III. METODOLOGI. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian. Asal Tempat Tumbuh. Nama Daerah Setempat

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

CIRI ANATOMI DAN LAJU PENGERINGAN ALAMI TIGA JENIS KAYU CINNAMOMUM ANDIANTO

DAFTAR ISI HALAMAN. vii

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STRUKTUR DAN SIFAT KAYU SUKUN ( Artocarpus communis FORST) DARI HUTAN RAKYAT DI YOGYAKARTA. Oleh: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

STRUKTUR DAN SIFAT KAYU TREMBESI ( Samanea saman MERR) DARI HUTAN RAKYAT DI YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula) PADA 3 KLAS DIAMETER YANG BERBEDA

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR...

BAB III METODE PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PE ELITIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAITAN POLA PENYEBARAN SALURAN GETAH

BAB III BAHAN DAN METODE

HASIL. Tingkat perubahan warna, panjang kedalaman zona perubahan warna serta tingkat wangi dinyatakan dalam nilai rata-rata ± simpangan baku.

BAB 3 HUBUNGAN ANTARA KAYU DAN AIR: PENYUSUTAN KAYU

BEBERAPA SIFAT FISIK GUBAL ANGSANA

METODOLOGI PENELITIAN

CIRI ANATOMI DAN LAJU PENGERINGAN ALAMI TIGA JENIS KAYU CINNAMOMUM ANDIANTO

II. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

II. METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan dengan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengukuran Parameter Fotosintesis . Pengamatan Anatomi Daun HASIL

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

TRANSPIRASI TUMBUHAN. Tujuan : - Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan, yaitu Acalypha sp. dan Bauhemia sp.

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu. Lampiran 2. Pengujian Sifat Keawetan terhadap rayap tanah (Captotermes curvignathus Holmgreen.

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

SNI. Metode penguji berat jenis batang kayu dan kayu struktur bangunan SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standarisasi Nasional BSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENYUSUNAN SKEDUL SUHU DAN KELEMBABAN DASAR UNTUK PENGERINGAN KAYU BINUANG BERSORTIMEN 83 X 118 X 5000 MM DALAM TANUR PENGERING KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. : Cinnamomum burmanii. Panjangnya sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna

PENENTUAN AIR DALAM RONGGA SEL KAYU

BAB 2 HUBUNGAN AIR DAN KAYU: AIR DI DALAM KAYU

4 STRUKTUR ANATOMI SALURAN RESIN PADA PINUS MERKUSII KANDIDAT BOCOR GETAH

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 1. Pembuatan Contoh Uji 2. Pemilahan Contoh Uji

SIFAT FISIKA ROTAN TOHITI (Calamus inops Becc.) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG PAPALIA DESA MATA WOLASI KECAMATAN WOLASI KABUPATEN KONAWE SELATAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jakob Kailola, S.Hut Staf Agroforestri Padamara Tobelo

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan bahan 3.3 Pengumpulan Data

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kayu lapis dan papan blok bermuka kertas indah

SIFAT ANATOMI BAMBU AMPEL (Bambusa vulgaris Schrad.) PADA ARAH AKSIALDAN RADIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN PREPARAT IRISAN MELALUI METODE PARAFIN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

VARIASI SIFAT ANATOMI KAYU SENGON (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen) DARI 2 JENIS PERMUDAAN YANG BERBEDA

LATIHAN SOAL ULANGAN HARIAN

Beberapa Sifat Anatomi, Dimensi Serat dan Microfibril Angle (MFA) Samama (Anthocephalus Macrophyllus)1

SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA KAYU BONGIN (Irvingia malayana Oliv) DARI DESA KARALI III KABUPATEN MURUNG RAYA KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan

DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PER LINGKARAN TUMBUH KAYU SUNGKAI (Peronema canescens Jack) DARI KULON PROGO, YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Hutan Tanaman Industri setelah pinus. Ekaliptus merupakan tanaman eksotik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat membutuhkan kenaikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAHAN DAN METODE. Metode Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung dari bulan Pebruari hingga Juni 2009. Identifikasi herbarium dilakukan di Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor, sementara pengamatan struktur anatomi di Laboratorium Anatomi Kayu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH) Bogor. Pengukuran Kadar Air (KA) kayu segar dan Berat Jenis (BJ) sehubungan dengan laju keluarnya air dilakukan di Laboratorium Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) P3HH Bogor. 3.2 Bahan dan Alat Bahan utama berupa potongan kayu Cinnamomum sp. (C. burmanii, C. parthenoxylon, dan C. subavenium masing-masing satu pohon) sepanjang 60 cm dan juga daunnya, yang diperoleh dari kawasan hutan dan hutan rakyat di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sumatera Barat (Tabel 1). Kayu digunakan untuk pengamatan ciri anatomi (pembuatan preparat sayat dan maserasi) serta uji pengeringan (termasuk KA dan BJ), sementara daun untuk pengecekan identitas botanis. Potongan kayu sampel diambil dari pohon yang masih berdiri pada jarak 30 cm di atas permukaan tanah. Adapun bahan kimia yang digunakan adalah asam asetat glacial, gliserin, alkohol, carboxylol, dan hidrogen peroksida. Tabel 1 Jenis-jenis pohon sebagai bahan penelitian No. Nama Botanis 1. Cinnamomum burmani Blume 2. Cinnamomum parthenoxylon Meissn 3. Cinnamomum subavenium Miq Nama Daerah Setempat Kayu manis Pakanangi Aju cening/kayu manis Asal Tempat Tumbuh Kabupaten Solok, Sumatera Barat Kabupaten Donggala, Sul-Teng Kabupaten Maros, Sul-Sel Diameter Pohon (cm) Perkiraan Umur Pohon (tahun) 16 10-15 18 15-20 23 20-25 Peralatan terbagi atas peralatan lapangan dan peralatan laboratorium. Peralatan lapangan berupa loupe, gergaji tangan, meteran, kamera, koran, plastik, 50

dan kertas alumunium foil, sementara peralatan laboratorium diantaranya adalah sliding mikrotom merk Reichert, mikroskop cahaya merk Nikon, gergaji tangan, parang, oven, timbangan dan cutter. 3.3 Pelaksanaan Penelitian 3.3.1 Pengambilan Bahan Contoh Uji Penelitian Contoh uji untuk setiap jenis diambil dari satu buah pohon berdiri dan dicatat perkiraan umur beserta ukuran diameternya. Sepanjang 60 cm batang kayu diambil dari jarak 30 cm di atas pangkal pohon. Daun diambil untuk pengecekan identitas botanis. Pembuatan preparat sayat dan maserasi diambil dari contoh kayu teras. Pada permukaan batang yang baru ditebang segera dilapisi aluminium foil untuk menghindari penguapan. Batang dibagi menjadi 2 buah potongan. Pembuatan preparat sayat dan maserasi guna pengamatan struktur anatomi dibuat dari bagian kayu teras pada potongan pertama. Dari potongan kedua dibuat contoh uji kayu untuk pengukuran BJ, KA kayu segar, dan KA selama pengeringan alami. Proses pengambilan contoh uji dapat dilihat pada Gambar 1, 2, dan 3. Pengamatan struktur anatomi kayu dilakukan dengan membuat slide mikrotom dan slide maserasi. Contoh uji pengukuran BJ rata-rata dan KA ratarata baik untuk kayu segar maupun kayu pengeringan dilakukan dengan tiga hingga 4 kali ulangan yang mewakili seluruh bagian batang (teras, peralihan teras ke gubal, dan gubal). Ulangan ini bergantung kepada kondisi bentuk dan diameter penampang lintang batang pohon, namun tetap diupayakan dapat mewakili bagian kayu teras, gubal, dan peralihan keduanya. Contoh uji untuk pembuatan slide mikrotom berukuran 1 x 1 x 2 (cm), untuk pembuatan slide maserasi dibuat contoh uji sebesar batang korek api. Lembaran papan berukuran 2 x 10 x 50 (cm) dibuat untuk pengambilan contoh uji perhitungan BJ dan KA. Dari papan tersebut dibuat contoh uji KA kayu selama pengeringan berukuran 2 x 10 x 30 (cm) yang diambil pada jarak 7 cm dari masing-masing ujung, dan pada kedua ujungnya dilapisi alumunium foil untuk menghindari besarnya penguapan dari arah longitudinal. Contoh uji BJ serta KA kayu segar juga dibuat dari papan tersebut dengan ukuran 2 x 2 x 2 (cm). 51

