BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian ( WHO, dalam Direja, 2011). Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang, dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain (UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, dalam Direja, 2011). Kesehatan jiwa adalah kondisi seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari stress yang serius (Rosdahi, 1999 dalam Direja, 2011). Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang mengalami kondisi stress dalam dirinya yang dapat menimbulkan gangguan jiwa. Temuan WHO menunjukkan, diperkirakan 873.000 orang bunuh diri setiap tahun. Lebih dari 90% kasus bunuh diri berhubungan dengan gangguan jiwa seperti depresi, skizofrenia, dan ketergantungan terhadap alkohol (Febriani, 2008). Data Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini, mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6% dan 0,46% menderita gangguan jiwa berat.
Hasil penelitian WHO di Jawa Tengah tahun 2009 menyebutkan dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah terdapat tiga orang yang mengalami ganguan jiwa. Skizofrenia adalah suatu penyakit persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2007). Skizofrenia terbentuk secara bertahap dan klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya dalam kurun waktu yang lama. Kerusakan yang perlahan-lahan ini yang akhirnya menjadi Skizofrenia yang tersembunyi dan berbahaya. Gejala yang timbul secara perlahan-lahan ini bisa saja menjadi Skizofrenia akut. Periode Skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat dan kuat, yang meliputi halusinasi, penyesatan pikiran (delusi), dan kegagalan berpikir (Yosep, 2011). Adapun gejala-gejala dari gangguan jiwa menurut Maramis dan Maramis (2009) gejala-gejala gangguan jiwa dapat berupa gangguan pada penampilan, wicara dan bahasa, sensorium dan fungsi kognitif : kewaspadaan/keterjagaan/kesadaran, perhatian dan konsentrasi, ingatan, orientasi, fungsi luhur, kemampuan abstraksi, kemampuan visuospasial, tilikan dan daya nilai, afek dan emosi, persepsi, psikomotor, kemauan/dorongan kehendak, kepribadian dan pola hidup. Manusia adalah mahluk sosial, dalam mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika individu yang terlibat
saling merasakan kedekatan sementara identitas pribadi tetap dipertahankan. Individu juga harus membina hubungan saling tergantung, yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan. Ketidakmampuan individu untuk beradaptasi terhadap lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan jiwa. Satu diantaranya adalah isolasi sosial (Stuart, 2007). Kerusakan interaksi sosial adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tingkah maladaptif dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya (Stuart dan sundeen, 1998 dalam Fitria, 2012) Upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan kejiwaan seseorang dapat dilakukan melalui pendekatan secara promotif, preventif dan rehabilitatif (Kusumawati dan Hartono, 2011). Hubungan antara perawat dan klien bisa terwujud dengan adanya interaksi yang terapeutik antara keduanya. Interaksi tersebut harus dilakukan sesuai dengan tahapan baku interaksi terapeutik perawat klien, karena setiap tahapan itu mempunyai tugas yang harus dilaksanakan oleh perawat agar hubungan yang dibangun dapat optimal. Ke empat tahap itu adalah tahap pra interaksi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi (Nurjannah, 2004). Berdasarkan studi kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas didapatkan bahwa penderita isolasi sosial pada 3 bulan terakhir pada tahun
2014 tercatat 912 orang mengalami gangguan jiwa. Dan yang mengalami isolasi sosial 16 klien (1,75%) pada bulan maret-mei 2014. Berdasarkan data dan permasalahan di atas dengan melihat akibat yang lebih dalam dari meningkatnya angka kejadian penderita skizofrenia yang antara lain berpengaruh terhadap gangguan isolasi sosial. Maka peran perawat sangat diutamakan dalam mengatasi masalah tersebut, sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan gangguan isolasi sosial. A. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu : 1. Tujuan umum Melaporkan Asuhan Keperawatan pada Ny.N dengan Isolasi Sosial selama 5-7 Juni 2014 di ruang Bima Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah untuk memaparkan dan melakukan pembahasan mengenai : a. Pengkajian pada Ny.N dengan Isolasi sosial. b. Analisa data hasil pengkajian dan menetapkan diagnosa keperawatan. pada Ny.N dengan isolasi sosial. c. Rencana tindakan keperawatan pada Ny.N dengan isolasi sosial.
d. Implementasi keperawatan pada Ny.N dengan isolasi sosial. e. Evaluasi terhadap implmentasi keperawatan yang telah dilakukan pada Ny.N dengan isolasi sosial. B. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data untuk penyusunan laporan ini digunakan cara sebagai berikut : 1. Observasi Partisipatif Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi terhadap klien secara langsung, melaksanakan asuhan keperawatan pada klien. 2. Wawancara Pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab atau anamnesis pada klien, keluarga, dan pada perawat ruangan. 3. Studi Literatur Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggali sumber-sumber pengetahuan melalui buku-buku atau jurnal terkini dengan cara membaca dan mempelajari bahan yang ada hubungannya dengan isolasi sosial. 4. Studi Dokumentasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah catatan-catatan khusus klien yang terdapat pada format-format dokumentasi maupun yang terdapat pada rekam medis.
C. Tempat dan Waktu Asuhan keperawatan pada Ny.N dengan Isolasi Sosial dilakukan di Ruang Bima RSUD Banyumas pada tanggal 5-7 Juni 2014. D. Manfaat Penulisan Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi tenaga kesehatan dalam mengelola kasus isolasi sosial juga sebagai informasi bagi tenaga kesehatan lainnya terutama dalam pengelolaan kasus isolasi sosial. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan untuk penyusunan tugas akhir ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN Membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, pengumpulan data, tempat dan waktu, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Membahas tentang pengertian, etiologi, tanda dan gejala, rentang respon, patopsikologi, pohon masalah, diagnosa keperawatan, dan rencana tindakan keperawatan.
BAB III : LAPORAN KASUS Membahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi. BAB IV : PEMBAHASAN Menguraikan tentang pembahasan kasus. Pembahasan yang menelaah kesenjangan antara teori dengan masalah laporan kasus dalam hal pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi serta pembahasan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran yang diberikan terkait tentang kesimpulan dari pembahasan kasus secara teori dan langsung yang terjadi di lapangan serta saran yang penulis berikan kepada berbagai pihak. Karya tulis ilmiah ini diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran