BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Rakhman Firdaus, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PKP2A III LAN. Membangun Daerah Melalui Blusukan via SMS. Rustan A. dan Fani Heru Wismono PKP2A III - Lembaga Administrasi Negara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Tinjauan Mata Kuliah...

ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta)

KONSEPSI KAJIAN PKN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARANNYA

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari para siswa baik sebagai individu, anggota masyarakat, dan

PARADIGMA PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN MENYONGSONG PERUBAHAN KURIKULUM PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) Oleh: SAPARUDDIN

1II PROFIL RESPONDEN...

PUSANEV_BPHN PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PERUNDANG-UNDANGAN. Sigit Nugroho.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan

PENGADUAN PELAYANAN SALAH SATU BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. dalam pembahasan serta temuan-temuan dilapangan pada penelitian, maka dapat

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi pada era globalisasi saat ini menjadi pilar-pilar bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erwin Susanto, 2015

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Republik Indonesia memberikan perlindungan, pengakuan,

Sulatri, Trik Kelompok Masyarakat Sipil Tetap Eksis Mewarnai Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PELAYANAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DENPASAR BAB I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan global yang telah lama disuarakan ke seluruh negara di dunia. Seolah

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Elis Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini dan masa depan peran pendidikan semakin penting,

1 Beberapa daerah tersebut dalam Putusan MK No. 18/PUU-XI/2013dikutip dari beberapa media yaitu Jawa

BAB I A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR: 1265 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN LAYANAN ASPIRASI DAN PENGADUAN ONLINE RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap kekuatan kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan.

HIDUP YANG BERKUALITAS DAN BERMAKNA KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN ANAK *) (Suatu Perspektif Kewarganegaraan) Oleh : Y. Haris Nusarastriya**)

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Pendidikan untuk Abad XXI Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pernyataan tersebut mengandung maksud, melalui kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 16 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. materi mengenai kehidupan politik suatu negara. Juga bertujuan untuk membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

Rencana Strategis Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Serang Tahun BAB VII PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurul Febrianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN. kebutuhan penerima layanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan.

PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM PANCASILA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 168 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGADUAN MASYARAKAT SEBAGAI BENTUK PARTISIPASI DAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Program pendidikan nasional diharapkan dapat menjawab tantangan harapan dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

PENGEMBANGAN KONSEP DASAR PKN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi masyarakat merupakan hal terpenting di dalam pengambilan keputusan publik, karena partisipasi masyarakat dijadikan sebagai alat kontrol kebijakan-kebijakan pemerintahan. Nurmalina dan Saifullah (2008: 34) berpendapat bahwa Partisipasi merupakan salah satu ciri warga negara yang baik, dan tidak ada alasan bagi seorang warga negara untuk tidak berpartisipasi karena partisipasi merupakan suatu keharusan bagi warga negara sebagai pemilik kedaulatan. Selaras dengan pendapat Wagle menyatakan bahwa, Demokrasi hanya akan memiliki arti ketika masyarakat atau warga negara sebagai stakeholders utama selalu dilibatkan dalam proses pembuatan semua jenis kebijakan publik yang dihasilkan oleh Pemerintah (Agus Dwiyanto, 2006: 186). Masyarakat sudah seharusnya ikut kritis terhadap kebijakan-kebijakan publik yang telah dibuat oleh Pemerintah selama ini. Menurut pendapat Habermas menyatakan bahwa Masyarakat yang komunikatif bukanlah masyarakat yang melakukan kritik melalui revolusi atau kekerasan, melainkan lewat argumentasi (F. Budi Hardiman, 2009: 18). Berdasarkan pendapat Totok Mardikanto (2010: 110), cara untuk membangkitkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat sebagai berikut : 1) Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi. 2) Menginformasikan tentang adanya kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi. 3) Menunjukkan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. 4) Menggerakkan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi Masyarakat dapat ikut terlibat di dalam memberikan aspirasinya kepada Pemerintah melalui peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan, misalnya saja dengan menyampaikan keluhannya atau pengaduannya terhadap pelayanan-pelayanan publik yang diberikan oleh Pemerintah. Pengaduan kepada 1

