BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

dokumen-dokumen yang mirip
Gedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang BAB I PENDAHULUAN

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB I PENDAHULUAN TA- 100

BAB II PEMAHAMAN PUSAT REHABILITASI NARKOBA DENGAN METODE THERAPEUTIC COMMUNITY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PROVINSI JAWA TENGAH DI UNGARAN

DAFTAR ISI. Gedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

PUSAT REHABILITASI BAGI PENGGUNA NARKOBA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan

Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang ABSTRAK Perancangan Pusat Rehabilitasi Pengguna Narkoba di Kabupaten Malang

PENGEMBANGAN PUSAT REHABILITASI NARKOBA KUNCI YOGYAKARTA DI SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

PANTI REHABILITASI NARKOBA DI SAMARINDA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR TROPIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

Konsep perencanaan dan perancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1.a Peta jalur peredaran narkoba Sumber :

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

Asrama Mahasiswa UNDIP Mohammad Iqbal Hilmi L2B09060

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

Gedung Perkuliahan Jurusan Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Usia Harapan Hidup Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

REDESAIN KANTOR DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH BAB I PENDAHULUAN

LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA DI YOGYAKARTA (Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular)

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode tersebut berisi tentang penjelasan atas fenomena-fenomena yang terjadi dan

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. JUDUL: Pusat Rehabilitasi Gangguan Jiwa melalui Psikoterapi Islam dengan Pendekatan Arsitektur Islami.

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Dengan populasi penduduk

PUSAT REHABILITASI KRISTIANI TERPADU BAGI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN STRES PSIKOSOSIAL DI UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pengobatan manusia, yaitu sebagai obat untuk mengobati suatu

PANTI REHABILITASI NARKOBA DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menjadi tua adalah bagian dari siklus sebuah kehidupan manusia dan hal tersebut tidak dapat dihindari.

Kementerian Sosial RI

tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional. Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab

BAB V PENUTUP. Yogyakarta" yang telah dibahas pada BAB sebelumnya, penulis mencoba maarik. Penanganan Penyalahgunaan Napza di wilayah Yogyakarta

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH DI KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Lanjut Usia (lansia) semakin meningkat di dunia, termasuk juga di Negara Indonesia.

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Khusus Kanker di Jakarta 1

REDESAIN KANTOR DINAS PENDIDIKAN JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

leather, dll. Surakarta Makerspace ini nantinya dirancang dengan memadukan konsep arsitektur modern kontemporer.

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Diponegoro Riestya Aryani Wasikto ( )

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

RUMAH RETRET DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

Tahap terminasi: penghentian pelayanan dan rehabilitasi setelah residen di pandang mampu mandiri secara sosial ekonomi.

Museum Gempa Bumi Yogyakarta BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Nasional, Jakarta, 2003, h Metode Therapeutic Community Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba, Badan

A. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. RUMAH SAKIT UMUM TARUTUNG [Pick the date] 1.8. Latar Belakang. ARSITEKTUR FUNGSIONAL Page 11

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat.

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA

Perumahan Golf Residence 2 Graha Candi Golf Semarang (dengan Penekanan Desain Arsitektur Tropis)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Kebutuhan Belut Beberapa Negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Perkembangan peredaran narkoba di Indonesia sangatlah pesat. Banyak hal yang sudah dilakukan orang dalam memerangi narkoba, khususnya di Indonesia. Namun gejala narkoba dan korbannya semakin bertambah (secara kuantitatif), bahkan sudah mewabah. Meliputi semua tahapan umur perkembangan (anak, remasa, dewasa muda, dewasa) dan merambah ke semua sektor lingkungan kehidupan seperti individu, keluarga, sekolah, dan masyarakat (Moesono, 2001). Saat ini, penyalahgunaan ketergantungan narkoba di Indonesia cukup tinggi jika dilihat dari jumlah kasus dan pengguna yang teridentifikasi. Jumlah kasus yang terungkap di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu 326 kasus. Provinsi ini menduduki peringkat ke-14 dari seluruh propinsi di Indonesia (bnn.go.id, Januari 2008). Jumlah kasus yang terungkap bertolak belakang dengan jumlah penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba. Menurut Direktur Narkoba dari Polda DIY Kombes Pol Edi Purwanto mengatakan, bahwa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menempati peringkat ke-2 dalam penyalahgunaan narkoba dengan pengguna sebanyak 8.980 orang dari jumlah populasi usia 10-64 tahun sebanyak 2.537.100 jiwa. Peringkat tersebut di bawah DKI Jakarta dengan jumlah pengguna narkoba sebanyak 286.494 orang dari jumlah penduduk 6.980.700 jiwa (napzaindonesia.com, 2 Januari 2010). Pengadaan pusat rehabilitasi menjadi hal yang sangat penting, terutama setelah komitmen bersama, mengaktualisaikan visi Badan Narkotika Nasional agar Indonesia bebas narkoba tahun 2015. Menuju Indonesia yang bebas dari narkoba perlu penanganan yang aktual mulai dari tahap pencegahan, penanggulangan, dan penyebaran narkoba melalui tindak hukum. Selain itu penyembuhan terhadap korban narkoba dapat dilakukan di lembaga PENGEMBANGAN 1

