LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN :

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2007 WALIKOTA PRABUMULIH,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2007

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PEMERINTAH KOTA BATU

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI DOMPU,

'PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR : T TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2006

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 22 Tahun 2006 Serie : E Nomor : 15 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 10 TAHUN 2006 BUPATI SUKAMARA,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BENGKULU TENGAH

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAY KANAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587) dan sebagai perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Kampung perlu adanya Badan Permusyawaratan Kampung dan menetapkannya dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Way Kanan, Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung Timur dan Kotamadya Daerah Tingkat II Metro (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3825); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara...

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Perpu Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438 ); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Kampung dan Perangkat Kampung serta Penyelenggaraan Pemerintahan Kampung (Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan Tahun 2006 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 104); 9. Peraturan...

9. Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 10 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Way Kanan Tahun 2005-2010 (Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan Tahun 2006 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 106). Dengan persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN dan BUPATI WAY KANAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Way Kanan. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Way Kanan. 3. Bupati adalah Bupati Way Kanan. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah, Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Way Kanan. 5. Kampung adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di Kabupaten Way Kanan. 6. Badan Permusyawaratan Kampung selanjutnya disebut BPK adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan kampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan kampung di Kabupaten Way Kanan. 7. Pemerintahan...

7. Pemerintahan Kampung adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah kampung dan Badan Permusyawaratan Kampung dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di Kabupaten Way Kanan. 8. Pemerintah Kampung adalah Kepala Kampung dan Perangkat Kampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan kampung dan berada di Kabupaten Way Kanan. 9. Anggaran dan Pendapatan Belanja Kampung selanjutnya disingkat APBK adalah rencana keuangan tahunan pemerintah kampung yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah kampung dan BPK yang ditetapkan dengan Peraturan Kampung. 10. Peraturan Kampung adalah Peraturan perundang undangan yang dibuat oleh BPK bersama Kepala Kampung 11. Keputusan BPK adalah Keputusan yang dibuat oleh BPK 12. Keputusan Kepala Kampung adalah Keputusan yang dibuat oleh Kepala Kampung BAB II KEDUDUKAN, FUNGSI DAN WEWENANG Bagian Kesatu Kedudukan Pasal 2 BPK berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan kampung. Pasal 3 (1) Anggota BPK adalah wakil dari penduduk kampung bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. (2) Anggota BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Ketua Rukun Warga, tokoh adat, golongan profesi, tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya. Bagian Kedua...

Bagian Kedua Fungsi dan Wewenang Pasal 4 BPK berfungsi menetapkan peraturan kampung bersama Kepala Kampung, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Pasal 5 BPK mempunyai wewenang: a. membahas rancangan peraturan kampung bersama kepala kampung; b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan kampung dan peraturan kepala kampung; c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala kampung; d. membentuk panitia pemilihan kepala kampung; e. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan f. menyusun tata tertib BPK. BAB III HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 6 BPK mempunyai hak : a. meminta keterangan kepada Pemerintah Kampung; b. menyatakan pendapat; Anggota BPK mempunyai hak : Pasal 7 a. mengajukan rancangan peraturan kampung; b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan pendapat; d. memilih dan dipilih; dan e. memperoleh tunjangan. Pasal 8...

Pasal 8 Anggota BPK mempunyai kewajiban : a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan; b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan kampung; c. mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; e. memproses pemilihan kepala kampung; f. mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; g. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan h. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan. Pasal 9 (1) Pimpinan dan anggota BPK tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Kampung dan Perangkat Kampung (2) Pimpinan dan Anggota BPK dilarang : a. sebagai pelaksana proyek kampung; b. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; c. melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; d. menyalahgunakan wewenang; dan e. melanggar sumpah/janji jabatan. (1) Susunan Organisasi BPK terdiri dari : a. ketua; b. wakil Ketua; c. sekretaris; dan d. anggota. BAB IV SUSUNAN ORGANISASI Pasal 10 (2) Pimpinan BPK terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan 1 (satu) orang sekretaris (3) Pimpinan...

