BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Kondisi geografis Indonesia terletak di daerah dengan tingkat kejadian gempa

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PERBANDINGAN PERILAKU RANGKA BERPENGAKU SENTRIS DAN RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIS DENGAN KONFIGURASI V-TERBALIK AKIBAT BEBAN LATERAL GEMPA

BAB I PENDAHULUAN. dicegah dengan memperkuat struktur bangunan terhadap gaya gempa yang

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan struktur beton, baja dinilai memiliki sifat daktilitas yang dapat dimanfaatkan

STUDI PERILAKU KNEE BRACED FRAME DENGAN KONFIGURASI X-BRACED

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung (PPTGIUG, 1981) maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

BAB I PENDAHULUAN. sipil mengingat pengaruh dan bahaya yang ditimbulkannya. Gempa bumi (earthquake)

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS PADA GEDUNG APARTEMEN METROPOLIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

ANALISA KINERJA LINK TERHADAP VARIASI TIPE PENGAKU PADA RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIS

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL PADA PENGGUNAAN SISTEM GANDA

KAJIAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING V-TERBALIK EKSENTRIK DAN KONSENTRIK (215S)

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

BAB I PENDAHULUAN. permukaaan bumi. Ketika pergeseran terjadi timbul getaran yang disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perencanaan suatu bangunan tahan gempa, filosofi yang banyak. digunakan hampir di seluruh negara di dunia yaitu:

STUDI KOMPARASI PERILAKU STRUKTUR SISTEM RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIK TIPE D TERHADAP SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia termasuk daerah dengan tingkat resiko gempa yang cukup

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. gempa yang mengguncang di beberapa bagian wilayah Indonesia. Hal ini

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

KATA KUNCI: gempa, sistem ganda, SRPMK, SRBKK, 25%, gaya lateral, kekakuan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gempa merupakan fenomena alam yang harus diterima sebagai fact of life.

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN DAN KEKUATAN PADA SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBKK

BAB V ANALISIS. Tabel 5. 1 Gaya-gaya dalam pada Link Geser dan Link Lentur

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. penggunaan bahan konstruksi dan sistem strukturnya. Pada perencanaan tersebut

EFISIENSI DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BREISING KONSENTRIK TIPE X-2 LANTAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BALOK KOLOM DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRESENTASI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kebutuhan tempat usaha atau perkantoran di wilayah

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

sehingga lendutan yang disebabkan oieh beban gempa maupun angin dapat

T I N J A U A N P U S T A K A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan

KAJIAN EKSPERIMENTAL POLA RETAK PADA PORTAL BETON BERTULANG AKIBAT BEBAN QUASI CYCLIC ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS KEKAKUAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG TERHADAP GEMPA Muhtar *) ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KINERJA LINK YANG DAPAT DIGANTI PADA STRUKTUR RANGKA BAJA BERPENGAKU EKSENTRIK TIPE SPLIT-K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN LAYOUT BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT-STOREY SKRIPSI

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

KAJIAN EFEK PARAMETER BASE ISOLATOR TERHADAP RESPON BANGUNAN AKIBAT GAYA GEMPA DENGAN METODE ANALISIS RIWAYAT WAKTU DICKY ERISTA

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

Concentrically Braced Frame adalah pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

Latar Belakang 1) Struktur baja untuk gedung membutuhkan truss dengan bentang 6-8 m, sedangkan untuk bentang lebih besar dari 10 m, struktur baja menj

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan

Studi Perilaku Non Linear Perbandingan Panjang Link Pada Eccentrically Braced Frame Dengan Program Bantu Finite Element Analysis

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada daerah pertemuan 4 (empat)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

LAPORAN PENELITIAN EFISIENSI DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BREISING KONSENTRIK TIPE X-2 LANTAI. Nama Peneliti: Ir. Ida Bagus Dharma Giri, M.T.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yaitu gempa Aceh disertai tsunami tahun 2004, gempa Nias tahun. gempa di Indonesia menjadi sangatlah penting.

yaitu plat Philippines, plat Pasifik, plat Australia dan plat Eurasia (Widodo 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Skripsi BAB I PENDAHULUAN

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MAKASAR MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS

Kajian Pemakaian Shear Wall dan Bracing pada Gedung Bertingkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kondisi geografis Indonesia terletak di daerah dengan tingkat kejadian gempa bumi tektonik yang relatif tinggi. Maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk memperkecil resiko yang ditimbulkannnya. Dalam beberapa kejadian gempa besar di Indonesia jumlah korban yang paling banyak terutama disebabkan oleh keruntuhan bangunan. Oleh karena itu desain bangunan tahan gempa berdasarkan pada konsep: bahwa akibat gempa besar bangunan diperbolehkan mengalami rusak berat tetapi manusia yang ada di dalamnya harus selamat. Pada perencanaan bangunan, parameter gempa yang mempengaruhi perencanaan adalah percepatan tanah yang ditimbulkan oleh gelombang seismic yang bekerja pada massa bangunan. Wilayah Indonesia dibagi menjadi 6 wilayah gempa dengan masing masing tingkat kerawanan terjadinya gempa. Wilayah Indonesia terletak pada empat (4) lempeng tektonik yaitu lempeng Australia-India, lempeng Euro-Asia, lempeng Pasifik dan Lempeng Filipina. Gempa bumi tidak mungkin dicegah dan sulit diramalkan kapan akan terjadi. Untuk itu harus dilakukan usaha untuk memperkecil akibat dari gaya gempa terhadap bangunan, paling tidak orang yang berada dalam bangunan dapat selamat jika terjadi gempa yang besar. Kerusakan bangunan akibat gempa secara umum dapat dilakukan dengan menambah kekakuan dari struktur tersebut. Namun sering berakibat kerusakan baik structural maupun non structural yang diakibatkan perbedaan simpangan antar tingkat. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan memperkaku bangunan arah lateral, tapi dapat berakibat bertambah besarnya gaya gempa terhadap bangunan oleh

karena semakin bertambahnya massa bangunan. Sehingga metode yang lebih baik adalah dengan meredam gaya gempa tersebut pada tingkat yang tidak membahayakan bagi bangunan. Filosofi perencanaan bangunan tahan gempa konvensional yang diadopsi oleh hampir semua peraturan mengenai perencanaan bangunan tahan gempa yang mengutamakan segi keselamatan jiwa dan segi ekonomis yang dikenal dengan perencanaan kapasitas, mempunyai dasar sebagai berikut : 1. Struktur berperilaku elastis jika terjadi gempa kecil, 2. Bangunan akan mengalami kerusakan jika terjadi gempa sedang, namun terbatas pada kerusakan structural atau non-struktural yang dapat diperbaiki. 3. Bangunan tidak runtuh bila terjadi gempa besar. Berdasarkan Standard Nasional Indonesia (SNI) gempa yang berlaku saat ini, struktur bangunan tahan gempa pada umumnya direncanakan dengan mengapplikasikan konsep daktilitas. Dengan penerapan konsep ini, pada saat gempa kuat terjadi elemen-elemen struktur tertentu yang dipilih diperbolehkan untuk mengalami plastifikasi (kerusakan) sebagai sarana untuk pendissipasian energi gempa yang diterima oleh struktur. Namun demikian struktur diharapkan tidak runtuh (collapse). Agar struktur tidak runtuh maka elemen-elemen tertentu tersebut harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat menglami deformasi inelastis secara stabil selama terjadinya gempa kuat. Struktur baja merupakan salah satu sistem struktur tahan gempa dengan kinerja yang sangat bagus, karena material baja mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan dengan material struktur lainnya, dengan mengandalkan pada sifat daktilitas dan kekuatannya yang tinggi maka

