- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR : 31 TAHUN 2009 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN.

RENCANA STRATEGIS TAHUN

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran dari adanya suatu pembangunan adalah menciptakan

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 01 TAHUN 2011 TENTANG

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian. Tahun 2013

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR /45/KUM/2013 TENTANG

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 39 TAHUN 2007

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Rencana Strategis (RENSTRA)

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR TAHUN 2008

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K)

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

RECANA KERJA SATUAN KERJA PERANGAKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN I. UMUM 1. Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebagai bagian integral pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan merupakan salah satu upaya pemberdayaan petani, pembudidaya ikan,nelayan dan pelaku usaha pertanian lain untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya. Untuk itu kegiatan penyuluhan pertanian,perikanan dan kehutanan harus dapat mengakomodasikan aspirasi dan peran aktif petani pembudidaya ikan, nelayan dan pelaku usaha pertanian, perikanan dan kehutanan lainnya melalui pendekatan partisipatif. Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan di masa lalu masih menggunakan pendekatan dari atas ke bawah (top down) sehingga belum dapat mengakomodasikan aspirasi dan peran serta aktif yang sebenarnya dari petani pembudidaya ikan, nelayan dan pelaku usaha pertanian perikanan dan kehutanan lainnya. Sedangkan paradigma baru manajemen pembangunan adalah mendorong dan memberikan kesempatan seluas-seluasnya bagi partisipasi masyarakat, jadi tidak lagi menggunakan pendekatan topdown. Pengembangan pembangunan pertanian perikanan dan kehutanan di masa mendatang perlu memberikan perhatian yang khusus terhadap penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, karena penyuluhan merupakan salah satu kegiatan yang strategis dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan pertanian perikanan dan kehutanan. Melalui kegiatan penyuluhan, petani pembudidaya ikan, nelayan ditingkatkan kemampuannya agar dapat mengelola usahanya dengan produktif, efisien dan menguntungkan, sehingga petani pembudidaya ikan, nelayan dan keluarganya dapat meningkatkan kesejahteraanya. Meningkatnya kesejahteraannya adalah tujuan utama dari pembangunan pertanian perikanan dan kehutanan. 2. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur 2009-2014 disebutkan bahwa Strategi Pembangunan di Provinsi Jawa Timur sudah sesuai dengan kondisi alam yang ada yaitu bertumpu di sektor pertanian, dimana visi provinsi Jawa

- 2 - Jawa Timur yaitu: sebagai pusat agrobisnis terkemuka, berdaya saing global dan berkelanjutan menuju Jawa Timur makmur dan berakhlak.visi ini sangat strategis dan sangat jelas dalam membangun Provinsi Jawa Timur karena pembangunan pertanian menjadi strategi utama pembangunan di Jawa Timur dan akan dicapai pada tahun 2025. Oleh sebab itu, peningkatan produksi pertanian, perikanan dan kehutanan di Jawa Timur merupakan salah satu kebijakan utama dalam membangun perekonomian. Secara umum, alasan utama bagi pembangunan ekonomi yang bertumpu di sektor pertanian karena adanya anggapan bahwa semakin maju perekonomian suatu negara maka sektor pertaniannya (termasuk perikanan dan kehutanan) akan semakin mampu dalam memenuhi kebutuhan domestiknya. Bahkan di berbagai negara maju, sektor pertanian dipertahankan sedemikian rupa dengan memberikan subsidi yang relatif besar ke sektor pertanian, seperti Amerika dan berbagai Negara Eropa karena mereka berkeyakinan bahwa salah satu indikator kemajuan suatu negara perlu didukung kecukupan dalam memenuhi kebutuhan pertanian, khususnya pangan. Suatu paradoks apabila kemajuan suatu negara tidak diimbangi dengan kemajuan di sektor pertanian karena tidak ada kontradiksi antara kebutuhan mempercepat pembangunan pertanian dan penurunan peranan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB). Di samping itu, ada indikasi bahwa semakin maju suatu negara maka kesejahteraannya dapat diukur dengan semakin mampunya suatu negara dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Pembangunan pertanian di Indonesia, khususnya di Jawa Timur tidak terlepas dari peranan penyuluhan pertanian. Dengan kata lain, Penyuluhan Pertanian adalah salah satu mata rantai penting dalam pembangunan pertanian di Jawa Timur khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Sejak Pelita I, peranan penyuluhan pertanian melalui Bimbingan Masyarakat (BIMAS) dan berbagai program pertanian sangatlah menonjol terutama dengan dicapainya swasembada beras tahun 1986 melalui revolusi hijau. Dalam pengalaman itu, penyuluhan diakui mempunyai peranan besar dalam mendorong petani untuk menerapkan panca usaha tani. Kebijakan penyuluhan merupakan salahsatu kebijakan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan yang tidak boleh ditinggalkan karena sebagai ujung tombak dari seluruh kebijakan pertanian yang bermuara pada peningkatan produksi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan peningkatan pendapatan petani. 3. Tantangan