(3) Pimpinan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih dari dan oleh anggota BPK secara langsung dalam rapat BPK yang diadakan secara khusus. (4) Rapat pemilihan pimpinan BPK untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda BAB V PENCALONAN Pasal 11 (1) Anggota BPK adalah wakil dari penduduk kampung bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. (2) Anggota BPK terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda, dan lembaga sosial kemasyarakatan yang ada di kampung. (3) Syarat lain untuk dapat dicalonkan menjadi anggota BPK adalah : a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau sederajat; d. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan maksimal 60 (enam puluh) tahun; e. sehat jasmani dan rohani; f. bersedia dicalonkan sebagai anggota BPK; g. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 (lima) tahun; h. tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap; i. penduduk kampung setempat yang mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di kampung setempat sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan j. belum pernah menjabat sebagai anggota BPK selama 2 (dua) kali masa jabatan. (4) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada Ayat (3), diwujudkan dalam bentuk daftar isian yang ditandatangani oleh yang bersangkutan di atas kertas segel/materai. BAB VI...

BAB VI MEKANISME MUSYAWARAH PENETAPAN ANGGOTA Pasal 12 (1) Calon anggota BPK ditetapkan secara musyawarah dan mufakat. (2) Mekanisme penetapan anggota BPK : a. Sebelum diadakan musyawarah mufakat perlu dibentuk panitia musyawarah yang difasilitasi oleh Kepala kampung dan keanggotaan panitia musyawarah ditetapkan dengan keputusan kepala kampung; b. Keanggotaan panitia musyawarah terdiri dari tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda, dan lembaga sosial kemasyarakatan yang ada di kampung; c. Peserta sebagaimana dimaksud pada hurup b, adalah warga masyarakat yang benar-benar dapat mewakili masyarakat kampung; d. Jumlah calon yang diusulkan dalam musyawarah adalah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang dan sebanyak-banyaknya 22 (dua puluh dua) orang; e. Penetapan anggota BPK dilakukan dengan cara musyawarah mufakat oleh seluruh peserta rapat; f. Apabila huruf d tidak dapat terpenuhi, maka penetapan anggota BPK dilakukan dengan cara musyawarah mufakat oleh seluruh calon anggota BPK yang diusulkan; dan g. Paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah musyawarah, hasil penetapan anggota BPK disampaikan kepada Bupati melalui Camat untuk ditetapkan dalam Keputusan Bupati. (3) Peserta musyawarah adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh wanita, tokoh pemuda, dan lembaga sosial kemasyarakatan yang ada di kampung. (4) Yang dapat dipilih menjadi calon anggota BPK adalah peserta musyawarah. BAB VII PENGESAHAN PENETAPAN ANGGOTA Pasal 13 (1) Hasil pelaksanaan musyawarah penetapan anggota BPK disampaikan oleh Panitia Musyawarah penetapan anggota BPK kepada Kepala Kampung, selanjutnya disampaikan kepada Bupati melalui camat untuk disahkan penetapan keanggotaannya dengan Keputusan Bupati. (2) Anggota BPK diambil sumpah/janji oleh Bupati paling lama setelah 15 (limabelas) hari terhitung tanggal pemberlakuan Keputusan Bupati tentang pengesahan penetapan keanggotaan BPK. (3) pengambilan...

(3) Pengambilan sumpah/janji dapat dilaksanakan di kampung yang bersangkutan. (4) Anggota BPK sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati. Susunan kata kata Sumpah/Janji Anggota BPK adalah sebagai berikut : Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Anggota BPK dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya, bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi kampung, daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 14 Jumlah anggota BPK ditetapkan dengan jumlah ganjil paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan kampung dengan ketentuan : a. Jumlah penduduk sampai dengan 1.500 jiwa 5 orang anggota b. Jumlah penduduk 1.501 sampai 2.000 jiwa 7 orang anggota c. Jumlah penduduk 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa 9 orang anggota d. Jumlah penduduk Lebih dari 2.500 jiwa 11 orang anggota. BAB VIII MASA JABATAN Pasal 15 Masa jabatan anggota BPK adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak diambil sumpah/janji dan dapat dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. BAB IX MEKANISME KERJA Pasal 16 (1) Rapat BPK diselenggarakan berdasarkan surat Ketua BPK. (2) Rapat BPK diadakan sesuai kebutuhan, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam (1) Satu Tahun. (3) Rapat BPK dipimpin oleh Pimpinan BPK. (4) Rapat...