struktur baja sangat cocok digunakan untuk daerah-daerah dengan tingkat seismisitas yang tinggi. Dari hasil-hasil riset yang pernah dilakukan telah didapatkan tiga sistem struktur baja tahan gempa yang umum digunakan yaitu: (1) Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM) Rangka baja penahan momen (SRPM) mempunyai kemampuan dissipasi energi yang cukup untuk dapat memberikan daktilitas yang diperlukan (requiredductility). Tapi struktur ini memerlukan terjadinya simpangan antar lantai yang cukup besar supaya timbul sendi sendi plastis pada balok yang akan berfungsi untuk menyerap energy gempa. Akibatnya struktur ini kurang kaku sehingga memerlukan ukuran penampang yang lebih besar dan panel zone pelat ganda yang mahal untuk memenuhi persyaratan drift (drift requirements). Simpangan yang terjadi begitu besar juga akan menyebabkan kerusakan nonstruktural yang besar disamping akan menambah pengaruh P- terutama pada bangunan tinggi. (2) Sistem Rangka Berpengaku Konsentrik (SRBK) Sistem rangka berpengaku konsentrik (CBF) secaraefisien dapat memenuhi batas-batas lendutan melaluiaksi rangkanya. Sistem rangka ini dikembangkan sebagai struktur penahan gaya lateral dan memiliki tingkat kekakuan yang cukup baik. Hal ini bertolak belakang dengan MRF yang hanya bias digunakan sebagai penahan momen. Kekakuan system ini terjadi akibat adanya elemen pengaku (bracing) yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral yang terjadi pada struktur. Penyerapan energy pada system ini dilakukan melalui pelelehan yang dirancang

untuk terjadi pada pelat buhul.sistem ini daktilitasnya kurang begitu baik dimana kegagalannya ditentukan oleh tekuk bresing. (3) Sistem Rangka Berpengaku Eksentrik (SRBE) Karena keterbatasan kedua sistem struktur tersebutmaka dikembangkan suatu sistem struktur baru yangdisebut struktur berpengaku eksentrik (EBF).Pada system rangka ini terdapat suatu balok yang disebut Link dan direncanakan secara khusus. EBF diharapkan dapat mengalami deformasi inelastis yang cukup besar dan stabil pada saat Link memikul gaya-gaya akibat beban gempa rencana karena elemen Link tersebut berfungsi sebagai pendisipasi energy ketika struktur menerima beban gempa.pendisipasian energi ini diwujudkan dalam bentuk plastifikasi pada elemen link tersebut.hal tersebut yang membuat EBF memiliki nilai daktilitas yang lebih tinggi dibandingkan dari CBF dimana CBF lebih mengutamakan pada kekuatan strukturnya.kolom-kolom, batang bresing, dan bagian dari balok di luar Link harus direncanakan untuk tetap dalam kodisi elastic akibat gaya-gaya yang dihasilkan oleh Link pada saat pelelehan penuh hingga tahap perkerasan regangan. Ketiga sistem struktur diatas dirancang untuk menahan gempa dengan kemampuan dari struktur itu sendiri. Sejalan dengan perkembangan teknologi bahan untuk struktur tahan gempa, telah ditemukan bahan anti seismic yang disebut juga Damper, dalam hal ini disebut Yielding Damper. Yielding Damper ini dibubuhkan pada struktur yang pada umumnya dibubuhkan pada sambungan antara bresing dan balok pada sistem rangka berpengaku konsentrik.

1.2 PERMASALAHAN Pembahasan pada tugas akhir ini merupakan perbandingan respon terhadap gaya gempa oleh bangunan yang menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen, bangunan dengan Sistem Rangka Berpengaku Konsentrik, dan dengan bangunan yang menggunakan bahan anti seismic yaitu Yielding Damper yang diletakkan diantara balok dan bresing pada Sistem Rangka Berpengaku Konsentrik, sehingga pada tugas akhir ini akan dilihat perbedaan antara bangunan bangunan yang disebutkan di atas. Perbedaan yang akan dilihat yaitu, simpangan antar lantai, momen,gaya lintang dan gaya normal yang terjadi setiap elemen struktur. Terdapat persamaan prinsip antara metode struktur tahan gempa yaitu sistem tersebut diharapkan mengalami deformasi inelastic pada suatu bagian tertentu sehingga menyerap gaya gempa secara stabil sehingga diharapkan elemen anti gempa ini akan mengalami plastifikasi (kerusakan) sedang elemen struktur lainnya tidak mengalami kerusakan atau bahkan diharapkan masih berada pada kondisi elastis. Dalam perencanaan bangunan, beban akibat gempa sangat diperhitungkan dalam analisanya sehingga walaupun bangunan tersebut terkena gempa kuat tidak langsung rubuh melainkan diharapkan suatu elemen struktur dalam bangunan tersebut diharapkan mengalami deformasi inelastis secara stabil yang akan mendisipisi energi gempa sehingga bangunan tersebut diharapkan masih berdiri dan walaupun collaps, terdapat waktu dalam pelelehan setiap elemen elemen strukturnya sehingga manusia di dalamnya dapat menyelamatkan diri. Pada analisa beban gempa sangat tergantung kepada struktur dari bangunan tersebut dimana bentuk dari denah dan ketinggian bangunan tersebut adalah faktor