2 Pemerintah mengenai pelayanan publik yang telah disediakan bagi masyarakat merupakan cara berpartisipasi masyarakat dalam menyampaikan keluhan yang dirasakan. Menurut pernyataan Margaret Stimman Bronson dalam Role of Civic Education, A Farthcoming Education Policy Task Force Position Paper from the Communitarian Network sebagai berikut : Identify three essential components: civic knowledge, civic skills, and civic dispositions. Civic knowledge is concerned with the content or what citizens ought to know; the subject matter, if you will. The second essential component of civic education in a democratic society is civic skills. The third essential component of civic education, civic dispositions, refers to the traits of private and public character essential to the maintenance and improvement of constitutional democracy (Margaret Stimmann Branson, 1998, http:www.civiced.org). Artinya bahwa ada tiga komponen penting dalam pendidikan kewarganegaraan yaitu pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan, dan watak/karakter kewarganegaraan. Komponen penting pertama pengetahuan kewarganegaraan yang berkaitan dengan isi atau apa-apa yang harus diketahui warga negara. Komponen penting kedua dalam masyarakat demokratis adalah keterampilan kewarganegaraan, yang meliputi ketrampilan intelektual dan keterampilan partisipasi. Komponen penting ketiga adalah watak/ karakter kewarganegaraan mengacu pada ciri-ciri karakter privat dan publik yang penting untuk pemeliharaan dan perbaikan demokrasi konstitusional. Oleh karena itu masyarakat diharapkan ikut menentukan keputusankeputusan yang menyangkut kepentingan bersama, partisipasi masyarakat merupakan bentuk pembelajaran keterampilan kewarganegaraan (civic skill) bagi masyarakat, warga negara yang memiliki keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang partisipatik. Partisipasi masyarakat merupakan ciriciri yang harus dimiliki oleh warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga dapat berpartisipasi aktif untuk mewujudkan masyarakat madani (civil society). Berkaitan dengan upaya meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat, maka perlu mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan

3 masyarakat, baik dari fasilitas yang memadai, pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas serta terjaminnya tenaga ahli di bidang kesehatan yang melayani masyarakat. Hal ini dilakukan agar pelayanan pada masyarakat dapat dilaksanakan secara merata bagi masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan pelayanan kesehatan yang baik, perlu pengelolaan pelayanan secara optimal. Oleh karena itu diperlukan partisipasi aktif masyarakat di dalam mengevaluasi pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakat yang dapat dilakukan melalui pengaduan masyarakat di bidang kesehatan kepada Pemerintah Menurut Janet V. Denhardt and Robert B. Denhardt Masyarakat adalah alfa dan omega dalam pelayanan publik (Lutfi J Kurniawan dan Mokhammad Najih, 2008: 62). Publik menjadi sentral utama dalam sebuah pelayanan publik dan publik pula yang menjadi penyelenggaraan pelayanan publik. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) mengamanatkan bahwa Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 4 yang berbunyi Setiap orang berhak atas kesehatan. Oleh karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Negara wajib bertanggungjawab terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh masyarakat, terutama masyarakat miskin dan tidak mampu yang rentan akan penyakit dikarenakan keadaan lingkungan yang tidak sehat dan kurangnya kesadaran akan lingkungan sehat serta pengetahuan yang minim akan pentingnya lingkungan sehat bagi masyarakat. Menanggapi pelayanan publik untuk membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh masyarakat tentang peningkatan pelayanan publik selain itu sebagai upaya untuk

4 meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum Pemerintahan di dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan pengaturan hukum yang mendukung. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, seperti yang tercantum dalam Pasal 39 ayat (1) yang berbunyi, Peran serta masyarakat diwujudkan dalam bentuk kerja sama, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta peran aktif dalam penyusunan kebijakan pelayanan publik. Oleh karena itu, penyelenggaraan pelayanan publik wajib menyediakan sarana pengaduan publik bagi masyarakat sebagai bentuk partisipasi masyarakat. Berdasarkan pendapat Janet V. Denhardt dan Robert B. Denhardt menyatakan, Demi mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas dikembangkan ruang-ruang publik yang demokratis di mana diskursus publik dapat dilakukan sebagai bentuk menghargai kesamaan kedudukan sebagai warga negara (Lutfi J Kurniawan dan Mokhammad Najih, 2008: 63). Melalui ruang-ruang publik tersebut berbagai keberagaman nilai dipertemukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai bentuk demokrasi. Ditegaskan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Pasal 36 ayat (1) yang menyebutkan bahwa Penyelenggara berkewajiban menyediakan sarana pengaduan dan menugaskan pelaksana yang kompeten dalam pengelolaan pengaduan. Selama ini telah disediakan sarana-sarana pengaduan publik oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta bagi masyarakat yang ingin menyampaikan keluhan-keluhan terhadap kinerja Pemerintah di dalam melayani masyarakat. Layanan pengaduan pelayanan publik yang disediakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) baik dalam bentuk kotak saran, telepon interaktif, layanan SMS pengaduan dan kotak pengaduan pada website resmi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penyedia layanan publik. Kotak pengaduan dan inovasi penyediaan ruang partisipasi bagi warganya lewat pemanfaatan teknologi informasi telah disediakan oleh Pemerintah Kota Surakarta. Saat ini terdapat layanan hotline sms untuk Walikota di 0817441111 dan Wakil Walikota di