2 permasyarakatan atau pusat rehabilitasi. Selain aspek yuridis dan keterpaduan organisasi, saat ini pemberantasan narkoba juga didukung oleh seluruh pemerintah pusat, DPR, dan pemerintahan daerah dalam pemberian anggaran demi mendukung suksesnya visi ini (bnn.go.id,2008). Pada UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 54 menyatakan bahwa pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Fakta di lapangan, Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010 hanya memiliki 2 (dua) rehabilitasi yang memiliki Izin Operasional Bangunan (IOB) untuk bangunan rehabilitasi narkoba yaitu Rehabilitasi Kunci Yogyakarta (RKY) dan PSPP Sehat Mandiri Yogyakarta serta dua rumah sakit, yaitu: Rumah Sakit Puri Nirmala dan Rumah Sakit Ghrasia yang menangani masalah narkoba. Sementara jumlah penyalahguna dan ketergantungan narkoba bertambah banyak. Rehabilitasi Kunci Yogyakarta (RKY) terletak di dusun Nandan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, DIY merupakan rehabilitasi narkoba yang ditangani oleh Bruderan Fratrum Caritatis (FC), dipimpin oleh Br. Apolonaris Setara, FC. Rehabilitas ini menggunakan metode therapeutic community (terapi komunitas) yang digunakan untuk penyembuhan. Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator Rumah Tangga Rehabilitasi Kunci, Bro. Policarpus Manao, (Oktober 2010), metode ini cukup bagus untuk proses penyembuhan dan pengembalian residen (istilah pasien narkoba di RKY) ke tengah masyarakat agar tidak menggunakan narkoba kembali. Bangunan Rehabilitasi Kunci Yogyakarta yang ada saat ini, merupakan pemanfaatan dari bangunan yang sudah ada sejak sebelumnya. Awalnya bangunan tersebut merupakan biara formasio atau tempat tinggal dan pelatihan bagi calon biarawan milik Bruderan FC. Pemindahan biara formasio ke Filipina mengakibatkan bangunan tersebut tidak berfungsi. Sementara itu, ada keprihatinan dari Bruderan FC di Yogyakarta terhadap penyalahgunaan narkoba yang semakin meningkat. Adanya kemauan dan kemampuan medis dan psikologi dari para Bruder akhirnya didirikan Rehabilitasi Kunci Yogyakarta.

