BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang berbentuk naskah. Aktor adalah media penyampaian pesan dari naskah kepada penonton. Aktor mampu melatih dan mengeksplorasi tubuhnya melalui media tubuh, sukma, dan suara (vokal). Latihan atau proses merupakan langkah penting yang harus ditempuh oleh seorang aktor, karena melalui proses ia dapat lebih mengeksplorasi dirinya. Cara ini dilakukan untuk memperkaya peran yang akan ia bawakan.kehadiran seorang aktor sangat penting di dalam sebuah seni pertunjukan teater, karena aktor adalah ujung tombak pertunjukan teater. Tanpa kehadirannya pertunjukan teater tidak dapat berjalan, salah satu kelebihan seorang aktor ialah ia dapat mempertunjukan dirinya tanpa kehadiran sutradara dan naskah. Bukan berarti sebuah naskah tidak penting bagi pertunjukan teater, justru untuk mencapai kesempurnaan 1
dalam berteater dan berakting kehadiran sebuah naskah drama diperlukan. Naskah drama menjadi jembatan yang berbentuk pikiran pikiran si penulis naskah yang kemudian dihidupkan oleh aktor. Caranya melalui media vokal yang berisi dialog yang diucapkan oleh seorang aktor serta media tubuh yang menggambarkan peran atau tokoh yang dibawakan. Berperan atau membawakan peran drama atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas, berbuat seolah olah, berpura pura, menjadi seseorang, atau menjadi seorang. Tugas aktor selain menghidupkan cerita, juga harus menghidupkan dan mewujudkan tokoh yang akan dibawakan. Aktor atau seniman pemeranan adalah seniman yang mewujudkan peran lakon (sosok sosok pelaku di dalam sebuah cerita atau lakon) ke dalam realita seni pertunjukan. Sebagai seniman ia tidak bisa lepas dari unsur unsur kemanusiaan yang umum, juga dari fungsinya sebagai manusia utuh dalam lingkungan serta tata nilai tempat ia hidup dan berkarya. Daya tarik atau kharisma pribadinya akan tampil dan menjadi sangat penting berkat penampilan dan caranya menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapinya. Keberadaan seorang aktor di tengah 2
kegiatannya sebagai seniman penampil, tergantung kepada tiga unsur pokok yang ada pada dirinya. Ketiga unsur tersebut adalah aktor dan dirinya (tubuh, sukma, suara), aktor dan lakon mengacu kepada posisi si aktor dalam menghadapi garapannya. Kesadaran akan ruang dan kesadaran akan media, serta aktor dan produksi.(menjadi aktor, Suyatna Anirun, 1998:43) Berdasarkan pemahaman singkat mengenai pentingnya kesatuan aktor di atas, maka pilihan naskah yang tepat adalah hal yang terpenting untuk dilakukan. Ketertarikan penulis pada naskah Anna dan Martha Sektor Ketiga karya Dea Loher adalah tokoh yang akan dibawakan cukup kuat bagi penulis untuk mewujudkan nya dalam bentuk peran, karakter tokoh lawan main pun sama sama kuat dan ikut berpengaruh ke dalam cerita ini. Cerita ini menarik karena dibangun oleh pertentangan antara manusia dengan lingkungan masyarakatnya. Perbedaan status sosial dan kekuasaan yang menjadi penyebab tindakan sewenang wenang. Tindakan itulah yang menyebabkan kebahagiaan dan keadilan para pekerja dari kalangan bawah direnggut oleh sang majikan yang memiliki strata sosial yang lebih diantara mereka. Perlakuan tersebut membuat mereka memiliki tekanan batin, karena merasa kebahagiaan dan keadilan sudah direnggut oleh majikannya. Naluri kekerasan muncul dalam benak 3
mereka dengan melakukan pemberontakan terhadap sistem kerja keluarga tersebut. Kekerasan nampak ketika mereka memasukan majikannya kedalam peti barang dalam kondisi masih bernyawa, setelah mereka memasukannya kedalam peti barang kemudian menceritakan tentang kesakitan mereka selama mereka bekerja dengan majikannya. Dari persoalan persoalan diatas pengarang dalam naskah Anna dan Martha Sektor Ketiga ini pembahasannya tidak hanya membahas tentang stratifikasi sosial. Pengarang juga membahas tentang peranan penting pekerja pekerja seperti pembantu rumah tangga bahwa kehadirannya mereka itu ibarat udara, ia tidak kelihatan tapi bisa dirasakan dan sangat penting. Dea