IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PENGGALIAN POTENSI PROTEIN HEWANI ASAL RUMINANSIA KECIL

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

I. PENDAHULUAN. Sumber :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berinvestasi dengan cara beternak sapi merupakan salah satu cara usaha yang relatif aman,

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

HASIL DAN PEMBAHASAN Domba dan Kambing Pemilihan Bibit

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

MUNGKINKAH SWASEMBADA DAGING TERWUJUD?

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENDAHULUAN. Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

EKONOMI. Oleh Soedjana dan Atien Priyanti

Sejarah Kambing. Klasifikasi Kambing. Filum : Chordota (Hewan Tulang Belakang) Kelas : Mamalia (Hewan Menyusui)

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

Bab 4 P E T E R N A K A N

I. PENDAHULUAN. atau peternak kecil. Meskipun bukan sebagai sumber penghasilan utama, kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

POTENSI KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK KAMBING LOKAL INDONESIA

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

KATA PENGANTAR Buku Petunjuk Teknis Pengumpulan Data Peternakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

Transkripsi:

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PENGGALIAN POTENSI PROTEIN HEWANI ASAL RUMINANSIA KECIL Aan Kardiana, Elan Suherlan Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas YARSI Email: aan.kardiana@yarsi.ac.id ABSTRAK Kambing dan domba (Kado) yang merupakan bagian dari ruminansia kecil adalah sumber protein hewani selain sapi yang memiliki prospek cukup baik untuk dikelola secara komersial dan berskala industri. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi data produksi protein yang bersumber dari Ruminansia Kecil. Penelitian dilakukan di : Kelompok Ternak Kambing Perah Neqtasari Pasirjambu Kabupaten Bandung, Dagker Farm Fakultas Peternakan IPB, MT Farm Tegal Waru Ciampea Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian Kota Bogor, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut dan Laboratorium e-health Universitas YARSI. Tahapan penelitian terdiri dari pengumpulan, manajemen, eksplorasi, pra pemrosesan, pengolahan, analisis datadan analisis kebutuhan sistem melalui survey dan wawancara ke responden. Hasil penelitian yang diperoleh adalah telah dilakukan kajian dan upaya oleh kalangan akademisi, lembaga pemerintah, komunitas peternak dan pihak terkait berupa : manajemen pemeliharaan, strategi pemberian pakan, pemasaran, variasi usaha, standarisasi ternak, dan lain-lain. Pendataan yang dikumpulkan oleh peternak masih terbatas pada: jumlah populasi yang dimiliki, jenis kelamin, bangsa ternak, dan usia, tetapi belum terdokumentasi dengan baik. Lembaga pemerintah melakukan pendataan populasi Kado dari setiap Desa/Kelurahan setiap tahun, menjelang Idul Adha dan hari-hari besar. Telah dihasilkan media pendataan ternak untuk dokumentasi data yang dihasilkan. Peternak dan Lembaga pemerintah terkait perlu mengoptimalkan pendataan pengelolaan Kado agar dapat memanfaatkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan peternak. Kata Kunci: domba, eksplorasi data, kambing, protein PENDAHULUAN Daging merupakan salah satu produk ternak berkualitas yang dapat memberikan sumbangan dalam pemenuhan protein. Konsumsi protein perkapita pertahun rata-rata 53,08 gram (BPS 2013). Sampai saat ini pemenuhan protein tersebut terutama berasal dari daging sapi/kerbau, produk unggas dan perikanan. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dari import dan pemotongan sapi lokal. Kebijakan import pada saat target swasembada daging sapi tahun 2014 menyebabkan laju penambahan populasi sapi hanya 0,42 juta/tahun dengan laju pertambahan penduduk 1,43%/tahun akan menyebabkan pengurasan ternak sapi lokal yang dipotong sebanyak 3 juta ekor pertahun, sehingga kemungkinan harus import sebanyak 600.000 ekor (30% dari kebutuhan daging nasional). Hal ini akan menambah ketergantungan pada produk ternak dari luar. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap daging sapi tersebut adalah memanfaatkan ternak penghasil daging lainnya yang belum banyak diusahakan secara komersial seperti kambing dan domba (Bunyamin 2009). Saat ini pengembangan peternakan kambing dan domba masih ditangani peternak dalam skala kecil untuk memenuhi pasar lokal, padahal pasar untuk kambing dan domba tersebut akan berkembang dan meluas secara nasional bahkan internasional. Pengembangan kambing dan domba sebagai sumber protein hewani selain sapi perlu dikembangkan dan ditingkatkan 1

