MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI

dokumen-dokumen yang mirip
ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

KETOASIDOSIS DIABETIK

KETOASIDOSIS DIABETIK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN BETA HIDROKSI BUTIRAT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

KETOASIDOSIS DIABETIK. yang serius, suatu keadaan darurat yang harus segera diatasi. Merupakan

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. fertilitas gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing

Diabetes Mellitus DEFINISI PENYEBAB

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

II. TINJAUAN PUSTAKA

HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

EVALUASI PEMILIHAN OBAT ANTIDIABETES PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2008 SKRIPSI

BAB I KONSEP DASAR. kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi membrane

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG DIABETES MELLITUS ( DM ) YAYASAN PENDIDIKAN SETIH SETIO AKADEMI KEPERAWATAN SETIH SETIO MUARA BUNGO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. mendukung Tugas Akhir ini, seperti : Literatur berupa media cetak yang berasal dari buku-buku referensi yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I KONSEP DASAR. insulin (Engram, 1999:532). Ulkus adalah kehilangan jaringan kulit yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB 1 PENDAHULUAN. American Heart Association, 2014; Stroke forum, 2015). Secara global, 15 juta

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. resistensi insulin, serta adanya komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan,

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi menular dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

Konsep Dasar Diabetes Mellitus (DM) by Aprisal Darwis 1/29/2014 A. Pengertian Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian yang berskala cukup besar di Indonesia dilakukan oleh

SATUAN ACARA PENYULUHAN DIABETES MELLITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. I. Penyakit Diabetes Mellitus dan Pengelolaannya. Diabetes Mellitus adalah sindroma yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN. yang terlanjur mengubah gaya hidup tradisional menjadi modern

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

Diabetes Mellitus Type II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kronik yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan

Transkripsi:

MAKALAH KOMA HIPERGLIKEMI OLEH: Vita Wahyuningtias 07.70.0279

Daftar Isi Bab 1 Pendahuluan...1 Bab 2 Tujuan...2 Bab 3 Pembahasan...3 1. Pengertian...3 2. Etiologi...4 3. Patofisiologi...4 4. Gejala dan tanda...5 5. Penatalaksanaan...6 6. Prognosis...6

i BAB I PENDAHULUAN Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dengan mikroskopelektron (Mansjoer dkk,1999). Diabetes yang tidak disadari dan tidak diobati dengan tepat atau diputus akan memicu timbulnya penyakit berbahaya dan memicu terjadinya komplikasi. Komplikasi yang diakibatkan kadar gula yang terus menerus tinggi dan merupakan penyulit dalam perjalanan penyakit diabetes mellitus. Salah satunya adalah Hiperosmolar Non Ketotik Hiperglikemia. Ditemukan 85% pasien KHNK mengidap penyakit ginjal atau kardiovaskuler, pernah juga ditemukan pada penyakit akromegali, tirotoksikosis, dan penyakit Chusing. PasienKHNK kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai penyakit lain. Sindrom komahiperglikemik hiperosmolar non ketosis penting diketahui karena kemiripannya dan perbedaannya dari ketoasidosis diabetik berat dan merupakan diagnosa banding serta perbedaan dalam penatalaksanaan (Hudak dan Gallo).Pasien yang mengalami sindrom koma hiperglikemia hiperosmolar nonketosis akan mengalami prognosis jelek. Komplikasi sangat sering terjadi dan angka kematian mencapai 30-50%.

Tujuan dari makalah kami ini adalah : 1 BAB II TUJUAN Mengetahui pengertian koma Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik dan Ketoasidosis Diabetikum Mengetahui etiologi dari koma hiperglikemi tersebut Mengetahui manifestasi kliniknya Mengetahui cara mendiagnosisnya Mengetahui penatalaksaan medis Koma Hiperglikemia. Mengetahui pemeriksaan penunjang medis Koma Hiperglikemia. 2

BAB III PEMBAHASAN 1. Pengertian Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik adalah suatu komplikasi akut dari diabetes melitus di mana penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma. Ini terjadi pada penderita diabetes tipe II. Hyperglikemia, Hiperosmolar Non Ketogenik adalah sindrom berkaitan dengan kekurangan insulin secara relative, paling sering terjadi pada panderita NIDDM. Secara klinik diperlihatkan dengan hiperglikemia berat yang mengakibatkan hiperosmolar dan dehidrasi, tidak ada ketosis/ada tapi ringan dan gangguan neurologis Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis adalah keadaan koma akibat dari komplikasi diabetes melitus di mana terjadi gangguan metabolisme yang menyebabkan: kadar gula darahsangat tinggi, meningkatkan dehidrasi hipertonik dan tanpa disertai ketosis serum, biasa terjadi pada DM tipe II. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik NonKetotik ialah suatu sindrom yang ditandaidengan hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai penurunan kesadaran (Mansjoer, 2000).Menurut Hudak dan Gallo (edisi VI) koma hiperosmolar adalah komplikasi daridiabetes yang ditandai dengan :1. Hiperosmolaritas dan kehilangan cairan yang hebat.2. Asidosis ringan.3. Sering terjadi koma dan kejang lokal.4. Kejadian terutama pada lansia.5. Angka kematian yang tinggi. Ketoasidosis Diabetik Keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis yang disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. Keyoasidosis diabetik da hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan membutuhkan pengelolan gawat darurat. Ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Akibat dari defisiensi berat insulin dan disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.