loher dalam naskahnya selalu menawarkan hak bagi perjuangan individu untuk bisa mendapatkan solusi yang terbaik bagi kehidupan, ketika mendapatkan masalah yang menyelimuti persoalan hidupnya. Dalam kesehariannya Dea Loher adalah salah satu orang yang bergerak dalam gerakan Anarko Sindikalisme (Memperjuangkan pergerakan buruh). Ia memandang serikat buruh berpotensi sebagai kekuatan revolusioner untuk perubahan sosial, dan mengganti sistem kapitalisme dan negara dengan sebuah masyarakat baru yang dikelola secara demokratis oleh kamu pekerja. Begitu pun dalam naskahnya ia bercerita tentang perjuangan dan pertentangan para 4
buruh untuk mendapatkan hak serta harapan harapannya sebagai pekerja. Tujuan penulis mengambil naskah ini sebagai sarana untuk menempuh ujian tugas akhir. Permasalahan yang hadir di dalam pikiran pengarang akan direalisasikan serta diejawantahkan ke dalam sebuah proses kreatif pertunjukan teater. 5
B. Rumusan Ide Anna dan Martha Sektor Ketiga adalah naskah yang dipilih, naskah ini beraliran realis sosial yaitu dimana naskah ini bercerita tentang pengalaman kekerasan fisik dan batin yang dialami pembantu rumah tangga. Di dalam naskah ini terkandung bagaimana kebahagiaan dan keadilan para pekerja dari kalangan bawah (Anna dan Martha Sektor Ketiga) direnggut oleh sang majikan yang memiliki strata sosial yang lebih diantara mereka. Perlakuan secara terus menerus membuat Anna dan Martha memiliki tekanan batin, karena merasa kebahagiaan dan keadilan sudah direnggut oleh majikannya. Naluri kekerasan muncul dalam benak mereka dengan melakukan pemberontakan terhadap sistem kerja keluarga tersebut. Akhirnya mereka melakukan pemberontakan dengan memasukkan majikannya yang masih bernyawa ke dalam peti. Melihat permasalahan diatas maka tokoh Martha lah yang akan dipilih, untuk mewujudkannya dalam bentuk peran tugas yang harus ditempuh adalah melukiskan gambaran tokoh. Bagaimana aktor harus meyakinkan dari segi sikap/gesture untuk memperjelas peran yang akan dibawakan. Suyatna Anirun (Menjadi aktor,1998, 44 45) mengatakan bahwa, struktur fisik seorang aktor yang ditampilkan di pentas atau 6
dimana pun sangat berpengaruh kepada penampilan kesan kondisi fisik, tipe watak, sikap atau attitude, gesture dan usia peran yang hendak dilukiskan. Sebaliknya struktur fisik tokoh yang harus dilukiskan, harus pula terungkap melalui penampilan fisik pemerannya. Dalam hal ini para aktor dengan penampilan yang biasa mengejar pelukisan kondisi peranannya dengan berbagai cara yang meyakinkan, yaitu dengan cara tambal sulam maupun sikap/gesture dan tekhnik pemeranan. Untuk mewujudkan peran tersebut tokoh Martha kira kira berusia 40 tahun. Ia adalah seorang juru masak, sesungguhnya dia bertubuh gagah tapi karena pinggulnya sakit karena cacat yang dialami pada pengalamannya di masa lalu. Akhirnya ia bergerak dengan menggunakan kursi roda. Kondisi psikologis Martha akan digambarkan sebagai seorang yang tertekan, ditunjukan dengan tubuhnya yang kurus. Ia akan digambarkan menjadi orang yang keras kepala dan tidak mau kalah, itu semua terbukti oleh dialog dialog nya bersama Anna. Dahulu ketika suami majikannya masih hidup, dia pernah berselingkuh dengan tuannya. Dari situlah dia merasa telah menghianati Nyonya Bierbaum. Namun rasa tersebut, kalah oleh kesakitan karena kekejaman yang dilakukan majikannya. Martha tidak mempunyai suami, ia pernah menikah namun sudah belasan tahun bercerai. Ia pun tidak pernah mempunyai anak, 7
