi interpersonal dengan kemampuan negosiasi, serta penelitian ini dapat menambah referensi pada penelitian-penelitian psikologis yang terkait dengan kewirausahaan bagi entrepreneur dan sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis Hasil analisa penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh entrepreneur sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha sehubungan dengan komunikasi interpersonal dan kemampuan negosiasi dalam pengembangan usaha.