Herbarium untuk pengecekkan dan penentuan nama botanis 5 cm (potongan batang pertama) 60 cm 55 cm (potongan batang ke dua) 30 cm Gambar 1 Posisi contoh uji dalam batang pohon Potongan pertama T Gambar 2 Cara pengambilan contoh uji preparat sayat dan maserasi pada kayu teras (T) Keterangan: T = Bagian kayu teras Potongan ke dua dibuat papan 10 cm 7 cm 30 cm 7 cm dibuang Contoh uji pengeringan dibuang 2 cm 2 cm Gambar 3 Cara pengambilan contoh uji BJ dan KA kayu segar (2 x 2 x 2 cm), serta laju keluarnya air selama pengeringan udara (2 x 10 x 30 cm) 52

Secara sistimatis kegiatan penelitian dapat digambarkan seperti dalam bagan alir berikut (Gambar 4): Tiga Jenis Kayu Cinnamomum Asal tumbuh Umur/diameter pohon INPUT --------------------------------------------------------------------------------------------------- PROSES Pengamatan Ciri Makroskopis dan Mikroskopis Kayu Pengukuran Sifat Fisis Kayu Ciri Umum Ciri Anatomi: 1.Ciri diagnostik/kuantitatif melalui preparat sayat 2.Ciri kuantitatif (dimensi sel) melalui preparat maserasi Pengukuran KA kayu segar Pengukuran BJ Pengukuran TJS Pengukuran laju keluarnya air dalam kayu di bawah dan di atas TJS selama pengeringan alami --------------------------------------------------------------------------------------------------- OUTPUT 1.Diperolehnya teknik pemilahan tiga jenis kayu Cinnamomum melalui perbedaan ciri umum dan ciri anatomi 2.Diketahuinya BJ, Titik Jenuh Serat (TJS), KA dan laju penurunan kadar air tiga jenis kayu Cinnamomum di bawah dan di atas TJS selama pengeringan alami OUTPUT Gambar 4 Bagan alir penelitian 53

3.3.2 Identifikasi Herbarium Material herbarium diperlukan guna mengecek nama botanis tumbuhan dari contoh sampel yang dikumpulkan. Hasilnya ditetapkan sebagai nama jenis contoh uji penelitian. 3.3.3 Pembuatan Preparat dan Pengamatan Struktur Anatomi Contoh uji 1 x 1 x 2 (cm) direndam dalam larutan alkohol gliserin 1:1 selama satu minggu. Setelah lunak contoh disayat dengan mikrotom setebal 15-25 mikron meliputi penampang lintang, radial dan tangensial. Sayatan yang baik dipilih dan dicuci dengan aquades lalu didehidrasi bertingkat dengan alkohol 25, 50, 75, 90%, dan alkohol absolut. Selanjutnya sayatan dibeningkan dengan cara direndam beberapa saat, berturut turut dalam karbolxylol dan toluena. Sesudah itu sayatan direkat dengan entelan (canada balsam) di atas gelas obyek dan siap untuk dilakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui ciri diagnostik (susunan dan bentuk) dan kuantitatif (frekuensi maupun dimensi) sel-sel penyusun kayu yang terdapat pada ke tiga bidang pengamatan. Preparat maserasi dibuat guna pengamatan dimensi serat. Pembuatannya dilakukan menurut petunjuk Tesoro (1989). Contoh kayu sebesar batang korek api dipanaskan secara perlahan dalam tabung reaksi yang berisi larutan hidrogen peroksida dengan asam asetat glasial 1:1. Serat yang sudah terpisah dicuci bersih dengan air keran lalu diwarnai dengan safranin. Serat yang sudah diwarnai dimuat dalam gelas objek yang terlebih dahulu sudah ditetesi gliserin. Seratnya disebarkan merata lalu ditutup dengan gelas penutup. Sampai tahap ini preparat siap untuk diukur. Ciri kuantitatif berupa dimensi yaitu panjang serat, diameter serat dan diameter lumen diukur di bawah mikroskop. Pengamatan struktur anatomi (diagnostik dan kuantitatif) didasarkan pada ciri mikroskopik untuk identifikasi kayu daun lebar (Wheeler et al., 1989). Klasifikasi kuantitatif sel berdasarkan Den Berger dalam Martawijaya et al, (2005). Ciri kuantitatif diamati 10 sampai 25 kali pengukuran, yaitu diameter pembuluh sebanyak 25 kali pengukuran, frekuensi pembuluh per mm 2 sebanyak 10 kali pengukuran, frekuensi jari-jari sebanyak 10 kali pengukuran, tinggi jarijari sebanyak 25 kali pengukuran, panjang serat sebanyak 25 kali pengukuran, 54

