11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI DOMPU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2007 WALIKOTA PRABUMULIH,

BUPATI LOMBOK TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NUNUKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2007

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 22 Tahun 2006 Serie : E Nomor : 15 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG (BPK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka sebagai perwujudan demokrasi di dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelayanan kepada masyarakat agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Diundangkan pada tanggal 8 Agustus 1950) ; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493 ) yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548 ) ;

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4587). 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4593). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN dan BUPATI LAMONGAN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lamongan ; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah ; 3. Kepala Daerah adalah Bupati Lamongan ; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamongan ;

5. Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamongan dengan persetujuan bersama Kepala Daerah ; 6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah di Kabupaten Lamongan ; 7. Camat adalah Perangkat Daerah yang memimpin Kecamatan dalam Kabupaten Lamongan ; 8. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batasbatas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa ; 11. Perangkat desa adalah unsur pemerintah desa yang terdiri dari Sekretaris Desa dan perangkat desa lainnya ; 12. Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa ; 13. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat ; 14. Pemuka-pemuka Masyarakat adalah Pemuka/Tokoh dari kalangan adat, agama, organisasi kemasyarakatan golongan profesi dan unsur pemuka lainnya yang terdapat dan bertempat tinggal di Desa yang bersangkutan dengan memperhatikan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku; 15. Alokasi Dana Desa adalah dana yang di alokasikan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk Desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota; 16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh

Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan dengan Peraturan Desa ; 17. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama Kepala Desa ; 18. Dusun adalah bagian dari wilayah kerja Desa. BAB II KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS, WEWENANG, HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Kedudukan, Fungsi, Hak, Tugas dan Wewenang BPD Pasal 2 (1) BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa ; (2) Kedudukan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memperkuat Pemerintah Desa dalam melaksanakan hak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri secara demokratis sesuai dengan aspirasi masyarakat ; (3) Kedudukan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam menyelenggarakan pemerintahan desa harus menerapkan fungsi koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Desa. Pasal 3 BPD mempunyai fungsi : a. menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa ; b. menampung dan menyalurkan aspirasi Masyarakat. Pasal 4 BPD mempunyai tugas dan wewenang : a. membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa; b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa ; c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa; d. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa; e. menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan f. menyusun tata tertib BPD.

Pasal 5 BPD mempunyai hak : a. meminta keterangan kepada Pemerintah Desa ; b. menyatakan pendapat. Pasal 6 (1) BPD mempunyai kewajiban menyampaikan informasi hasil kinerjanya kepada Masyarakat; (2) Penyampaian hasil kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan paling sedikit satu kali dalam satu tahun ; (3) Penyampaian hasil kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan melalui pertemuan atau media cetak. Pasal 7 Pengaturan lebih lanjut mengenai kedudukan, fungsi, tugas, wewenang, hak dan kewajiban BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 6 ini ditetapkan dalam Peraturan Tata Tertib BPD. Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Anggota BPD Pasal 8 Anggota BPD mempunyai hak : a. mengajukan rancangan Peraturan Desa; b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan pendapat; d. memilih dan dipilih; dan e. memperoleh tunjangan. Pasal 9 Anggota BPD mempunyai kewajiban : a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan; b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah Desa; c. mempertahankan dan memelihara Hukum Nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi Masyarakat; e. memproses pemilihan Kepala Desa; f. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; g. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat Masyarakat setempat; h. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga Kemasyarakatan. Pasal 10 (1) Pimpinan dan anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan keuangan Desa ; (2) Tunjangan pimpinan dan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam APB Desa. Pasal 11 (1) Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD ; (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa. Pasal 12 Pengaturan lebih lanjut mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan 9, ditetapkan dalam Peraturan Tata Tertib BPD. BAB III PENCALONAN, PENETAPAN DAN PERESMIAN Bagian Kesatu Pencalonan Anggota BPD Paragraf 1 Jumlah Anggota BPD Pasal 13 (1) Anggota BPD adalah wakil dari Penduduk Desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat ;

(2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas keterwakilan dari Ketua Rukun Warga, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya ; (3) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan desa ; (4) Jumlah anggota BPD yang dibutuhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah. Paragraf 2 Persyaratan Calon Anggota BPD Pasal 14 Calon anggota BPD adalah Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ; b. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia ; c. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau sederajat ; d. berusia paling rendah 20 tahun dan paling tinggi 55 tahun ; e. sehat jasmani dan rohani ; f. mengenal desanya dan dikenal oleh masyarakat desa setempat ; g. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat tinggal di desa yang bersangkutan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dengan tidak terputus- putus ; h. tidak sedang menjalani pidana penjara atau kurungan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan Hukum tetap. Paragraf 3 Mekanisme Pencalonan Anggota BPD Pasal 15 (1) 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan anggota BPD, BPD membentuk Panitia Pencalonan Anggota BPD dengan Keputusan BPD.