produktivitasnya sehingga menjadi ternak penghasil daging secara komersial dan berskala industri. Agribisnis ternak kambing dan domba dapat menjadi pilihan untuk dikembangkan. Beberapa kebijakan yang menyangkut ketersediaan bibit berkualitas, pakan, kesehatan, infrastruktur dan ketersediaan teknologi dan informasi sangat dibutuhkan untuk berlangsungnya agribisnis tersebut (BPPP 2005). Sampai saat ini sudah banyak kajian yang dilakukan oleh kalangan akademisi (perguruan tinggi), lembaga penelitian, pemerintah dan komunitas peternak untuk meningkatkan produktivitas ternak kambing dan domba, sehingga data-data yang menyangkut perbaikan produktivitas melalui manajemen pemeliharaan, strategi pemberian pakan, dan lain-lain sudah cukup tersedia. Beberapa permasalahan yang dihadapi adalah: data-data hasil penelitian cukup banyak sehingga data base-nya berukuran besar; hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya masih bersifat parsial, belum diintegrasikan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan terkait peningkatan produktivitas ternak kambing dan domba. Rencana kegiatan peningkatan produktivitas ternak kambing dan domba akan melibatkan berbagai aktivitas yang tentunya akan menghasilkan data-data baru. Data-data yang telah ada dan yang akan dihasilkan jika dikelola dengan baik, akan memberikan rekomendasi bagi pengambil keputusan. Untuk itulah, diperlukan suatu sistem yang merupakan penyelesaian dari masalah ini. Untuk menjawab permasalahan di atas, diperlukan metode pendekatan lain yang bisa menyediakan data-data standar, mengolah dan memberikan rekomendasi bagi pengambil keputusan dalam bidang terkait, salah satunya adalah implementasi teknologi informasi dalam mendukung penggalian potensi protein hewani asal ruminansia kecil yang akan memberikan masukan berharga bagi pengambil keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan teknologi informasi dalam mendukung penggalian potensi protein hewani asal ruminansia kecil. METODE Penelitian dirancang menjadi beberapa tahapan berikut (Vercellis 2009): 1. Pengumpulan data 2. Manajemen data 3. Eksplorasi data 4. Pra pemrosesan 5. Analisis Data 6. Analisis kebutuhan sistem melalui survey dan wawancara ke responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa domba unggulan di Indonesia adalah domba: 1. Garut/Priangan (dari Garut dan sekitarnya) 2. Texcel Wonosobo/Dombos (dari Wonosobo, mempunyai bulu wol yang keriting halus berbentuk spiral berwarna putih yang menyelimuti bagian tubuhnya kecuali perut bagian bawah, keempat kaki dan kepala, postur tubuh tinggi besar dan panjang dengan leher panjang dan ekor kecil, merupakan ternak penghasil daging) 3. Sapudi/Ekor Gemuk (dari Bondowoso) dan Waringin (dari Langkat). 4. Batur Banjarnegara/Domas (dari Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, merupakan hasil persilangan dari domba Ekor Tipis (Gembel), Suffolk dan Texel, merupakan domba potong penghasil daging yang baik) 5. Ekor Tipis/Gembel (bersifat prolific (dapat melahirkan anak kembar 2-5 ekor setiap kelahiran), mudah berkembang biak, tidak dipengaruhi musim kawin, dan mampu beradaptasi pada daerah tropis dan makanan yang buruk) 2

