BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Bab II Pasal 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pembentukan karakter bangsa perlu dilakukan penataan terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap perkembangan dunia pendidikan. Dengan adanya kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PETA KONSEP DAN PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS X MA NEGERI KUALASIMPANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga. mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berdasarkan undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung. mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan. kebiasaan sekelompok orang yang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan untuk membentuk manusia yang berkualitas, dan berguna untuk kemajuan hidup bangsa.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Bab II Pasal 3 tentang dasar, fungsi, dan tujuan dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai ruang lingkup yang luas dan berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Dalam dunia anak biasanya mereka sudah membawa ide dasar pengetahuan alam berdasarkan fenomena fenomena alam yang mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari. Tantangan pertama pembelajaran IPA di sekolah adalah memberikan akses kepada peserta didik terhadap pengalaman-pengalaman fisik dan membantu peserta didik untuk mengkonstruksikan ide dasar mereka terhadap konsep materi. Hal ini selaras dengan sebuah kutipan dari Bogner (2008) dalam Huda (2015, h. 37) yang merangkum pemikiran Dewey tentang pembelajaran dengan mengatakan bahwa: Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman yang dapat memberi nilai lebih pada makna pengalaman tersebut dan meningkatkan kemampuan untuk mengarahkan model pengalaman selanjutnya.

2 Sebagian besar dari bahan kajian IPA di Kelas 5 SD merupakan konsep materi yang ada, dekat, dan dialami sendiri oleh peserta didik, sehingga idealnya pada proses pembelajaran IPA peserta didik mampu dengan mudah mengkonstruksikan ide dasar, pengetahuan, dan pengalaman mereka terhadap penguasaan konsep materi. Keselarasan antara materi dengan metode pembelajaran merupakan keterpaduan yang sangat penting untuk mencapai kualitas pembelajaran peserta didik yang mampu meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap suatu konsep materi. Trianto (2012, h. 38) mengutip teori Ausubel tentang penggunaan pengorganisasian awal (advance organizer) ia mengatakan bahwa dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Konsep IPA yang kompleks, proses pembelajaran yang kurang bermakna, serta perencanaan yang kurang matang dalam menciptakan suasana pembelajaran seringkali menjadi kendala bagi peserta didik untuk membantu peserta didik mengkonstruksikan ide dasar, pengetahuan, dan pengalaman yang sudah ada terhadap penguasaan konsep suatu materi, khususnya pada pembelajaran materi daur air yang dalam penguasaannya membutuhkan kecermatan yang baik untuk memahami setiap tahapnya dan memahami bagaimana keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari yang sebenarnya sangat dekat dengan pengalaman dan aktivitas peserta didik.

3 Berdasarkan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan di kelas V SD Negeri Citepus Kecamatan Cicendo, khususnya pada proses pembelajaran IPA belum menunjukan ciri-ciri pembelajaran yang mampu memberikan akses kepada peserta didik terhadap pengalaman-pengalaman fisik dan membantu peserta didik untuk mengkonstruksikan ide dasar mereka terhadap konsep materi. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang lebih berorientasi pada guru, berorientasi pada buku, dan rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga bosan menjadi suatu penyebab rendahnya ketertarikan siswa dalam proses pembelajaran dan berpengaruh terhadap kecermatan dan hasil belajar siswa. Fenomena di atas didukung oleh informasi data dari guru kelas V SDN Citepus, Ibu Eti Rukmiati, S.S berupa daftar nilai hasil belajar kelas V SDN Citepus pada mata pelajaran IPA menunjukkan ketuntasan belajar yang dicapai hampir 50% siswa mendapat nilai di bawah 70. Hal ini menunjukkan bahwa hampir lebih dari 20 siswa tidak tuntas belajarnya atau mendapat nilai di bawah KKM yang ditentukan yaitu 70. Berdasarkan uraian teori, fenomena, dan fakta di atas penulis bermaksud untuk melakukan tindak lanjut terhadap permasalahan yang terjadi, yaitu dengan mendesain suatu proses pembelajaran yang mampu memberikan akses peserta didik mengeksplorasi pengalaman dan pengetahuannya untuk memahami sesuatu yang lebih luas dan kompleks. Sebuah akses perlu dijembatani oleh suatu metode dan strategi, dimana metode dan strategi yang diperlukan dalam proses pembelajaran daur air adalah metode yang mampu mengkonstruksikan ide dasar dan pengalaman peserta didik terhadap materi daur air.