(2) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditunjuk dari keterwakilan Lembaga Kemasyarakatan, Tokoh masyarakat yang ada di desa yang bersangkutan serta perangkat desa dari unsur wilayah sebagai anggota tidak tetap, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut : a. 1 (satu) orang sebagai Ketua merangkap anggota ; b. 1 (satu) orang sebagai Sekretaris merangkap anggota ; c. Anggota. (3) Panitia Pencalonan Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas : a. menetapkan tata cara musyawarah mufakat ; b. menyusun jadwal pelaksanaan musyawarah mufakat pencalonan anggota BPD ; c. mengumumkan dan menerima pendaftaran bakal calon anggota BPD ; d. melakukan penelitian berkas persyaratan administrasi pendaftaran bakal calon anggota BPD yang hasilnya ditetapkan dalam berita acara hasil penelitian ; e. mengumumkan calon anggota BPD yang memenuhi syarat pencalonan ; f. mengundang seluruh perwakilan masyarakat yang terdiri dari Ketua Rukun Warga, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya yang termasuk di dalamnya calon anggota BPD yang memenuhi persyaratan ; g. memimpin dan memfasilitasi proses pelaksanaan musyawarah mufakat ; h. menyusun berita acara hasil musyawarah mufakat untuk disampaikan kepada BPD. Pasal 16 (1) Penjaringan bakal calon anggota BPD dilakukan oleh Panitia pencalonan anggota BPD dengan membuka pengumuman pendaftaran bakal calon anggota BPD ; (2) Pengumuman pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan 1 (satu) kali untuk jangka waktu 2 (dua) minggu.

Pasal 17 (1) Pendaftaran bakal calon anggota BPD harus berasal dan mewakili : a. Seluruh Rukun Warga atau Dusun yang ada di desa ; b. Seluruh golongan profesi yang ada di desa; c. Seluruh pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat yang ada di desa ; d. Lain-lain sesuai dengan kondisi desa yang ada. (2) Pendaftaran bakal calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan kelengkapan berkas persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14. Pasal 18 (1) Kelengkapan berkas persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), sebagai dasar penelitian administrasi oleh Panitia Pencalonan Anggota BPD ; (2) Hasil penelitian administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dalam berita acara hasil penelitian ; (3) Berita Acara hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sebagai dasar Panitia pencalonan untuk mengumumkan calon anggota BPD yang memenuhi syarat dan berhak mengikuti musyawarah mufakat. Pasal 19 (1) Jumlah calon anggota BPD yang terdaftar dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, harus memenuhi sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dari jumlah anggota BPD yang telah ditentukan keterwakilannya ; (2) Dalam hal tidak ada calon yang mendaftar atau jumlah calon pendaftar tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka dilakukan pengumuman pendaftaran kedua (II) sampai pengumuman ketiga (III) dengan jangka waktu masing-masing pengumuman 7 (tujuh) hari, dan dapat disertai dengan penurunan persyaratan yang disesuaikan dengan kondisi

sosial budaya masyarakat setempat, khususnya pada tingkat pendidikan. Pasal 20 (1) Peserta musyawarah pencalonan anggota BPD adalah seluruh Ketua Rukun Warga, perwakilan golongan profesi, perwakilan lembaga kemasyarakatan di desa, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya, termasuk di dalamnya calon bagi anggota BPD yang memenuhi persyaratan ; (2) Peserta musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diundang oleh Panitia Pencalonan Anggota BPD ; (3) Panitia Pencalonan Anggota BPD harus mengundang Kepala Desa dan Camat setempat sebagai pengarah. Pasal 21 (1) Pelaksanaan musyawarah dipimpin oleh Ketua Panitia Pencalonan Anggota BPD ; (2) Musyawarah dapat dilaksanakan bila kuorum telah terpenuhi, yaitu daftar hadir telah ditandatangani setengah ditambah 1 (satu) dari jumlah peserta musyawarah yang diundang ; (3) Dalam hal jumlah peserta musyawarah belum memenuhi kuorum, maka Ketua Panitia selaku Pimpinan musyawarah mengundur waktu pelaksanaan musyawarah paling lama 1 (satu) jam ; (4) Dalam hal sampai batas waktu pengunduran sebagaimana dimaksud pada ayat (3), kuorum belum terpenuhi, Pimpinan musyawarah menunda musyawarah sampai batas waktu yang ditentukan ; (5) Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) selambatlambatnya 7 (tujuh) hari, dan apabila kuorum tetap tidak terpenuhi, pelaksanaan musyawarah pencalonan Anggota BPD tetap dilanjutkan. Pasal 22 Peserta musyawarah mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapatnya sesuai dengan tata tertib yang ditetapkan. Pasal 23

