2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perubahan Mindset. Kompetensi Keterampilan Guru. Kualitas. Perubahan Sikap. Rancangan aktivitas. Proses. Kualitas. Implementasi Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

M, 2016 PENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Hal senada pun diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm. 48) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang mampu bersaing di era globalisasi. Negara dengan kualitas

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN., karena dengan bekal pendidikan khususnya pendidikan formal diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

Pembelajaran Matematika SD

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pasal 1 Ayat (2) Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN PEMBELAJARAN OSBORN BERBANTUAN WINGEOM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KREATIF DAN BERPIKIR KRITIS MATERI KUBUS DAN BALOK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahmad Wahyudi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang melibatkan kemampuan kognitif, afektif, maupun. UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hal yang tidak pernah berubah dalam kehidupan yaitu perubahan itu sendiri. Semua hal akan melakukan perubahan. Perubahan yang dilakukan, tentunya ke arah yang lebih baik. Salah satu yang berubah adalah perubahan standar kualitas manusia, yang diciptakan dari tuntutan-tuntutan yang timbul akibat dari perkembangan jaman. Kemampuan bersaing sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mempersiapkan dan memiliki sumberdaya manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas, yakni SDM yang mampu menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kecerdasan dan kreativitas (dalam Saparahayuningsih, 2010, hlm.1) Kualitas seorang manusia dapat dilihat dari banyaknya keahlian yang dimiliki untuk menjawab tantangan jaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas manusia adalah melalui pendidikan. Sejalan dengan tujuan pendidikan yang tidak terlepas dari pengembangan potensi dan keterampilan yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan tantangan jaman. Menurut hasil TIMSS dan PISA (dalam Pengembangan Kurikulum 2013) menyebutkan bahwa: Tantangan masa depan antara lain: globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan NO.DAFTAR spiritual keagamaan, 2128/UN pengendalian 40.2.7/PL/2014 diri, 1

2 kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (dalam UU SPN No.20 Tahun 2003). Belajar dan proses pembelajaran menjadi salah satu kunci keberhasilan seorang peserta didik dapat mengembangkan potensinya. Belajar menurut Gagne (dalam Ruhimat, 2009, hlm.116) sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap,minat atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja. Perubahan yang terjadi ditentukan dari proses pembelajaran yang dilakukan. Proses pembelajaran dianggap berhasil, jika seorang individu mampu mengatasi rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Kegiatan dalam pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan, dan mengaktualisasi diri. Salah satu aspek yang harus diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, menurut Fajar Arnie (2009, hlm.15) adalah mengembangkan kreativitas peserta didik. Kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Supriyadi, 1994 hlm.7). Kreativitas Salah satu bekal yang harus dimiliki peserta didik untuk menghadapi tantangan masa depan yaitu kreativitas. Menurut Partnership for 21st Century (dalam Mendikbud,2013) dijelaskan mengenai kerangka kompetensi abad 21 yang menyatakan, bahwa proses pembelajaran tidak cukup hanya untuk meningkatkan pengetahuan (melalui core subjects) saja, harus dilengkapi berkemampuan kreatif. Selain itu, Dyers, J.H. et al, Innovators DNA, Harvard Business Review(dalam Mendikbud, 2013) menjelaskan 2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, 1/3 sisanya berasal dari genetik. Kebalikannya berlaku untuk kemampuan intelijensia yaitu: 1/3 dari pendidikan, 2/3 sisanya dari genetik. Kemampuan kreativitas diperoleh melalui: 1. Observing (mengamati)