diameter dan tebal dinding serat masing-masing 15 kali pengukuran. Hasil pengamatan dimasukkan pada daftar pengamatan ciri anatomi (Tabel 2). Tabel 2 Contoh Daftar Pengamatan Ciri Lingkar v tumbuh 1. Batas lingkar tumbuh jelas 2. Batas l.t. tidak jelas Porositas 3. Tata-lingkar 4. Semi tata-lingkar v 5. Baur Sebaran pembuluh 6. Pita tangensial 6. Pita tangensial v 7. Pola diagonal atau radial 8. Pola dendritik Pengelompokan pembuluh 9. Hampir seluruhnya soliter v 10. Berganda radial 4 atau lebih biasa dijumpai v 11. Bergerombol biasa dijumpai Dst. 3.3.4 Penetapan BJ Kayu Contoh uji berukuran 2 x 2 x 2 (cm) diukur dimensi basahnya dengan kaliper untuk memperoleh volume basah (VK), lalu dimasukkan dalam oven suhu (103±2)ºC hingga beratnya konstan (BKT). BJ kayu dihitung dengan rumus: BJ kayu =? kayu /? benda standar? kayu = BKT / VK (g/cm 3 ) Dimana:? = kerapatan Penetapan BJ dilakukan 3-4 kali ulangan yang mewakili seluruh bagian batang (teras, peralihan teras ke gubal, dan gubal). 3.3.5 Penetapan TJS TJS merupakan perbandingan antara susut volume total (dari basah ke kering tanur) dengan nilai BJ kayunya, sementara besar susut adalah perbandingan selisih ukuran dimensi yang terjadi terhadap dimensi awalnya dalam persen. Susut volume (SV) dan TJS dihitung dengan rumus: 55

SV (%) = VK (cm) VKT (cm) x 100% VK (cm) TJS (%) = SV BJ 3.3.6 Penetapan KA Contoh uji 2 x 2 x 2 (cm) ditimbang berat basahnya (BB), kemudian dikeringkan dalam oven suhu (103±2)ºC hingga beratnya konstan lalu ditimbang (BKT). KA kayu dihitung dengan rumus: Berat basah (gr) - Berat kering tanur (gr) KA (%) = x 100% Berat kering tanur (gr) 3.3.7 Penetapan Laju Keluarnya Air selama Pengeringan Papan contoh 2 x 10 x 30 (cm) diletakkan dalam ruangan beratap dengan ventilasi yang cukup. Setiap hari perubahan suhu dan kelembaban sekitar dicatat dengan hygrometer yang diletakkan di sekitar ruangan, sementara penimbangan papan contoh dilakukan secara periodik yaitu dilakukan setiap hari bila penurunan beratnya masih cukup tinggi (selisih = 5 gr), dan tiap dua hari sekali apabila penurunan beratnya sudah cukup rendah (selisih < 5 gr). Penimbangan dihentikan bila contoh uji diketahui telah mencapai KA setimbang dengan lingkungan sekitar yang ditandai dengan berat contoh uji yang tidak lagi menunjukkan penurunan yang berarti (selisih 1 hingga 0 gr). KA selama pengeringan udara dicari dengan rumus: Berat pada hari ke n (gr) - Berat kering tanur (gr) KA (%) = x 100% Berat kering tanur (gr) dimana: n = 0, 1, 2, 3, dst. BKT dicari dengan cara memasukkan contoh uji (setelah selesai dikeringkan) dalam oven (103±2)ºC hingga beratnya konstan. 56

Laju keluarnya air dihitung dengan rumus: a) Di atas TJS = KA awal - KA TJS Lama pengeringa n (% per hari) b) Di bawah TJS = KA TJS - KAK Lama pengeringa n (% per hari) 3.4 Analisis data Data dimensi sel (pembuluh dan serat) yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan bantuan program MINITAB 14. Nilai yang diperoleh dinyatakan dalam bentuk selang penduga kepercayaan nilai tengah, yaitu x ± t (0,025,db=n-1) x SE, dimana x adalah nilai rata-rata, t adalah nilai sebaran t-student pada taraf nyata a =5%, dan SE adalah standar eror rata-rata (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). 57