2. ETIOLOGI 1. Insufisiensi insulin 3 1.1. DM, pankreatitis, pankreatektomi 1.2. Agen pharmakologic (phenitoin, thiazid, manitol, urea, steroid, obat imunosupresif, diuretik) 2 Tindakan terapeutik 2.1 Dialisis peritoneal/hd 2.2 Pemberian makanan lewat sonde 2.3 Infus tinggi karbohidrat Koma ini dapt terjadi pada pasien diabetes tergantung insulin yang telah mendapat cukup insulin. 3.Patofisiologi Alasan tidak adanya ketoasidosis pada diabetes dengan awitan dewasa tidak diketahui. Mesin ketogenik hati tidak terganggu, karena pasien sering mempunyai konsentrasi keton dalam rentang kelaparan. (2-4mmol/L) Kadar asam lemak bebas lebih rendah pada koma hiperosmoler dibanding pada ketoasidosis dan defisiensi substratdapat membatasi pembentukan keton. Sebagian pasien KHNK memiliki kadar asam lemak bebas tinggi dalam plasma. Penjelasan yang mungkin adalah konsentrasi insulin dalam vena portapenderita NIDDM lebih tinggi dibanding penderita tergantung insulin dan mencegah aktivasi penuh sistem karnitin palmitoil transferase hati. Kemungkinan lain meliputi resistensi glukagon dan pemeliharaan kadar malonil-coa yang tinggi melalui peningkatan aktivitas siklus kori. Siklus kori menunjukkan perubhan glukosa sirkulasi menjadi laktat dalam jaringan perifer dengan kembalinya laktat ke hati untuk glukoneogenesis.

4 4. Gejala dan tanda Pasien datang dengan hiperglikemi berat, hiperosmolalitas dan pengurangan volum disertai tanda SSP mulai dari kesadaran berkabut hingga koma. Aktivitas kejang kadang tipe Jackson dan dapat terlihat hemiplegi sesaat. Infeksi terutama pneumonia dan sepsisgram negatif umumnya dan menunjukkan prognosis jelek. Pneumonia sering disebabkan kuman gram negatif. 5. Anamnesis dan pemeriksaan Anamnesa biasanya pada keluarga tentang riwayat diabetesnya, serta kontrol dan penggunaan insulin yang telah dilakukannya. Apakah ada riwayat gagal ginjal yang telah dihemodialisa. Sering masuk rumah sakit dan mendapat perawatan invasif. Riwayat penggunaan obat seperti diuretik, phenitoin, thiazid, manitol, urea, steroid, obat imunosupresif. Pemeriksaan dengan melihat keadaan umum pasien, memeriksa kesadarannya, dan melakukan pemeriksaan darah lengkap serta analisis gas darah. Temuan lab dalam 2 seri besar Seri Brooklyn Washington Umur, tahun 60 57 Glukosa, mmol/l(mg/dl) 65(1166) 54(976) Natrium, mmol/l 144 142 Kalium, mmol/l 5 5 Klorida, mmol/l 99 98 Bikarbonat, mmol/l 17 22 BUN, mmol/l 31(87) 23(65) Kreatinin, mmol/l 490(5,5) - Asam lemak bebas,mmol/l 0,73 0,96 Osmolaritas, mosmol/l 384 374

5 Glukosa plasma 2x nilai yang terlihat pada KAD. Osmolalitas serum sangat tinggi tetapi karena kadar hiperglikemia, konsentrasi natrium serum relatif tidak meningkat. Azotemia prerenal dengan peningkatan nyata BUN dan kreatinin. Terdapat asidosis metabolik ringan, bikarbonat plasma rata-rata 20mmol/L. Asidosis karena kombinasi ketosis karena kelaparan, retensi asam inorganik sekunder karena hipoperfusi ginjal dan peningkatan halus laktat plasma, akibat pengurangan volume. Jika bikarbonat<10mmol/l dan keton plasma tidak meningkat, dapat dianggap terjadi asidosis laktat. 6. Penatalaksanaan Tindakan paling penting adalah pemberian cairan intravena dalam jumlah besar untuk memulihkan sirkulasi dan aliran urin. Defisit cairan rata-rata adalah 10-11L. Sementara air tawar akan sangat diperlukan, terapi awal harus berupa alarutan garam isotonik, 2-3L harus diberikan dalam 1 sampai 2 jam pertama. Kemudian salin separuh kekuatan dapat digunakan. Begitu kadar glukosa mencapai normal, dapat diberikan dekstrose 5% sebagai pembawa air tawar. Jika koma hiperosmoler dapat dipulihkan dengan cairan saja, insulin harus diberikan untuk mengendalikan hiperglikemia lebih cepat. Garam kalium biasanya diperlukan lebih awaldalam terapi KHONK dibandingkan KAD karena pergeseran K + plasma intraseluler selama peningkatan terapi tanpa asidosis. Jika terdapat asidosis laktat, natrium bikarbonat harus diberikan sampai perfusi jaringan dapat dipulihkan. Antibiotik diperlukan jika infeksi merupakan penyulit. 7. Prognosis Angka kematian hiperosmoler tinggi(>50%)

6 DAFTAR PUSTAKA Isselbacher, Braunwald. 1995. Harison edisi ke 13 vol 5. EGC: Jakarta

ii