3 2. Questioning (menanya) 3. Associating (menalar) 4. Experimenting (mencoba) Kreativitas yang menjadi kompetensi abad 21, pada dasarnya merupakan keterampilan yang harus dimiliki seseorang agar ia dapat hidup bernegara. Sejalan dengan pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) yang dikemukakan oleh James A. Banks (dalam Sapriya, 2008 hlm.8), sebagai berikut Social Studies (IPS) adalah bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara di lingkungan masyarakat. IPS membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya untuk menjadi warga negara yang baik. Berbeda dengan mata pelajaran lainnya yang hanya melatih keterampilan peserta didik untuk dapat hidup berpartisipasi dalam masyarakat, IPS bertujuan mengembangkan kompetensi dan keterampilan hidup bernegara. Menurut Somantri (dalam Gunawan, 201, hlm.11) menyatakan bahwa tujuan pendidikan IPS, diantaranya untuk membantu tumbuhnya berpikir ilmuwan sosial dan memahami konsep-konsepnya, serta membantu tumbuhnya warga negara yang baik. Telah dijelaskan sebelumnya, warga negara yang baik adalah mereka yang memiliki keterampilan untuk menjawab tantangan di masa depan. Tema yang dikaji dalam IPS adalah fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat baik masa lalu, masa sekarang, dan kecenderungannya di masa-masa mendatang. Kreativitas dalam pembelajaran IPS diperlukan karena keduanya memiliki orientasi untuk menjawab tantangan masa depan sebagai warga negara yang baik. Untuk itu dalam proses pembelajarannya, IPS tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja. Diharapkan dalam NO.DAFTAR proses pembelajarannya 2128/UN 40.2.7/PL/2014 IPS dapat

4 mengembangkan kreativitas siswa agar dapat digunakan kelak di masa mendatang. Banyak anggapan IPS masih kurang dapat mengembangkan keterampilan peserta didik. Kecenderungan seperti itu dikemukakan pula oleh Munandar (2009, hlm. 191) yang menyatakan bahwa : pendidikan di Indonesia pada umumnya hanya menekankan pola berfikir konvergen yang berkaitan dengan penalaran verbal dan pemikiran logis, tanpa mengembangkan kreativitas yang mengacu pada pemikiran divergen. Sehingga pengembangan kreativitas para siswa menjadi terhambat. Selain itu menurut Hasil suatu survei nasional pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa sistem pendidikan formal di Indonesia pada umumnya masih kurang memberi peluang bagi pengembangan kreativitas. Di sekolah yang terutama dilatih adalah ranah kognitif yang meliputi pengetahuan, ingatan dan kemampuan berpikir logis atau penalaran. Sementara perkembangan ranah afektif (sikap dan perasaan) dan ranah psikomotorik (keterampilan) serta ranah lainnya kurang diperhatikan dan dikembangkan (Juliante, T, 2009, hlm.1) Serupa dengan keadaan langsung di lapangan, ketika peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPS di kelas 8-9 SMP Negeri 30 Bandung. Dalam proses pembelajarannya, peneliti lihat masih banyak peserta didik yang kurang tidak melihat kemampuan kreativitas dari masing-masing peserta didik. Hal itu ditunjukkan oleh beberapa aspek, seperti: 1. Ketika diberi tugas untuk mengamati suatu objek, siswa kurang menunjukkan minat dan kemauan untuk melakukan pengamatan. Peserta didik pun kurang dapat melihat fakta dari kejadian yang ada di sekitarnya. 2. Adanya ketakutan siswa untuk memberikan pertanyaan. Ketika diberi kesempatan bertanya oleh guru, siswa hanya diam saja. Kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap hal yang belum mereka pahami, sangat ditunjukkan dalam kegiatan ini.