4 Berkaca dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susiyanti pada tahun 2012 dengan Judul Penerapan Metode Mind Map (Peta Konsep) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Dalam Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SDN Soropadan Kecamatan Laweyan menunjukkan hasil bahwa dengan menggunakan pembelajaran peta konsep pada pembelajaran IPA mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa yang dibuktikan oleh hasil belajar siswa yang mencapai 70,97% siswa tuntas KKM. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk menindaklanjuti permasalahan pada proses pembelajaran IPA di kelas V SDN Citepus Kecamatan Cicendo, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: Penggunaan Strategi Pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping) untuk Meningkatkan Sikap Cermat dan Hasil Belajar Materi Daur Air pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Citepus Kecamatan Cicendo. B. Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah berdasarkan uraian latar belakang di atas adalah sebagai berikut: 1. Minimnya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran; 2. Terbatasnya daya imajnasi siswa oleh pembelajaran yang sebagian besar berorientasi pada buku paket; 3. Minimnya penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang beragam dan sesuai dengan materi ajar sehingga memicu rasa bosan pada peserta didik; 4. Rendahnya hasil belajar siswa kelas V SDN Citepus dalam mata pelajaran IPA.

5 C. Rumusan Masalah Agar penelitian tidak terlalu luas cakupannya, berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, peneliti merumuskan beberapa pertanyaan sebagai bentuk rumusan masalah. 1. Mampukah peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping)untuk meningkatkan sikap cermat dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Citepus Kecamatan Cicendo dalam mata pelajaran IPA materi Daur Air? 2. Bagaimana cara menggunakan strategi pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping)untuk meningkatkan sikap cermat dan hasil belajar siswa V SD Negeri Citepus Kecamatan Cicendo pada materi Daur Air? 3. Apakah penggunaan strategi pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping) dapat meningkatkan sikap cermat pada siswa kelas 5 SDN Citepus Kecamatan Cicendo dalam materi Daur Air? 4. Seberapa besar pengaruh penggunaan strategi pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Citepus Kecamatan Cicendo dalam materi Daur Air?

6 D. Batasan Masalah Untuk memusatkan penelitian pada permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun batasan masalah penelitian ini meliputi: 1. Strategi pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping)dalammeningkatkan sikap cermat dan hasil belajar siswa; 2. Cara menggunakan strategi pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping) untuk meningkatkan sikap cermat dan hasil belajar; 3. Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping) untuk meningkatkan sikap cermat; 4. Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping) untuk meningkatkan hasil belajar. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Citepus Kecamatan Cicendo dalam mata pelajaran IPA materi daur air dengan menggunakan strategi pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping).

7 2. Tujuan Khusus Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini untuk mengetahui data tentang: a. Mengetahui perencanaan pembelajaran dalam menggunakan strategi pembelajaran peta konsep (concept mapping) pada materi dair air pada siswa kelas 5 SDN Citepus; b. Mengetahui pelaksanaan strategi pembelajaran peta konsep (concept mapping) di kelas 5 SDN Citepus dan mendeskripsikan proses peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan strategi pembelajaran peta konsep (concept mapping); c. Membuktikan apakahstrategi pembelajaran peta konsep (concept mapping) dapat meningkatkan sikap cermat pada siswa kelas 5 SDN Citepus dalam pembelajaran IPA; d. Mengukur pengaruh penggunaan strategi pembelajaran peta konsep (concept mapping) terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi daur air di kelas 5 SD Negeri Citepus Kecamatan Cicendo.

8 F. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peserta Didik Dengan penerapan strategi pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping), diharapkan peserta didik kelas 5 SD Negeri Citepus Kecamatan Cicendo dapat meningkatkan penguasaan konsep pada pembelajaran IPA materi daur air. 2. Bagi Pendidik Dengan penerapan strategi pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping), pembelajaran diharapkan dapat menjadi masukan bagi pendidik untuk meningkatkan profesionalisme pendidik, masukan agar pendidik menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di dalam kelas. Selain itu, diharapkan guru dapat mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, dapat memberi sumbangan pemikiran tentang pentingnya memilih dan menerapkan pola pendekatan, strategi dan model pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas 5 agar lebih menarik, aktif dan diminati siswa hingga akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau hasil belajar.