utama dalam memperhitungkan gaya akibat dan guncangan gempa tersebut. Untuk itu analisa yang dipakai dalam menganalisis struktur bangunan tersebut adalah Analisa Respons Dinamik Riwayat Waktu yang akan memperhitungkan displacement, kinerja batas layan, kinerja batas ultimit, momen, lintang dan normal. Menurut SNI 03-1726-2002, akselerogran gempa masukan yang ditinjau dalam analisis respons dinamik linier dan non-linier riwayat waktu, harus diambil dari rekaman gerakan tanah akibat gempa yang didapat di suatu lokasi yang mirip kondisi geologi, topografi dan seismotektoniknya dengan lokasi tempat struktur bangunan gedung yang ditinjau berada. Untuk mengurangi ketidakpastian mengenai kondisi lokasi ini, paling sedikit harus ditinjau empat buah akselerogram dari empat gempa yang berbeda, salah satunya harus diambil akselerogram Gempa El-centro N-S yang telah direkam pada tanggal 15 mei 1940 di California. Perbedaan keempat akselerogram tersebut harus ditunjukkan dengan nilai maksimum absolut koefisien korelasi silang antara satu akselerogram terhadap lainnya yang lebih kecil daripada 10%. 1.3 TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan penulisan dari tugas akhir ini adalah : 1. Menghitung respon struktur bangunan berupa simpangan antar lantai antara SRPM, SRBK, serta bangunan yang menggunakan Yielding Damper. 2. Menghitung momen,gaya lintang,gaya normal dari bangunan SRPM, SRBK, serta bangunan yang menggunakan Yielding Damper. 3. Menganalisa sistem dan prosedur struktur tahan gempa pada bangunan dengan SRPM, SRBK, serta bangunan yang menggunakan Yielding Damper. 4. Untuk mengetahui efektifitas Yielding Damper pada bangunan.

5. Membandingkan kondisi mana yang lebih baik antara SRPM, SRBK, serta bangunan yang menggunakan Yielding Damper. Serta membandingkan respon bangunan yang menggunakan yielding damper tipe X dan tipe Segi Empat. 1.4 PEMBATASAN MASALAH 1. Jenis struktur yang dibahas adalah Sistem Rangka Pemikul Momen yang dikondisikan dengan jenis gempa yang di skalakan, Sistem Rangka Berpengaku Konsentrik tipe K-Split tanpa Yielding Damper dan dengan Yielding Damper. 2. Material struktur yang digunakan adalah material baja yaitu material baja profil WF. 3. Bangunan yang ditinjau adalah bangunan bertingkat 5 lantai seperti tergambar. 4. Analisa Dinamik Riwayat Waktu El Centro N-S yang direkam tanggal 15 Mei 1940. 5. Damper yang digunakan adalah jenis Metalic Yielding Damper berbentuk X dan Segi Empat. 6. Damper dihitung berdasarkan Stiffness Ratio dan tidak berdasarkan Stiffness Ratio. 7. Bangunan ditinjau dua (2) dimensi dengan lebar tiap portal 10 meter dan tinggi tiap lantai 3,75 meter. 8. Analisa struktur dihitung dengan menggunakan program SAP 2000 v14.

Model struktur yang akan dibahas pada tugas akhir ini. Gambar. 1.1.Sistem Rangka Pemikul Momen Gambar. 1.2 Sistem Rangka Berpengaku Konsentrik Gambar. 1.3 Bangunan menggunakan Yielding Damper 1.5 METODE PEMBAHASAN Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah studi literatur yaitu dengan mengumpulkan data data dan keterangan dari literature yang berhubungan dengan pembahasan pada tugas akhir ini dan masukan dari dosen pembimbing. Analisa struktur dilakukan dengan program computer yaitu program SAP 2000 v14.