5 3. Siswa mengalami kesulitan untuk menentukan suatu gagasan baru dari konsep-konsep yang sedang dipelajari 4. Kurangnya kemauan siswa untuk mencoba hal baru, mengeksplorasi lebih mendalam mengenai fenomena yang terjadi. Siswa kurang memiliki kemauan dalam mengumpulkan informasi dan mengolah informasi. Siswa hanya menerima informasi yang dikatakan oleh guru. Keadaan-keadaan di atas menunjukkan, kurangnya sikap kreatif yang dimiliki siswa.proses pembelajaran yang terjadi seperti itu, tentunya jauh dari tujuan pembelajaran IPS. Kenyataanya peserta didik hanya mendapatkan aspek kognitif saja, pengembangan keterampilan masih kurang diperhatikan dalam pembelajarannya. Kurangnya fasilitas juga menjadi penghambat pengembangan kemampuan kreativitas siswa. Di SMP Negeri 30 Bandung, sumber belajar hanya terpaut pada buku dan guru. Peralatan pendukung proses pembelajaran seperti infocus sebagai media untuk menyampaikan informasi yang lebih konkret hanya ada satu. Sedangkan, jika pembelajaran yang terpaut pada buku dan guru menyebabkan cenderung malas belajar. Ditambah lagi, isi dari pelajaran IPS yang sebagian besar materinya berupa hafalan. Kondisi seperti itu banyak ditemukan di lapangan, ketika guru menjelaskan siswa hanya duduk di kelas, namun pikiran mereka sudah di luar kelas. Dalam proses tersebut tidak dapat dikatakan belajar. Belajar terjadi pikiran dan perasaan seorang peserta didik aktif. Kurang efektifnya proses pembelajaran tentulah menghambat pengembangan kreativitas peserta didik. Kreativitas sebagai salah satu bekal yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik akan sulit diperoleh. Ketika hal itu terjadi, peserta didik telah gagal menjadi warga negara yang baik dan mampu menjawab tantangan masa depan. Kualitas sumber daya manusia pun akan sulit mengalami peningkatan, sehingga untuk bersaing pun akan mengalami kesulitan. Baiknya, ketika guru menjelaskan, pikiran peserta didik secara aktif merespon lalu mencari fakta untuk membuktikan NO.DAFTAR kebenaran 2128/UN 40.2.7/PL/2014 dari penjelasan gurunya. Respon aktif siswa yang seperti itu dapat menjadi awal proses

6 pengembangan kreativitas, karena kemampuan kreativitas di awali dengan kemampuan mengamati. Diperlukan proses pembelajaran yang dapat mendukung kreativitas peserta didik, yaitu melalui pembelajaran berbasis portofolio. Dalam model pembelajaran ini, peserta didik tidak ditekankan pada hasil saja, melainkan pada proses belajar siswa. Pembelajaran portofolio, melatih peserta didik untuk lebih berpikir cerdas, kreatif, parsipatif, prospektif dan bertanggung jawab (dalam Fajar, 2002, hlm.44). Berpikir kreatif menurut Porter dan Hernacki (Hamzah,2012, hlm.34) berarti berusaha untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan melibatkan segala tampakan dan fakta pengolahan data di otak. Pembelajaran portofolio pun dalam prosesnya memiliki langkah-langkah seperti berikut: a. Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat. b. Memilih suatu masalah untuk dikaji di kelas. c. Mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang dikaji. d. Membuat portofolio kelas. e. Menyajikan portofolio/dengar pendapat. Langkah-langkah dalam pembelajaran portofolio di atas, diharapkan dapat mengembangkan kemampuan kreativitas peserta didik. Dalam pembelajaran IPS, portofolio dapat digunakan untuk meningkatkan pengertian, pemahaman dan daya nalar siswa agar semakin kreatif dan kritis. Penelitian terdahulu mengenai penggunaan portofolio dalam pembelajaran yang telah dilakukan oleh Farida Sri Indratini (2011) yang berjudul Penerapanan Pembelajaran Berbasis Portofolio untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa Mengenai Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi dan Transportasi dalam Pembelajaran IPS, memperoleh hasil sebagai berikut: a. Dengan penggunaan pembelajaran berbasis portofolio, anak lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran. b. Kemampuan anak dalam menyikapi NO.DAFTAR sebuah permasalahan 2128/UN 40.2.7/PL/2014 menjadi lebih peka dan mereka berpikir lebih inovatif.