5 0817442222 serta terdapat layanan call center pengaduan terhadap Pemerintah Kota Surakarta di 0271-666229, di Dinas Kesehatan Kota Surakarta sendiri disediakan kotak pengaduan bagi layanan PKMS (Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta) keberadaannya ditujukan untuk mewadahi kritik saran bagi kepentingan bersama penyelenggara kebijakan dan penerima kebijakan. Penempatan kotak pengaduan juga disebar di rumah sakit daerah dan puskesmas Kota Surakarta. Kenyataan yang terjadi di lapangan, hasil pengamatan dari Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/PATTIRO Surakarta melihat bahwa kotak saran atau pengaduan yang telah disediakan di sejumlah instansi penyedia pelayanan publik Pemerintah Kota Surakarta termasuk kotak saran yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta nampak kosong. Kotak pengaduan bagi layanan PKMS tersebut terlihat kosong dan kurang dimanfaatkan baik oleh masyarakat Kota Surakarta. Sarana yang disediakan Pemerintah lainnya seperti melalui sosial media di dalam menampung pengaduanpengaduan masyarakat tersebut kurang begitu akrab dengan masyarakat khususnya di bidang pelayanan kesehatan bagi masyarakat marginal. Padahal sudah disediakan ruang-ruang partisipasi publik dalam pengawasan pelayanan publik, baik pengaduan melalui kotak saran maupun melalui pos pengaduan online. Berdasarkan kenyataan yang terjadi dapat disimpulkan bahwa pos pengaduan online, kotak saran, dari penyedia dan penyelenggara pelayanan publik dirasa masih belum dapat dimanfaatkan baik oleh seluruh lapisan masyarakat dalam memberikan peluang bagi kebebasan masyarakat untuk ikut berpendapat, sehingga diperlukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai tata cara melakukan pengaduan terhadap pelayanan bidang kesehatan. Penyedia dan penyelenggara pelayanan publik diharapkan mendekatkan ruang-ruang partisipasi tersebut melalui sosialisasi kepada masyarakat luas. Kotak pengaduan pelayanan publik dapat diibaratkan sebagai tempat curhat masyarakat, maka dari itu perlu wadah pengaduan yang dekat dan siaga bagi masyarakatnya. Oleh karena itu diperlukan

6 refungsionalisasi ruang-ruang partisipasi masyarakat yang bertujuan agar dapat mempermudah masyarakat dalam melakukan pengaduan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah. Berdasarkan wawancara awal dengan saudara Wahyu Purwoko salah satu aktifis Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/PATTIRO Surakarta mengatakan bahwa dalam rangka memecah budaya diam yang tumbuh dalam masyarakat bermitra dengan masyarakat Surakarta menyelenggarakan pengaduan keliling (mobile complaint). Hal ini disebabkan karena masyarakat sudah terbiasa dengan budaya diam sehingga masyarakat bersifat pasif dalam memberikan pengaduan perbaikan kualitas pelayanan publik. Masyarakat lebih memilih diam dan tetap menerima pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan yang diberikan oleh petugas daripada menyampaikan keluhan yang dirasakan kepada pihak terkait, padahal dari penyampaian keluhan itulah dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap perbaikan kinerja Pemerintah dalam usaha meningkatkan kesehatan bagi masyarakat. Budaya diam sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat tersebut juga disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat mengenai tata cara melakukan pengaduan kepada Pemerintah (Wawancara, Sabtu Tanggal 25 Mei 2013). Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses sosialisasi mengenai sarana-sarana pengaduan masyarakat serta pentingnya pengaduan masyarakat bagi perbaikan pelayanan publik masih sangat minim. Hal ini dibuktikan dengan ketidaktahuan masyarakat mengenai tata cara melakukan pengaduan sehingga masih banyak masyarakat yang memilih diam terhadap evaluasi perbaikan dari pelayanan publik bagi masyarakat. Menanggapi hal tersebut, Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/PATTIRO Surakarta bekerja sama dengan Jaringan Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (MP3) dengan YAPPIKA dan didukung oleh USAID menyelenggarakan pengaduan keliling (mobile complaint) untuk mendekatkan ruang-ruang pengaduan kepada masyarakat.