9 3. Bagi Sekolah Dapat memberikan motivasi yang positif dalam rangka menciptakan kualitas belajar yang menarik. Dapat meningkatkan kinerja belajar dan kompetensi siswa. Dapat memberikan kontribusi dalam usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah. Memberikan gagasan baru dalam pembelajaran IPA di kelas V SD untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengetahuan di dalam ruang lingkup proses pembelajaran baik dari segi pendekatan, model, metode, dan strategi pembelajaran serta penguasaan kelas untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan. Terutama dalam pembelajaran IPA pada materi daur air. Selain itu, penelitian ini sangat bermanfaat untuk melatih kepekaan peneliti dalam menghadapi berbagai permasalahan di dalam proses pembelajaran sebagai bekal ketika sudah menjadi guru kelak. 5. Bagi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Memberikan gambaran bagi mahasiswa PGSD tentang kegiatan belajar mengajar di SD. Memberikan informasi mengenai salah satu permasalahan dan solusi dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam proses pembelajaran materi daur air dengan menggunakan strategi pembelajaran Mind Map (Concept Mapping).

10 G. Definisi Operasional 1. Strategi Pembelajaran Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Wenger (1998) dalam Huda (2015, h. 2) mengatakan: Pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial. Hilgard dan Bower (1972) berpendapat bahwa kontroversi mengenai pembelajaran pada hakikatnya adalah perdebatan mengenai fakta-fakta, interpretasi atas fakta-fakta, dan bukan definisi istilah pembelajaran itu sendiri(huda, 2015, h. 4). Hampir semua orang sepakat bahwa pembelajaran berkaitan erat dengan pemahaman. Artinya, pembelajaran tidak hanya melibatkan interpretasi berbasis fakta tetapi juga merepresentasikan pemahaman terapan. Singkatnya, pembelajaran merupakan konsep yang terbuka dan lepas. Strategi merupakan rencana yang disusun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain strategi adalah a plan for achieving goals, Sedangkan metode adalah a way for achiefving goals. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dengan tujuan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas dapat mencapai tujuan secara efektif dan efesien.

11 2. Peta Konsep Pengertian penguasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian dan sebagainya. Berdasarkan pengertian tersebut dapa dinyatakan bahwa penguasaan adalah pemahaman. Pemahaman bukan saja berarti mengetahui yang sifatnya mengingat (hafalan) saja, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain atau dengan kata-kata sendiri sehingga mudah dimengerti makna bahan yang dipelajari, tetapi tidak mengubah arti yang ada didalamnya. Menurut Dahar (1988) dalam Trianto (2012, h. 158) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Trianto (2012, h. 158) dalam Djamarah & Zain (2002, h. 17)menyebutkan bahwa konsep merupakan kondisi utama yang diperlukan untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya. Trianto (2012, h. 158) dalam Kardi (1997) mendefinisikan konsep sebagai suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian. Pemetaan konsep menurut Martin (1994), dalam Trianto (2012, h. 158) merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta konsep

12 menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut. Adapun yang dimaksud dengan peta konsep adalah ilustrasi grafis yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep yang lain pada kategori yang sama (Martin, 1994) dalam Trianto (2012, h. 158). 3. Sikap Cermat Azwar (2007), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara- cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling

13 berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Jadi berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi komponen kognitif, afektif dan konatif. Sedangkan definisi cermat dalam KBBI adalah penuh minat (perhatian) ; seksama; teliti. Dalam (https://id.wiktionary.org) cermat memiliki arti penuh minat (perhatian); saksama; teliti. 4. Hasil Belajar Menurut Sudjana (2008) dalam Faridah (2011, h. 61) hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Kingsley, hasil belajar dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian serta (3) sikap dan cita-cita. dalam Sudjana (2008) dalam Faridah (2011, h. 61). Menurut Sardiman (2007) dalam Faridah (2011, h. 61) hasil belajar adalah hasil langsung berupa tingkah laku siswa setelah melalui proses belajar-mengajar yang sesuai dengan materi yang dipelajarinya. Sehingga hasil belajar dapat ditafsirkan sebagai output dari proses belajar-mengajar. Menurut Slameto (2003) dalam Faridah (2011, h. 61) output tersebut dipengaruhi oleh faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan yang

14 dikelompokkan sebagai faktor intern. Sedangkan kelompok faktor eksternnya meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar tidak hanya berupa sesuatu yang dapat diukur secara kuantitatif saja melainkan juga secara kualitatif terkait dengan perubahan peserta didik dari yang belum bisa menjadi bisa, sehingga penilaiannya bisa menggunakan tes maupun non tes.