(1) Peserta musyawarah yang tidak hadir, tidak dapat mewakilkan ; (2) Calon anggota BPD yang tidak hadir, tidak dapat mewakilkan tetapi berhak diusulkan untuk ditetapkan sebagai anggota BPD. Pasal 24 (1) Hasil musyawarah dan mufakat mengenai pencalonan anggota BPD, dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani oleh seluruh Panitia dengan dilampiri daftar hadir peserta musyawarah ; (2) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada BPD sebagai dasar untuk penetapan Keputusan BPD tentang Usulan Peresmian Anggota BPD ; (3) Bagi calon anggota BPD yang tidak diusulkan untuk ditetapkan menjadi Anggota dalam musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai calon pengganti anggota BPD antar waktu. Bagian Kedua Penetapan dan Peresmian Anggota BPD Pasal 25 (1) Usulan peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), disampaikan kepada Kepala Daerah oleh Kepala Desa melalui Camat untuk ditetapkan dalam Keputusan Kepala Daerah tentang Peresmian Anggota BPD ; (2) Sebelum memangku jabatannya, anggota BPD mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama di hadapan Masyarakat dan dipandu oleh Kepala Daerah ; (3) Susunan kata-kata sumpah/janji anggota BPD adalah sebagai berikut : Demi Allah (Tuhan), saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Anggota Badan Permusyawaratan Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya ; bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara ; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-Undang Dasar 1945 serta melaksanakan

segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya yang berlaku bagi desa, daerah, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 26 Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. BAB IV ALAT KELENGKAPAN BPD Pasal 27 (1) Alat kelengkapan BPD terdiri atas : a. Pimpinan b. Bidang-Bidang c. Panitia-Panitia atau Komisi-Komisi (2) Dalam melaksanakan tugasnya, BPD dibantu oleh Sekretariat BPD ; (3) Sekretariat BPD dipimpin oleh Sekretaris BPD yang berasal dari anggota BPD ; (4) Panitia atau komisi dibentuk sesuai dengan kebutuhan dengan Keputusan BPD. Pasal 28 (1) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) huruf a, terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan 1 (satu) orang Sekretaris ; (2) Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan dalam rapat musyawarah dan mufakat ; (3) Rapat pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kali, dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda ; (4) Hasil rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditetapkan dalam Keputusan BPD tentang Penetapan Pimpinan BPD yang ditandatangani oleh anggota tertua dan termuda.

BAB V RAPAT BPD Bagian Kesatu Pelaksanaan Rapat Pasal 29 (1) Pelaksanaan rapat BPD, sekurang-kurangnya dilakukan 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun ; (2) rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan untuk menetapkan APB Desa dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa. Pasal 30 (1) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD ; (2) Rapat BPD dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh sekurangkurangnya ½ (satu per dua) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan dapat ditetapkan dengan suara terbanyak ; (3) Dalam hal tertentu, rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 ( dua per tiga ) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan sekurangkurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir ; (4) Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD yang didasarkan pada Berita Acara dan/atau Notulen hasil rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD. BAB VI LARANGAN DAN PEMBERHENTIAN ANGGOTA BPD Bagian Kesatu Larangan Anggota BPD Pasal 31 (1) Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa ; (2) Pimpinan dan anggota BPD dilarang :

a. sebagai pelaksana proyek Desa; b. merugikan kepentingan umun, meresahkan sekelompok Masyarakat dan mendiskriminasikan Warga atau golongan Masyarakat lain; c. melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya; d. menyalahgunakan wewenang ; e. melanggar sumpah/janji jabatan. Bagian Kedua Pemberhentian Anggota BPD Pasal 32 (1) Anggota BPD berhenti karena : a. Meninggal dunia b. Atas permintaan sendiri c. Diberhentikan (2) Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, karena : a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru. b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan. c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD d. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan. e. tidak melaksanakan kewajiban sebagai anggota BPD. f. melanggar larangan sebagai anggota BPD. Pasal 33 (1) Dalam hal Pimpinan BPD berhenti sebelum masa jabatannya berakhir, diadakan penggantian pimpinan BPD ; (2) Mekanisme penggantian Pimpinan BPD dilakukan dalam rapat musyawarah dan mufakat ; (3) Masa jabatan pimpinan BPD pengganti adalah sisa waktu jabatan yang belum dijalani oleh pimpinan BPD yang diberhentikan. Pasal 34