3 Gambar 1.1 Rehabilitasi Kunci Yogyakarta dan kegiatan yang terlaksana (Sumber: caritas.blogspot.com, Oktober 2010) Keberadaan Rehabilitasi Kunci memanfaatkan ruang terbangun tanpa perancangan yang selaras dengan kebutuhan pelaku dan kegiatan (function follow form), sementara penggunaan metode therapeutic community menuntut adanya berbagai kegiatan yang membutuhkan banyak ruang dengan fungsi beragam. Menurut Bro, Policarpus,FC, rehabilitasi narkoba mendidik residen untuk dapat melakukan pengolahan pikiran dan hidup bersosialisasi maka memerlukan ruang tertata dan ruang terbuka yang luas. Demi menunjang kegiatan bersama, diperlukan ruang, seperti : ruang meditasi, ruang olahraga, ruang konseling, ruang hening (isolasi), ruang ketrampilan dan tempat penyimpanan barang kreativitas pasien. Hal tersebut belum diwadahi oleh tempat rehabilitasi ini. Selain itu keberadaaan bangunan rehabilitasi ini secara fisik masih bergabung dengan Bruderan FC Karitas, jika dilihat dari sirkulasi masuk yang sama. Padahal orang yang tidak berkepentingan tidak boleh memasuki Rehabilitasi Kunci atau Biara Bruderan. Oleh karana itu, ada keinginan dari pengelola RKY, dalam hal ini Bruderan FC yang ada di Yogyakarta yaitu memiliki rancangan bangunan RKY yang sesuai dengan standar pelayanan rehabilitasi. Program pengembangan fisik dan non fisik, baik dari segi bangunan maupun program pelayanan terhadap residen seperti pelatihan yang mendukung kemandirian dan pengolahan diri sebagai manusia yang bermartabat. Pelatihan dapat berupa ketrampilan tangan kewirausahaan, ketrampilan informasi teknologi, ketrampilan busana (menjahit, merajut, dan sebagainya) serta ketrampilan berkebun dan beternak. PENGEMBANGAN

4 I.2 LATAR BELAKANG PENEKANAN STUDI Menurut Soeparman, rehabilitasi narkoba adalah tempat yang memberikan pelatihan ketrampilan dan pengetahuan untuk menghindarkan diri dari narkoba. Fasilitas sifatnya semi tertutup artinya hanya orang-orang tertentu dengan kepentingan khusus yang dapat memasuki area ini (2000:37). Seperti diuraikan pada sub-bab 1.1, metode penyembuhan yang digunakan oleh Rehabilitasi Kunci Yogyakarta yaitu terapi komunitas (therapeutic community). Metode ini lebih menekankan perubahan perilaku melalui program kegiatan positif yang diterapkan menuju gaya hidup yang sehat tanpa menggunakan obat obat candu dalam proses penyembuhannya. Mengedepankan aspek keterbukaan bersama antar pengguna melalui terapi komunitas yang memadukan proses penyembuhan pasien dari penyembuhan fisik, pemulihan aktivitas dan mental spiritual serta pengawasan sesudah mengalami proses terapi untuk dapat hidup dalam masyarakat. Seperti fungsi Kunci, para residen seakan memegang Kunci nya masing masing, bahwa kemauan dan kerelaan untuk berubah harus berasal dari dirinya. Residen dapat bersifat terbuka mengharap masa depan yang lebih baik atau tetap terpuruk dan tertutup. Kelebihan dari terapi komunitas (therapeutic community) yang ada di Rehabilitasi Kunci Yogyakarta, yaitu menekankan kepada para residen untuk memiliki pribadi yang terbuka dan transparan terutama untuk pengolahan pola pikir. Oleh karena itu diperlukan fasilitas yang mampu menunjang proses pelatihan ketrampilan dan pengetahuan, seperti ketrampilan tangan, pelatihan komputer dan usaha mandiri lainnya. Demi menunjang kegiatan yang dilakukan secara intensif dan berulang setiap minggunya, rehabilitasi yang digunakan juga sebagai tempat tinggal bagi para pelaku, perlu memberi suasana nyaman dan kondusif. Hal ini bertujuan agar residen merasa betah untuk tinggal, karena minimal seorang residen diwajibkan menghuni rehabilitasi selama 6 bulan sesuai metode therapeutic community.