alasan ia bercerai karena Martha menganggap bahwa suaminya hanya mencintai kelaminnya saja. Dari beberapa konsep yang telah dipaparkan, maka teknik pelatihan pemeranan yang ditulis oleh Suyatna Anirun dalam buku Menjadi Aktor menjadi acuan untuk metode akting. Buku ini menjelaskan tentang bagaimana aktor bekerja sama dengan tubuh, vokal, dan sukmanya, serta bagaimana aktor melukiskan kondisi peranannya dengan berbagai cara yang meyakinkan, yaitu dengan cara tambal sulam maupun sikap/gesture dan tekhnik pemeranan. Dalam segi konsep pertunjukan kami membawakan ke dalam masa masa perang dunia 1 yang jatuh sekitar tahun 1931, pada zaman kekuasaan Hitler. Dimana dalam pertunjukan Anna dan Martha Sektor ketiga ini dibuat sebuah ruang pendingin yang disulap menjadi kampung konsentrasi. Kampung konsentrasi dan ruang gas inilah yang dipergunakan untuk pembantaian massal etnis Yahudi, penghancuran agama dan menyengsarakan sebagian besar rakyat Eropa pada umumnya adalah beberapa yang bisa dicontohkan atas aksi mengerikan partai Nazi tersebut. Mereka hidup dalam sebuah sudut pandang bahwa hanya Ras Aria (Aryan) adalah yang sempurna. Keturunan asli berambut pirang, bermata biru atau minimal mempunyai garis keturunan pure blood. 8
Tidak ada campuran darah dari etnis yang lainnya. Dan itulah yang menyebabkan rasisme mereka yang begitu besar terhadap etnis lain. Kampung konsentrasi atau ruang gas beracun inilah yang akan dipakai sebagai penanda kejadian pada masa itu. Tidak hanya kampung konsentrasi saja yang dipakai sebagai bukti penanda yang akan dituangkan ke dalam konsep pertunjukan. Bendabenda seperti Mannequine beserta potongan potongan tubuh yang dilumuri darah akan ditampilkan sebagai bentuk presentasi kepada gambaran Nyonya Bierbaum yang senang mengoperasi tubuhnya. Dengan kata lain bahwa sesungguhnya Nyonya Bierbaum adalah tidak jauh dari manusia pelastik. Tafsiran lain dari sebuah Mannequine adalah, bukti kekejaman Adolf Hitler kepada rakyatnya yang dengan keji membunuh para bangsanya sendiri. Begitu pun dengan kekejaman Nyonya Bierbaum yang dengan keji nya menyiksa para pekerjanya dengan siksaan fisik maupun batin. C. Sumber/Referensi Beberapa buku pegangan yang menjadi dasar penulisan dan penggarapan pertunjukan ini adalah: 9
1. Buku Menjadi Aktor (Pengantar Kepada Seni Peran Untuk Pentas dan Sinema) karya Suyatna Anirun, tahun 1998, hal 35 217. Buku ini merupakan salah satu buku pelajaran dasar teater dalam bermain peran. Bagaimana aktor mengolah vokal, tubuh, serta sukma nya untuk melukiskan peran yang akan dibawakan. 2. Buku Panggung Teater Dunia (Perkembangan dan Perubahan Konvensi) karya Dra.Yudiaryani, MA. Buku ini mengenalkan tentang berbagai konvensi dramatika panggung teater dari mancanegara, sehingga mampu menjadi pengetahuan para mahasiswa dan seniman. 3. Diktat perkuliahan Pengetahuan Teater, karya Yoyo C Durachman dan Willy F Sembung, B.A, Tahun 1985 1986, halaman 5 35. Diktat perkuliahan ini berisi tentang berbagai macam hal hal dasar yang berkenaan dengan pengetahuan teater. Pengetahuan ini berguna sekali untuk membekali penulis dalam menciptakan karya teater terutama dalam mengenal landasan landasan yang esensial dalam berteater dan pemahaman dalam lakon. Di dalam diktat ini pun terdapat 10
penjelasan seperti bentuk tema, macam plot, gaya lakon, dan dialog. 4. Diktat perkuliahan Pengetahuan Tentang Bentuk Bentuk Lakon, karya Willy F Sembung, B.A, Tahun 1983 1984, halaman 16 19. Diktat perkuliahan ini berisi tentang berbagai macam halhal dasar yang berkenaan dengan pengetahuan tentang bentukbentuk lakon. Diktat ini berguna sekali untuk membekali penulis dalam menciptakan karya teater terutama dalam mengenal pengertian tragedi dan komedi bersama macammacamnya. D. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan penulisan konsep garap ini adalah : Sebagai bahan untuk menginterpretasikan konsep yang akan dibawakan. Merumuskan ide pengarang juga penggarap untuk diwujudkan dalam bentuk peran dan tulisan. Menafsirkan ide pengarang untuk dipresentasikan ke dalam sebuah karya pertunjukan. 2. Manfaat Manfaat penulisan konsep garap ini adalah : 11
Sebagai bahan pertanggungjawaban akademik kepada instansi tempat penulis menempuh pendidikan seni teater. Penulis berharap setidaknya melalui pertunjukan ini, para pelaku pertunjukan dan apresiator mengalami katarsis dalam dirinya sendiri. Sebagai salah satu bahan referensi penggarapan naskah Duka Cerita Musim Panas terutama bagi adik kelas yang menempuh pendidikan di STSI Bandung. 12