(4) Rapat BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) dari jumlah anggota BPK, dan keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. (5) Dalam hal tertentu Rapat BPK dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurangkurangnya 2 /3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPK, dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPK yang hadir. (6) Hasil rapat BPK ditetapkan dengan Keputusan BPK dan dilengkapi dengan notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPK. BAB X PEMBERHENTIAN Pasal 17 (1) Anggota BPK berhenti, karena : a. Meninggal dunia; b. Atas permintaan sendiri; c. Diberhentikan. (1) Anggota BPK diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena : a. berakhir masa jabatannya dan telah diangkat anggota BPK yang baru; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPK; d. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan berdasarkan hasil Rapat BPK; e. tidak melaksanakan kewajiban anggota BPK; dan/atau f. melanggar larangan bagi anggota BPK. (2) Anggota BPK yang berhenti sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hurup b dan c sebelum berakhir masa jabatannya diadakan pergantian. (3) Angota BPK yang berhenti karena meninggal dunia dan/atau atas permintaan sendiri diusulkan oleh BPK (4) Pergantian sebagaimana dimaksud pada Ayat (2), proses pergantian anggota BPK mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (2) dengan tetap memperhatikan keterwakilan wilayah. (5) Anggota BPK yang diberhentikan sebelum masa jabatannya, harus mendapatkan persetujuan 2 /3 (dua per tiga) jumlah anggota BPK. Pasal 18...

Pasal 18 (1) Masa jabatan keanggotaan BPK pengganti adalah sisa waktu yang belum dijalankan oleh anggota BPK yang berhenti sebagaimana dimaksud pada Pasal 17. (2) Usul pemberhentian anggota BPK, diusulkan oleh Pimpinan BPK kepada Bupati melalui Camat, berdasarkan keputusan musyawarah BPK. (3) Selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah penggantian anggota BPK, Bupati menerbitkan keputusan pengesahan pemberhentian keanggotaan BPK. Pasal 19 (1) Apabila pimpinan BPK berhenti sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 sebelum masa jabatannya berakhir, diadakan penggantian pimpinan BPK. (2) Mekanisme penggantian pimpinan BPK dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat. (3) Masa jabatan pimpinan BPK pengganti adalah sisa waktu masa jabatan yang belum dijalani oleh pimpinan BPK yang berhenti sebagaimana dimaksud pada Pasal 17. BAB XI HUBUNGAN KERJA Pasal 20 Hubungan kerja BPK dengan Kepala Kampung dan Lembaga Kemasyarakatan adalah bersifat kemitraan, konsultatif, dan koordinatif. Pasal 21 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, BPK dibantu oleh sekretaris BPK. (2) Sekretariat BPK dipimpin oleh sekretaris BPK. (3) Sekretaris BPK dipilih dan ditetapkan dari anggota BPK. (4) Alat kelengkapan BPK lainnya seperti komisi atau panitia dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan. (5) Sekretaris BPK dan alat kelengkapan lainnya ditetapkan dengan keputusan pimpinan BPK BAB XII...

[ BAB XII TINDAKAN PENYIDIKAN Pasal 22 (1) Tindakan penyidikan terhadap anggota dan pimpinan BPK, dilaksanakan setelah adanya persetujuan tertulis dari Bupati. (2) Hal-hal yang dikecualikan adalah : a. tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan; dan b. diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati. (3) Tindakan penyidikan diberitahukan secara tertulis oleh atasan penyidik kepada Bupati paling lama 3 (tiga) hari. BAB XIII KEUANGAN Pasal 23 (1) Pimpinan dan Anggota BPK menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan kampung; (2) Tunjangan pimpinan dan anggota BPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dalam APBK. Pasal 24 (1) Untuk kegiatan BPK disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan kampung yang dikelola oleh Sekretaris BPK. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan setiap tahun dalam APBK. BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25 Anggota BPK yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap sah dan tetap melaksanakan tugas serta kewajibannya sebagai anggota BPK sampai berakhir masa jabatannya. BAB XV...