5 Membangun di iklim tropis panas lembab seperti di Indonesia hanya dapat dilakukan dengan baik jika memperhatikan pengaruh iklim tersebut. Bangunan terpengaruh iklim yang nyaman bagi penghuni berdasarkan pada cara pembentukan gedung dan konstruksi struktur. Dalam hal ini yang diutamakan adalah pengaruh iklim dan ilmu termodinamika. Di samping itu, makin lama makin banyak timbul masalah energi yang perlu dilestarikan (Heinz Frick&Mulyani, 2006: 38). Iklim tropis tidak sedikit membawa permasalahan. Sebut saja hujan lebat dan panas matahari. Permasalahan permasalahan tersebut tentu harus dijadikan pertimbangan saat mendesain rumah. Rumah pasti akan terasa nyaman jika dirancang lebih tanggap terhadap kondisi iklimnya (Mantyasih & Novis Putri, 2010: iv). Ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh iklim tropis dapat diantisipasi dengan perencanaan yang baik. Karakter utama dari iklim tropis basah yaitu presipitasi dan kelembaban tinggi dengan temperatur yang hampir selalu tinggi. Angin sedikit, radiasi matahari sedang sampai kuat. Pertukaran panas kecil, karena tingginya kelembaban (Lippsmeier, 1980: 18). Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu perencanaan tapak, pemilihan bahan bangunan yang sesuai dan konstruksi yang layak digunakan di wilayah iklim tropis basah. Perencanaan yang disesuaikan terhadap iklim tropis tersebut digunakan sebagai pertimbangan dalam perancangan Rehabilitasi Kunci Yogyakarta. I.3 RUMUSAN PERMASALAHAN Bagaimana wujud rancangan pengembangan bangunan Panti Rehabilitasi Narkoba Kunci Yogyakarta di Sleman yang menerapkan metode therapeutic community dalam proses penyembuhan yang memberi kenyamanan termal bagi pelaku melalui prinsip-prinsip arsitektur tropis? PENGEMBANGAN

6 I.4 TUJUAN DAN SASARAN Tujuan Merumuskan permasalahan dan menganalisa berkaitan dengan perencanaan dan perancangan pengembangan Pusat Rehabilitasi Narkoba Kunci Yogyakarta di Sleman yang menerapkan metode therapeutic community dalam proses penyembuhan yang memberi kenyamanan termal bagi pelaku melalui prinsip-prinsip arsitektur tropis. Sasaran Tersusunnya landasan konseptual perencanaan dan perancangan Pusat Rehabilitasi Narkoba Kunci Yogyakarta di Sleman sebagai acuan desain Studio Arsitektur. I.5 LINGKUP PEMBAHASAN a. Ruang Lingkup Substansial Merencanakan pengembangan Panti Rehabilitasi Narkoba Kunci Yogyakarta di Sleman dilakukan dengan pendekatan metode therapeutic community. b. Ruang Lingkup Spasial Penyelesaian wujud bangunan akan dilakukan melalui perancangan dengan pertimbangan faktor faktor kenyamanan termal melalui prinsip arsitektur tropis.

7 I.6 METODE STUDI 1. Metode Deskriptif Digunakan metode deskriptif karena dalam pembahasan dijelaskan data primer dan sekunder yang diperoleh untuk kemudian dianalisa baik secara kualitatif maupun kualitatif sehingga dapat ditemukan konsep sebagai dasar perencanaan dan perancangan arsitektur. Metode deskriptif yang digunakan : a. Wawancara Dilakukan dengan pihak terkait dalam hal ini pengurus Rehabilitasi Kunci Yogyakarta dan penghuninya dengan mengumpulkan informasi dengan bertanya untuk melengkapi data primer dari pokok pembahasan. b. Dokumentasi Dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan survey lapangan ditampilkan dalam bentuk foto foto eksisting luar dan dalam sebagai bahan analisis. c. Studi Literatur Dilakukan untuk mendapat data sekunder sebagai acuan untuk memperoleh informasi mengenai teori yang berkaitan dan mengumpulkan data dalam bentuk buku, internet atau sumber-sumber informasi lainnya. 2. Metode Komparatif Digunakan metode komparatif dalam pembahasan dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai Rehabilitasi Kunci Yogyakarta yang sudah ada di lapangan, kemudian dianalisa untuk dilengkapi dengan data primer dan sekunder yang sudah didapat sehingga diperoleh solusi yang sesuai dengan rumusan masalah. PENGEMBANGAN