(1) Anggota BPD yang berhenti diadakan pergantian antar waktu ; (2) Masa jabatan keanggotaan BPD pengganti antar waktu adalah sisa waktu yang belum dijalankan oleh anggota BPD yang berhenti ; (3) Mekanisme penetapan anggota BPD pengganti dilakukan dengan cara Rapat musyawarah dan mufakat yang diambilkan dari calon anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) ; (4) Usulan pemberhentian dan peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disampaikan oleh Kepala Desa kepada Kepala Daerah melalui Camat. BAB VII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 35 Setiap tindakan Penyidikan terhadap Anggota BPD yang bersangkutan harus memberitahukan kepada Kepala Desa. BAB VIII TATA CARA MENGGALI, MENAMPUNG DAN MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT Pasal 36 (1) Cara menggali dan menampung aspirasi masyarakat dapat dilakukan dengan melakukan sarasehan, anjangsana, temu warga atau bentuk lain sesuai dengan kondisi sosial budaya desa setempat ; (2) Menerima masukan, saran dan aspirasi masyarakat guna bahan pertimbangan kebijakan untuk disampaikan kepada Pemerintah Desa ; (3) Aspirasi masyarakat yang ditampung, disalurkan kepada Pemerintah Desa guna peningkatan penyelenggaraan pemerintahan desa. BAB IX HUBUNGAN KERJA Pasal 37

(1) Hubungan kerja BPD dengan Kepala Desa merupakan hubungan kemitraan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa ; (2) Hubungan kerja BPD dengan Lembaga kemasyarakatan merupakan hubungan konsultatif dan koordinatif. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 38 (1) Pembentukan BPD untuk pertama kalinya, dilaksanakan oleh Badan Perwakilan Desa ; (2) Dalam pembentukan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Perwakilan Desa melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 25 ayat (1) ; (3) Badan Perwakilan Desa yang ada sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, berakhir masa jabatannya setelah diresmikannya Anggota BPD. Pasal 39 Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 31 Tahun 2000 tentang Badan Perwakilan Desa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 40 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Pasal 41 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan.

Ditetapkan di : Lamongan Pada tanggal : 14 Agustus 2006 BUPATI LAMONGAN Ttd, M A S F U K PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA I. PENJELASAN UMUM. Bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 31 Tahun 2000 tentang Badan Perwakilan Desa yang pembentukannya didasarkan pada ketentuan Pasal 104 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan Pasal 42 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa perlu dilakukan peninjauan kembali. Selanjutnya untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42 atar (1) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka sebagai perwujudan demokrasi di dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelayanan kepada masyarakat agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Badan Permusyawaratan Desa. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Pasal 2 s/d 7 Pasal 8 huruf e Pasal 9 s/d 13 Pasal 14 huruf c Pasal 15 ayat (1) Pasal 16 ayat (1) Pasal 17 s/d 18 Pasal 19 ayat (2) Pasal 20 ayat (1) : Pasal ini dimaksudkan untuk menyamakan pengertian atau menyamakan arti dalam penggunaan beberapa istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini. : Cukup jelas. : Cukup jelas. : Cukup jelas. : Yang dimaksud dengan berpendidikan paling rendah tamat sekolah lanjutan tingkat pertama dan/atau sederajat adalah termasuk Kejar Paket B dan C : Jangka waktu 6 (enam) bulan sebagai jangka waktu maksimal adalah dimaksudkan untuk menghindari kekosongan (kevakuman) akibat berakhirnya masa jabatan bhakti anggota Badan Permusyawatan Desa. : Bakal calon dan atau calon anggota BPD tidak dapat merangkap sebagai panitia atau panilia pencalonan. : Cukup jelas. : Penurunan persyaratan dapat dilaksanakan terhadap tingkat pendidikan, usia dan domisili sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c, d dan g. : Setiap perwakilan dalam pelaksanaan musyawarah pencalonan anggota BPD harus mendapatkan rekomendasi dari Kepala Dusun.

Pasal 21 ayat (2) Pasal 22 s/d 23 Pasal 24 ayat (3) Pasal 25 s/d 30 Pasal 31 s/d 37 Pasal 38 Pasal 39 s/d 41 : Penentuan jumlah kuorum setelah ditambah 1 (satu) tersebut tidak termasuk Camat dan Kepala Desa. : Cukup jelas. : Penggantian Anggota BPD antar waktu harus berasal dari keterwakilan yang sama dan harus dimusyawarahkan. : Cukup jelas. : Cukup jelas. : Yang dimaksud dengan Badan Perwakilan Desa adalah Badan Perwakilan Desa yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. : Cukup jelas.