6. Ekor Gemuk/Kibas/Donggala (sudah dipatenkan sebagai domba Ekor Gemuk lokal Palu, Sulawesi Tengah, beradaptasi dan tumbuh lebih baik di daerah beriklim kering, dan tahan terhadap panas dan kering Sedangkan untuk kambing adalah kambing: 1. Kacang (yang tinggi daya reproduksi dan daya adaptasinya terhadap kondisi alam setempat) 2. Peternakan Etawa-PE/Jamnapari (dari Kaligesing, yang dapat diternakkan untuk penghasil susu maupun penghasil daging) 3. Jawarandu (merupakan hasil silangan dari kambing PE dengan kambing Kacang tetapi lebih dominansifat fisik kambing Kacangnya. Peternak memilih kambing ini untukditernakkan dan diambil susunya karena lebih hemat) 4. Muara (dari daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, memiliki bobot lebih besar dari kambing Kacang dan bersifatkelahiran kembar/prolifik) 5. Samosir (dari Pulau Samosir, Danau Toba, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, bisa beradaptasi dengan kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu) 6. Sei Putih (Deli Serdang). Jenis pemeliharaan ternak kambing dan domba terdiri atas : 1. Breading (pembibitan) 2. Fatening/Finish (penggemukan) 3. Trading (perdagangan) Pendataan yang dilakukan bergantung kepada jenis pemeliharaan yang dipilih. Jenis pemeliharaan yang berbentuk perdagangan tidak memerlukan pendataan yang rinci.ternak yang datang/masuk dicatat data : nomor identitas, jenis kelamin, asal, bobot hidup, bangsa dan nama pembeli serta bobot hidup nanti pada saat dikeluarkan/dijual. Ternak tersebut kemudian menjalani program adavtasi dan pemeliharaan sampai tiba waktunya untuk dikeluarkan/dijual kepada pembeli. Jenis penggemukan dan pembibitan memerlukan pendataan yang cukup rinci karena akan membantu program optimalisasi pemeliharaan ternak. Pendataan yang cukup detil akan membantu dalam melakukan identifikasi bakalan, induk atau pejantan unggulan dilihat berdasarkan performa dari perkembangan bobot badan, ketahanan hidup, pewarisan sifat-sifat unggul, dan lain-lain.data populasi yang dikumpulkan dari setiap ternak adalah: 1. Nomor identitas: dahulukan pejantan dan induk betina dulu (yang ID_ibu dan ID_bapak nya, mungkin kosong). 2. Bangsa: domba, kambing 3. Sumber: pembelian, hibah, hasil penelitian 4. Jenis kelamin : jantan, betina 5. Tanggal bulan tahun lahir: jika sulit, diperkirakan saja usianya dari gigi atau tanduk. 6. ID ibu, ID bapak 7. Bobot Lahir (gr) 8. Tipe kelahiran: Tunggal (T), Kembar 1 (K1), Kembar 2 (K2), Kembar 3 (K3), Kembar 4 (K4), Keterangan Klasifikasi data untuk populasi Domba adalah: 1. Jantan yang dikawinkan (Pejantan) 2. Induk digabung dengan anak yang disusui sampai usia 3 bulan (laktasi): induk laktasi, anak prasapih, anak pra sapih yang dipisah dengan induk (tidak disusui induk): 3. Induk tidak menyusui 4. Anak lepas sapih sampai 8 bulan 5. Usia 8 sampai 12 bulan, calon pejantan dan dara 6. Usia 12 bulan ke atas: dihibahkan, dijual, dikawinkan: pejantan, betina bunting, dan tidak bunting. 3

Klasifikasi data untuk populasi kambing adalah: 1. Jantan yang dikawinkan (pejantan) 2. Induk digabung dengan anak yang disusui sampai usia 7 hari (laktasi) : induk laktasi, anak prasapih, dan Induk yang diperah susunya 3. Anak pra sapih yang dipisah dengan induk (diberi susu sapi sampai 3 bulan): 4. Anak lepas sapih sampai 8 bulan 5. Usia 8 sampai 12 bulan, calon: pejantan (jenis kelamin jantan untuk menjadi pembibit waktu dikawinkan) dan dara 6. Usia 12 bulan ke atas: dihibahkan, dijual, dikawinkan: pejantan, betina : bunting dan tidak bunting Hasil pengumpulan data dari Dinas Pertanian Kota Bogor dan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut diperoleh informasi tentang: 1. asal usul, cara perawatan dan pengelolaan ternak serta perkembangan domba di Garut (Heriyadi 2011). 2. cara pengumpulan data populasi ternak di Dinas Pertanian Kota Bogor dan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut, pengumpulan data peternakan, penghitungan produksi daging, penghitungan produksi susu dan parameter teknis peternakan (BPS 2016). 3. kebijakan pengaturan ketersediaan ternak di Indonesia (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2016). 4. dinamika populasi ternak (Disnak Jabar 2016). 5. metodologi pengumpulan data peternakan (Disnak Jabar 2016). 6. pelaporan dan penyajian data statistik peternakan (Disnak Jabar 2016). 7. komoditi ternak dalam statistik peternakan (Disnak Jabar 2016). Data-data penelitian yang telah terkumpul kemudian diolah ke dalam data store/data base menggunakan aktifitas ekstraksi (extraction), transformasi (transformation), dan pengisian (loading). Tahapan selanjutnya, dilakukan manajemen, eksplorasi, pra pemrosesan dan analisis data yang telah tersimpan di dalam data store/data base. Analisis kebutuhan sistem diperoleh dengan melakukan survey dan wawancara ke responden antara lain seperti apa proses bisnis yang terjadi, apa saya kebutuhan yang harus disediakan oleh sistem, luaran apa saja yang harus dihasilkan sistem, siapa saja pengguna system, fasilitas apa saja yang diperlukan untuk mendukung kelancaraan pemasukan data dan pengeluaran hasil, dan sebagainya. Penelitian ini telah menghasilkan sistem informasi pendataan ternak yang dapat digunakan oleh setiap peternak dalam mendukung operasionalisasi pemeliharaan ternaknya. Staf peternakan difasilitasi untuk memasukkan data-data terbaru terkait perubahan data ternak yang dikelolanya secara berkala ke dalam sistem yang berbasis web sehingga bisa dilakukan di mana saja asalkan terkoneksi dengan jaringan internet. Sistem telah menyediakan fasilitas import dan export data populasi ke dan dari sistem sehingga lebih cepat, efisien, dan mudah. Hal ini mendukung dokumentasi pendataan yang dikelola secara akurat dan up to date sehingga sewaktu-waktu diperlukan mudah untuk diperolehnya. Jika setiap pemilik peternakan menggunakan sistem ini yang datanya terintegrasi antara satu peternakan dengan lainnya, maka secara otomatis akan dapat diketahui jumlah ternak yang dikelola oleh semua peternakan yang bergabung. Hal ini akan memudahkan dan mempercepat pendataan jumlah populasi ternak Kado yang dipelihara. Penelitian ini baru menangani pendataan populasi sebagai bagian dari pendataan produksi. Pengembangan penelitian selanjutnya yang sangat erat kaitannya dengan bidang ini adalah pendataan konsumsi, yang merupakan tingkat penggunaan protein yang berasal dari Kado. Berdasarkan data dari kedua bidang ini maka dapat diketahui jumlah supply dan demand protein yang berasal dari Kado. 4

KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, kesimpulan yang diperoleh adalah: 1. Telah dilakukan kajian dan upaya oleh kalangan akademisi, lembaga pemerintah, komunitas peternak dan pihak terkait berupa : manajemen pemeliharaan, strategi pemberian pakan, pemasaran, variasi usaha, standarisasi ternak, dan lain-lain 2. Pendataan yang dikumpulkan oleh peternak masih terbatas pada : jumlah populasi yang dimiliki, jenis kelamin, bangsa ternak, dan usia, tetapi belum terdokumentasi dengan baik. 3. Lembaga pemerintah melakukan pendataan populasi Kado dari setiap Desa/Kelurahan setiap tahun, menjelang Idul Adha dan hari-hari besar. 4. Telah dihasilkan media pendataan ternak berbasis webuntuk dokumentasi data yang dihasilkan. 5. Peternak dan Lembaga pemerintah terkait perlu mengoptimalkan pendataan pengelolaan Kado agar dapat memanfaatkan peluang untuk meningkatkan kesejahteraan peternak. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dan keberhasilankegiatan yaitu Yayasan dan Universitas YARSI yang telah memberi kesempatan dan mendanani kegiatan ini, Dinas Pertanian Kota Bogor dan Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kambing-Domba. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Pusat Statistik. 2016. Pengumpulan Data Peternakan. Materi Pelatihan Refreshing Data Statistik Peternakan. Balai Pelatihan Peternakan. Jawa Barat (ID). Badan Pusat Statistik. 2013. Survey Sosial Ekonomi Nasional Tri Wulan I. Badan Pusat Statistik. Bunyamin. 2009. Prospek Industri Domba Menuju Ketahanan Pangan Nasional. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2016. Dinamika Populasi. Materi Pelatihan Refreshing Data Statistik. Dinas Peternakan Cikole Lembang. Bandung (ID). Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2016. Komoditi Ternak dalam Statistik Peternakan. Materi Pelatihan Refreshing Data Statistik Peternakan Cikole Lembang, Bandung. Diunduh http://disnak.jabarprov.go.id. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2016. Metodologi Pengumpulan Data Peternakan. Materi Pelatihan Refreshing Data Statistik Peternakan Cikole Lembang Bandung. Diunduh http://disnak.jabarprov.go.id. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2016 Pelaporan dan Penyajian Data Statistik Peternakan. Materi Pelatihan Refreshing Data Statistik Peternakan Cikole Lembang, Bandung. Diunduh http://disnak.jabarprov.go.id. Heriyadi D. 2011. Pernak Pernik dan Senarai Domba Garut. UNPAD PRESS. Bandung (ID). Vercellis C. 2009. Business Intelligence: Data Mining and Optimization for Decision Making. John Wiley and Sons, Ltd. United Kingdom. ISBN: 978-0-470-51138-1. 5