7 Hasil pengaduan keliling (mobile complaint) pelayanan publik Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/PATTIRO Surakarta Tahun 2012-2013 kepada masyarakat Kota Surakarta dalam mengukur mencatat keterlibatan masyarakat dalam mengadukan keluhannya terhadap pelayanan publik Kota Surakarta, pengaduan dalam bidang pelayanan kesehatan sebesar 24,14% menduduki peringkat pertama, yang kedua pengaduan di bidang kependudukan 23%, pengaduan di bidang pendidikan 13,47%, pengaduan dibidang kelistrikan 10,55%, pengaduan di bidang perizinan 7,24% dan pengaduan lainnya (PDAM, Persampahan, Transportasi) sebesar 18,55% dikutip dalam Factsheet PATTIRO Surakarta. Hal ini menyatakan bahwa mayoritas pengaduan masyarakat berasal dari sektor kesehatan, sehingga diperlukan perbaikan pelayanan kesehatan di Kota Surakarta. Berangkat dari penjabaran masalah di atas maka dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk mengkaji permasalahan dengan judul Refungsionalisasi Ruang Partisipasi Masyarakat Melalui Pengaduan Keliling (Mobile Complaint). (Studi Pada Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/PATTIRO Surakarta Pengaduan Bidang Kesehatan). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut ini: 1. Apa latar belakang penyelenggaraan program pengaduan keliling (mobile complaint) oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/PATTIRO Surakarta? 2. Bagaimana tindak lanjut Dinas Kesehatan Kota Surakarta menanggapi pengaduan masyarakat di bidang kesehatan yang ditampung dari hasil pelaksanaan pengaduan keliling (mobile complaint) yang diselenggarakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/PATTIRO commit? to user

8 3. Apakah dengan adanya pengaduan keliling (mobile complaint) yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/PATTIRO Surakarta berdampak pada usaha refungsionalisasi ruang-ruang partisipasi masyarakat yang sebelumnya sudah ada di Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai, antara lain : 1. Mendeskripsikan latar belakang penyelenggaraan program pengaduan keliling (mobile complaint) oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/ PATTIRO Surakarta. 2. Mendeskripsikan tindak lanjut Dinas Kesehatan Kota Surakarta menanggapi pengaduan masyarakat di bidang kesehatan yang ditampung dari hasil pelaksanaan pengaduan keliling (mobile complaint) yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/ PATTIRO Surakarta. 3. Mendiskripsikan dampak dari adanya pengaduan keliling (mobile complaint) yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/PATTIRO Surakarta terhadap upaya refungsionalisasi ruang partisipasi masyarakat yang sudah ada di Kota Surakarta. D. Manfaat Penelitian Di dalam penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu sosial pada umumnya serta Pendidikan Kewarganegaraan pada khususnya mengenai

9 refungsionalisasi ruang partisipasi masyarakat melalui pengaduan keliling (mobile complaint) yang diadakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Telaah dan Informasi Regional/PATTIRO Surakarta. b. Menambah wacana dan referensi (literature) bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengimplementasikan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Hak Asasi Manusia yang terkait dengan keadilan di dalam pelayanan publik bidang kesehatan. c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi siapa saja yang ingin mengkaji lebih dalam lagi. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, kontribusi dan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan bagi pihak Pemerintah Kota Surakarta untuk mengevaluasi kebijakan dalam refungsionalisasi ruang partisipasi masyarakat yang ada di Kota Surakarta. b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja Pusat Telaah dan Informasi Regional/ PATTIRO Surakarta sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang pelayanan publik kepada masyarakat Kota Surakarta dalam mengembangkan program pengaduan keliling (mobile complaint) sebagai upaya memecah budaya diam dalam masyarakat. c. Bagi pembaca dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian lanjutannya yang relevan.