- 3-3. Tantangan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan di Jawa Timur dalam menghadapi era globalisasi adalah kenyataan bahwa pertanian perikanan dan kehutanan didominasi oleh usaha kecil yang dilaksanakan, berlahan sempit, bermodal kecil dan memiliki produktivitas yang rendah. Kondisi ini memberi dampak yang kurang menguntungkan terhadap persaingan di pasar global. Oleh karena itu, diperlukan usaha khusus pemberdayaan melalui pembangunan sistem penyuluhan pertanian perikanan dan kehutanan yang mampu membantu petani pembudidaya ikan, nelayan dan pelaku usaha pertanian perikanan dan kehutanan lain untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya serta meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu tonggak untuk pelaksanaan revitalisasi penyuluhan di Indonesia adalah Diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Undang- Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan merupakan payung hukum di dalam melakukan revitalisasi penyuluhan yaitu dalam upaya mendudukkan, memerankan, memfungsikan, dan menata kembali penyuluhan agar terwujud satu kesatuan pengertian, satu kesatuan korps, dan satu kesatuan arah serta kebijakan dalam rangka upaya peningkatan kesejahteraan pelaku utama dan pelaku usaha. Di dalam Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan tersebut dijelaskan pula perlu dibentuknya lembaga penyuluhan tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, bahkan sampai di tingkat desa. Beradasarkan ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 disebutkan bahwa di tingkat Provinsi dibentuk Badan Koordinasi Penyuluhan dan Komisi Penyuluhan. Oleh karena itu, lahirnya Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur tentang Penyelenggaraan Koordinasi Penyuluhan merupakan langkah maju untuk menata kelembagaan penyuluhan pemerintah di Provinsi Jawa Timur serta penyelenggaraan koordinasi penyuluhan di wilayah Provinsi Jawa Timur. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan asas kerjasama yaitu penyelenggaraan penyuluhan harus diselenggarakan secara sinergis dalam kegiatan pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan serta sektor lain yang merupakan tujuan bersama antara pemerintah dan masyarakat.

- 4 - Yang dimaksud dengan asas koordinatif ialah penyelenggaraan penyuluhan diselenggarakan oleh kelembagaan penyuluhan. Dalam menyelenggarakan penyuluhan tersebut, kelembagaan penyuluhan harus saling berkoordinasi baik dalam menyusun kebijakan, programa, strategi, materi maupun metode penyuluhan. Yang dimaksud dengan asas pemerataan yaitu penyelenggaraan penyuluhan harus dapat dilaksanakan secara merata bagi seluruh wilayah Jawa Timur dan segenap lapisan pelaku utama dan pelaku usaha. Huruf d Yang dimaksud dengan asas pemberdayaan yaitu penyelenggarakan penyuluhan harus mampu memberdayakan penyuluh secara optimal baik penyuluh PNS, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya. Huruf e Yang dimaksud dengan asas keberlanjutan yaitu penyelenggaraan penyuluhan dengan upaya secara terus menerus dan berkesinambungan agar pengetahuan, keterampilan, serta perilaku pelaku utama dan pelaku usaha semakin baik dan sesuai dengan perkembangan sehingga dapat terwujud kemandirian. Pasal 3 Huruf a Angka 1 Yang dimaksud dengan antar kelembagaan penyuluhan pemerintah adalah kelembagaan penyuluhan pemerintah di tingkat Provinsi yaitu Badan Koordinasi Penyuluhan, kelembagaan penyuluhan pemerintah di tingkat Kabupaten/Kota yaitu Badan Pelaksana Penyuluhan sampai dengan kelembagaan penyuluhan pemerintah di tingkat desa harus saling berkoordinasi dalam menyelenggarakan penyuluhan. Angka 2

- 5 - Huruf d Huruf e Huruf f Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Huruf a Yang dimaksud dengan penyuluhan lainnya misalnya mendapatkan penyuluhan mengenai programa, meetode dan materi penyuluhan serta rencana kerja tahunan penyuluh. Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Huruf a Yang dimaksud dengan Satuan Administrasi Pangkal adalah tempat untuk segala urusan administrasi penyuluh PNS seperti penetapan angka kredit. Secara

- 6 - Secara fungsional penyuluh PNS berada di dinas-dinas, namun secara administratif penyuluh PNS berada di Badan Koordinasi Penyuluhan. Ketentuan ini adalah untuk menjadikan Badan Koordinasi Penyuluhan sebagai induk bagi penyuluh PNS di wilayah Provinsi Jawa Timur. Namun, penyuluh PNS tersebut tetap melaksanakan penyuluhan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19

- 7 - Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Wadah atau forum komunikasi penyuluh berkedudukan sebagai wadah komunikasi dan koordinasi antara penyuluh PNS, penyuluh swasta dan swadaya. Penyuluh PNS dapat membentuk wadah atau forum komunikasi penyuluh PNS, penyuluh swasta atau penyuluh swadaya juga dapat membentuk wadah atau forum komunikasi penyuluh swasta atau forum komunikasi penyuluh swadaya. Selain itu, penyuluh PNS, penyuluh swasta dan penyuluh swadaya dapat membentuk wadah atau forum komunikasi penyuluh secara bersamasama. Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31

- 8 - Pasal 31 Pasal 32 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 22