8 I.7 KERANGKA PIKIR Rehabilitasi dan Pelaku Narkoba Studi Kasus Rehabilitasi Kunci Yogyakarta Rehabilitasi perlu Izin Operasional Bangunan Menggunakan metode TC, fasilitas tidak sesuai dengan metode TC SUDAH ADA, LAYAK BELUM LAYAK JUDUL : Pengembangan Pusat Rehabilitasi Narkoba Kunci Yogyakarta di Sleman Latar Belakang Pengadaan Proyek : Pelaku penyalahgunaan narkoba perlu di rehabilitasi medis/sosial Ada komitmen bersama, mengaktualisasi Indonesia bebas narkoba th 2015 (BNN,2008) Jumlah kasus narkoba terungkap bertolak belakang jumlah penyalahguna narkoba di Yogyakarta Sedikitnya rehabilitasi di Yogyakarta yang memiliki IOB dengan fasilitas memadai Latar Belakang Penekanan Studi : Tinggal di Rehabilitasi minimal 6 bulan sesuai anjuran Metode TC Kegiatan dengan metode TC dilakukan secara intensif & berulang setiap minggunya RUMUSAN MASALAH : Bagaimana wujud rancangan pengembangan bangunan Panti Rehabilitasi Narkoba Kunci Yogyakarta di Sleman yang menerapkan metode therapeutic community dalam proses penyembuhan yang memberi kenyamanan termal bagi pelaku melalui prinsip-prinsip arsitektur tropis LANDASAN TEORI Pemahanan tentang Rehabilitasi & Narkoba Metode & Kegiatan TC Standar Rehabilitasi Negara DATA PRIMER : Penyalahguna narkoba di DIY & RI DATA SEKUNDER: Data mengenai RKY dan kegiatan TC yang berlangsung TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Iklim Tropis & Hubungannya dng Kenyamanan Termal Antisipasi terhadap Iklim Tropis pada Bangunan ANALISIS : Menganalisis Metode TC yang dilakukan di RKY sebagai penentu pengembangan,pelaku,kegiatan, alur kegiatan,dan besaran ruang, serta menganalisis bangunan rehabilitasi yang memberi kenyamanan termal dengan arsitektur tropis digunakan untuk pengolahan site dan tampilan bangunan KONSEP *TC = therapeutic community DESAIN

9 I.8 SISTEMATIKA PENULISAN BAB I. Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang pengadaan proyek mengenai maraknya penyalahgunaan dan ketergantungan narkoba terutama di Yogyakarta dan kebutuhan akan tempat rehabilitasi yang memenuhi standar di Rehabilitasi Kunci Yogyakarta (RKY), latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat, lingkup studi, metode studi dan sistematika pembahasan. BAB II. Tinjauan Umum Rehabilitasi Narkoba Bab ini berisi uraian mengenai penyalahgunaan narkoba yang menyebabkan korban perlu direhabilitasi, tinjauan panti rehabilitasi narkoba serta persyaratan standar rehabilitasi narkoba dari Badan Narkotika Nasional (BNN) dan metode therapeutic community. BAB III. Tinjauan Umum Arsitektur Tropis Bab ini berisi karakter iklim tropis yang mempengaruhi lingkungan dan perilaku manusia, faktor yang mempengaruhi perencanaan beserta penanganannya, bahan bangunan yang digunakan serta konstruksi bangunan di daerah yang beriklim tropis. BAB IV. Tinjauan Pelaku dan Rehabilitasi Narkoba di Daerah Istimewa Yogyakarta Bab ini berisi tentang penyalahgunaan narkoba di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan tinjauan mengenai Rehabilitasi Kunci Yogyakarta di Sleman sebagai sumber kajian untuk perencanaan dan perancangan pengembangan. BAB V. Analisis Perencanaan dan Perancangan Pengembangan Rehabilitasi Kunci Yogyakarta Bab ini berisi tentang analisa perencanaan pengembangan didasarkan evaluasi Rehabilitasi Kunci Yogyakarta sesuai dengan metode therapeutic community serta analisis perancangan untuk memperoleh kenyamanan termal dengan mempertimbangkan karakter iklim tropis basah, dengan PENGEMBANGAN

10 menentukan orientasi terhadap matahari dan arah angin, pemanfaatan elemen arsitektur, material bangunan, serta pemanfaatan elemen-elemen lansekap. BAB VI. Konsep Perencanaan dan Perancangan Pengembangan Rehabilitasi Kunci Narkoba Bab ini berisi tentang rangkuman hasil analisa ke dalam bentuk konsep dasar perencanaan dan perancangan yang akan diaplikasikan ke dalam rancangan pengembangan Rehabilitasi Kunci Yogakarta.