7 Berdasarkan data serta kondisi nyata proses pembelajaran yang peneliti lihat di lapangan, diperlukan perbaikan dalam pembelajaran. Perbaikan terutama dilakukan pada, proses pembelajaran yang melatih kreativitas peserta didik dalam pembelajaran IPS melalui model portofolio. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan PTK dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Portofolio untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPS (PTK di Kelas 8-9 SMP Negeri 30 Bandung) B. Identifikasi Masalah Penelitian Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan secara optimal. Dalam praktiknya, kondisi pendidikan saat ini cenderung berorientasi pada pengembangan pengetahuan dan kurang memperhatikan pengembangan kreativitas siswa. Menurut Nurani (2010, hlm. 2) sekarang ini banyak orang bergelar akademik, bahkan berderet gelarnya tetapi tidak dapat menunjukkan kemampuan seperti yang diharapkan atau sesuai dengan gelar yang disandangnya. Kondisi tersebut disebabkan peserta didik yang hanya dijejalkan dengan begitu banyak materi tanpa diimbangi kemampuan untuk dapat menggunakan informasi tersebut. Begitu pula yang peneliti lihat ketika melakukan observasi di kelas 8-9 SMP Negeri 30 Bandung. Proses pembelajaran di kelas ini, masih terlihat teacher centered, guru sebagai sumber informasi satu-satunya di kelas disamping buku paket siswa. Hal tersebut menyebabkan beberapa permasalahan dalam hal kreativitas siswa, yaitu: 1. Kurang mampu mencari fakta/mengamati Dalam materi Pengendalian Sosial, guru memberikan pertanyaan secara lisan mengenai: apakah lembaga pengendalian sosial yang ada di lingkungan sekitar rumahmu sudah dapat menjaga keteraturan sosial? Berikan contohnya?. Siswa yang memberi respon hanya dua orang dari 34 orang siswa. Kondisi

8 tersebut menunjukkan, masih banyak siswa yang kurang mampu melakukan pengamatan walaupun dalam ruang lingkup terdekat siswa yaitu lingkungan sekitar siswa itu sendiri. 2. Kurang memiliki rasa ingin tahu Sering kali ditemukan kondisi, siswa hanya diam jika diberi kesempatan bertanya. Begitu pula kondisi siswa di kelas 8-9, ketika diberi kesempatan bertanya mengenai materi Pengendalian Sosial siswa hanya diam saja. 3. Kesulitan untuk melakukan penalaran Dalam kegiatan belajar di kelas siswa terlihat sangat kesulitan untuk menarik sebuah kesimpulan dari beberapa konsep yang diberikan. Ketika guru telah mencoba merangsang siswa, dengan memberikan contoh-contoh nyata yang ada disekitar siswa, tetap saja siswa terpaku hanya pada kesimpulan yang ada pada buku paket. 4. Kurang memiliki kemampuan untuk mencoba dan mencari hal baru Siswa ketika diberi tugas untuk mencari informasi mengenai 1) Jenis-jenis pengendalian sosial 2) Dari informasi tersebut berikan alasan, mengapa orang/badan hukum tersebut termasuk dalam jenis-jenis pengendalian sosial. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber selain buku. Dalam pengerajaannya, hanya lima orang siswa yang benar-benar mengerjakan tugas tersebut, selebihnya siswa hanya menyalin pekerjaan temannya. Pendidikan dalam proses pembelajarannya, harus dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang dapat membantu untuk menghadapai persoalan-persoalan di masa mendatang secara kreatif. Begitu pula dalam pembelajaran IPS yang tujuan utamanya menciptakan warga negara yang baik, yang mampu mengembangkan potensinya untuk menghadapi tantangan di masa depan. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Munandar (2009, hlm.7) bahwa kemajuan teknologi yang meningkat di satu pihak dana ledakan penduduk