BAB XV KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pembentukan Badan Perwakilan Kampung (Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan Tahun 2003 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan Nomor 77) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 27 Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 28 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Way Kanan. Ditetapkan di Blambangan Umpu pada tanggal 12 November 2007 BUPATI WAY KANAN, Dto, Diundangkan di Blambangan Umpu pada tanggal 12 November 2007 TAMANURI SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN, Dto, AKHMAD SUWANDHI NATAPRAJA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 7

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG I. UMUM Badan Permusyawaratan Kampung atau yang disingkat BPK adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan kampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan kampung. Dengan kata lain BPK merupakan partner kerja Kepala Kampung dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Badan Permusyawaratan Kampung merupakan wadah atau sarana bagi masyarakat kampung untuk menyalurkan atau menyampaikan aspirasinya terhadap berbagai hal terkait dengan pembangunan didaerahnya. Sehingga peran serta masyarakat dalam pembangunan dapat berjalan dengan baik. Demi menjaga independensinya, anggota Badan Permusyawaratan Kampung dipilih bukan dari unsur aparat pemerintahan kampung, melainkan mereka dipilih dari unsur-unsur yang hidup dan berkembang di masyarakat melalui mekanisme musyawarah dan mufakat. Seperti dari unsur tokoh adat, golongan profesi, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh wanita dan tokoh masyarakat lainnya. Hal ini tentunya sejalan dengan semangat dan amanat yang terkandung dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Pembentukan Badan Permusyawaratan Kampung, juga sesuai dengan ketentuan Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587) dan sebagai perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Kampung sehingga perlu adanya Badan Permusyawaratan Kampung II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3...

Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan tokoh adat adalah mereka yang dipandang memahami dan mengerti dan berperan dalam menjaga serta melestarikan adat istiadat yang hidup dan berkembang ditengah-tengah kehidupan masyarakat Yang dimaksud dengan golongan profesi adalah mereka yang bekerja secara profesional sesuai dengan bidang keilmuan yang dimilikinya seperti Guru, Advokad/Pengacara, Dokter, Notaris dan lainnya. Yang dimaksud dengan tokoh agama adalah mereka yang oleh masyarakat dinilai memiliki kemampuan dan pengetahun dibidang ilmu keagamaan yang dianut oleh masyarakat setempat. Yang dimaksud dengan tokoh masyarakat lainnya adalah mereka yang memiliki kemampuan dan oleh masyarakat diakui karena pengetahuan dan pengelamannya yang luas dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat serta dalam penyelenggaraan pemerintahan, seperti tokoh pemuda, alim ulama dan yang lainnya. Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d...

Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Huruf d Huruf e Yang dimaksud dengan Memproses Pemilihan Kepala Kampung adalah membentuk panitia pemilihan, menetapkan calon kepala kampung yang berhak dipilih berdasarkan rekomendasi Bupati, menetapkan calon kepala kampung terpilih dan mengusulkan calon kepala kampung terpilih kepada Bupati untuk disahkan menjadi kepala kampung terpilih. Huruf f Huruf g Huruf h Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Huruf a Huruf b Yang dimaksud dengan bertakwa dalam ketentuan ini dalam arti taat menjalankan kewajiban agamanya. Yang dimaksud dengan setia adalah tidak pernah terlibat gerakan separatis, tidak pernah melakukan gerakan secara inkonstitusional atau dengan kekerasan untuk mengubah dasar negara serta tidak pernah melanggar Undang-Undang Dasar 1945. Huruf c...

Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Yang dimaksud dengan penduduk kampung setempat adalah penduduk yang memiliki Kartu Tanda Penduduk kampung bersangkutan atau yang memiliki tanda bukti yang sah sebagai penduduk kampung yang bersangkutan. Huruf j Yang dimaksud dengan dua kali masa jabatan adalah seseorang yang menjabat sebagai anggota BPK selama dua kali masa jabatan baik secara berturut-turut maupun tidak. Ayat (4) Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3)...

Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Yang dimaksud dengan hal tertentu adalah rapat BPK yang akan membahas dan memutuskan kebijakan yang bersifat prinsip dan strategis bagi kepentingan masyarakat kampung seperti usul pemberhentian kepala kampung dan melakukan pinjaman. Ayat (1). Ayat (2). Ayat (3) Pemberitahuan secara tertulis dapat didahului dengan pemberitahuan lisan melalui alat komunikasi. Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25...

Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 114 WAY KANAN