9 disertai berkurangnya persediaan sumber-sumber alami di lain pihak, menuntut adaptasi secara kreatif dan kemampuan untuk mencari pemecahan yang imajinatif. Pengembangan kreativitas mampu membuat peserta didik tidak hanya mampu menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun membuat peserta didik dapat memecahkan masalah di masa mendatang yang memerlukan cara-cara baru. Diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan kreativitas peserta didik. Portofolio sebagai model pembelajaran, diharapkan mampu membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya. Menurut Fajar (2002, hlm. 47), model pembelajaran berbasis portofolio memungkinkan siswa untuk: 1) Berlatih memadukan antara konsep yang diperoleh dari penjelasan guru atau dari buku bacaan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 2) Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi diluar kelas baik informasi yang sifatnya benda/bacaan, penglihatan (objek langsung,tv,radio,dll.) maupun orang/pakar/tokoh 3) Membuat alternatif untuk mengatasi topik/objek yang dibahas 4) Membuat suatu keputusan (sesuai kemampuannya) yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajarinya dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang ada di masyarakat 5) Merumuskan langkah yang akan dilakukan untuk mengatasi dan mencegah timbulnya masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas Langkah-langkah dalam pembelajaran portofolio melatih siswa untuk belajar melalui pengalaman secara langsung. Dalam proses pembelajarannya, portofolio membuat siswa tidak hanya sekedar tahu mengenai materi, namun secara aktif melakukan pengamatan, mengumpulkan berbagai informasi yang terkait hingga menemukan solusi baru bagi suatu permasalahan. C. Rumusan Masalah Penelitian

10 Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, mengenai penggunaan model pembelajaran portofolio untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas 8-9 SMP Negeri 30. Maka rumusan masalah diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana merancang proses pembelajaran IPS dengan menggunakan portofolio sebagai model pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa di kelas 8-9 SMP Negeri 30 Bandung? 2. Bagaimana melaksanakan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan portofolio sebagai model pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa di kelas 8-9 SMP Negeri 30 Bandung? 3. Bagaimana refleksi dari proses pembelajaran IPS dengan menggunakan portofolio sebagai model pembelajaran dalam upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa di kelas 8-9 SMP Negeri 30 Bandung? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan inti dalam penelitian ini adalah mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran portofolio untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas 8-9 SMP Negeri 30 Bandung dalam pembelajaran IPS. Pencapaian tujuan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Merancang perencanaan proses pembelajaran IPS yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dengan menggunakan model portofolio. 2. Melaksanakan proses pembelajaran IPS yang telah dirancang. 3. Merefleksikan hasil dari peningkatan kreativitas dalam pembelajaran IPS melalui model Portofolio. E. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini memberikan manfaat dalam dua aspek, yaitu 1. Manfaat Teoritis

11 a. Untuk memperkaya keilmuan serta sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam meningkatkan kreativitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran portofolio. b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar guru mengenai penggunaan model pembelajaran portofolio. 2. Manfaat Praktis Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai perbaikan dalam upaya mengembangkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran IPS. a. Untuk sekolah Membantu perbaikan kualitas pembelajaran IPS di sekolah. b. Untuk guru Memberikan masukan bagi guru IPS dalam menggunakan model pembelajaran portofolio untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS. c. Untuk siswa Meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS d. Untuk Peneliti 1) Memberikan pengalaman langsung bagi peneliti untuk terjun langsung dalam mengatasi permasalahan kreativitas siswa. 2) Memberi bekal dalam menghadapi siswa dalam meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran portofolio. F. Struktur Organisasi Skripsi Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang, latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II Kajian Pustaka. Pada bab ini NO.DAFTAR memaparkan 2128/UN landasan 40.2.7/PL/2014 teoritis dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian.

12 Bab III Metode Penelitian. Bab ini terbagi kedalam beberapa sub bab yakni: lokasi dan subjek penelitian,desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV Hasil Penelitian. Di dalam bab ini memaparkan hasil pengolahan atau analisis data serta pembahasan atau analisis temuan. Bab V Simpulan dan Saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan peneliti.