SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PENERIMAAN BEASISWA DI SMP N PRINGSEWU) Jumirin Jurusan tem Informasi STMIK Pringsewu Jl. Wisma Rini No. 09 Pringsewu Lampung website:www.stmikpringsewu.ac..id Email :jumirindunhill@gmail.com ABSTRAK Seiring dengan banyaknya sis kurang mampu dan sis berprestasi, maka di adakan beasis oleh dinas pendidikan,yang bertujuan untuk digunakan demi keberngsungan pendidikan yang di tempuh. Pembagian beasis di kukan untuk membantu seseoarang yang tidak mampu ataupun berprestasi sema studinya. Untuk membantu penentuan dam menetapkan seseorang yang yak merima beasis berdasarkan kriteria- kriteria yang ditentukan. Penelitian di tentukan dengan mencari nii bobot untuk setiap atribut, kemudian dikukan proses perangkingan yang akan menetukan alternative yang optimal, berdasarkan hasil pengujian system yang di bangun dapat membantu kerja tim menyeleksi beasis dam mekukan penyeleksian beasis dan mempercepat proses penyeleksian beasis. Kata Kunci: tem pendukung keputusan, beasis, analytical hierarchy process. Pendahuluan. Latar Bekang Pemberian beasis merupakan program kerja yang ada pada setiap sekoh. Program beasis diadakan untuk meringankan beban sis dam menempuh masah studi khususnya dam masah biaya. Maka pada setiap ajaran baru, bagian kesisan menyeleksi sis- sis yang yak mendapatkan beasis. Proses seleksi siapakah yang berhak menerima beasis pada SMP N Pingsewu masih mengami kenda pada proses hasil pengambin keputusan. Hal ini dikarenakan belum ada metode yang objektif untuk memutuskan dengan cepat, berdasarkan data yang ada siapa saja yang berhak menerima beasis tersebut. Untuk itu maka penelitian ini mencoba mengggunakan metode Analytical Hierarcy Process. Metode Analytical Hierarchy Process adah sah satu metode yang digunakan untuk penyelesaian sistem pengambin keputusan. Ada mekanisme yang digunakan dam penghitungan AHP di antaranya menggunakan metode konvensional (manual), baik itu menggunakan normalisasi ataupun tidak, dan menggunakan perangkat lunak, seperti expert choice. Penelitian ini akan membahas penghitungan AHP secara manual dan menggunakan expert choice, untuk mendapatkan hasil keputusan yang konsisten (inconsistency = 0,00). Kesahan biasanya terjadi pada penentuan bobot dan proses
membandingkan secara berpasangan. Perbandingan berpasangan yang tidak benar akan menghasilkan keputusan yang tidak konsisten. Metodologi yang digunakan adah tinjauan pustaka dan pengohan data.. Landasan Teori. Konsep tem Pendukung Keputusan Menurut Mat dan Watson, tem Penunjang Keputusan (SPK) merupakan suatu sistem interaktif yang membantu pengambin keputusan melui penggunaan data dan model-model keputusan untuk memecahkan masahmasah yang sifatnya semi terstruktur dan tidak terstruktur. Sedangkan menurut Moore dan Chang, SPK adah sistem yang dapat dikembangkan, mampu mendukung analisis data dan pemoden keputusan, berorientasi pada perencanaan masa mendatang, serta tidak bisa direncanakan interval (periode) ktu pemakaiannya. Bonezek, Hosapple dan Whinston mendefinisikan SPK sebagai suatu sistem yang berbasiskan komputer yang terdiri dari komponen yang berinteraksi satu dengan yang innya, yaitu:. Language system, adah suatu mekanisme untuk menjembatani (interface) pemakai dan komponen innya.. Knowledge system, adah repositori pengetahuan yang berhubungan dengan masah tertentu baik berupa data maupun prosedur.. Problem processing system, adah sebagai penghubung kedua komponen innya, berisi satu atau beberapa kemampuan manipusi atau menyediakan masah secara umum, yang diperlukan dam pengambin keputusan... Karakteristik tem Pendukung Keputusan Karakteristik dari tem Pendukung Keputusan yang membedakan dari sistem informasi innya adah:. SPK dirancang untuk membantu pengambil keputusan dam memecahkan masah yang sifatnya semi terstruktur ataupun tidak terstruktur.. Dam proses pengohannya, SPK mengkombinasikan penggunaan model-model/teknikteknik analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi pencari/interogasi informasi.. SPK dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan/dioperasikan dengan mudah oleh orang-orang yang tidak memiliki dasar kemampuan pengoperasian komputer yang tinggi. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan biasanya model interaktif.. SPK dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi. Sehingga mudah disesuaikan dengan berbagai perubahan lingkungan yang terjadi dan kebutuhan pemakai... Keuntungan dan Keterbatasan rem Pendukung Keputusan tem pendukung keputusan dapat memberikan berbagai manfaat atau keuntungan bagi pemakainya, antara in:. Memperluas kemampuan pengambin keputusan dam
memproses data/informasi bagi pemakainya.. Membantu pengambin keputusan dam hal penghematan ktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masah terutama berbagai masah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.. Dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat diandalkan.. Waupun suatu tem Pendukung Keputusan, mungkin saja tidak mampu memecahkan masah yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun dapat menjadi stimun bagi pengambil keputusan dam memahami persoannya, karena sistem pendukung keputusan mampu menyajikan berbagai alternatif.. Dapat menyediakan bukti tambahan untuk memberikan bukti tambahan untuk memberikan pembenaran sehingga posisi pengambil keputusan... Komponen-komponen tem Pendukung Keputusan Efraim Turban, dam bukunya Decision support system and Intelligent System, Aplikasi tem Pendukung Keputusan bisa dikomposisikan dengan subsistem berikut ini:.. AHP (Analytical Hierarchy Process) Menurut Turban, Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, yang berguna membantu pengambil keputusan untuk mendapat keputusan terbaik dengan membandingkan faktor-faktor yang berupa kriteria. AHP memungkinkan pengambil keputusan untuk menghadapi faktor yang nyata dan faktor yang tidak nyata dengan AHP. seseorang dapat mengatur pendapat dan intuisi dengan cara logika menggunakan hierarki dan memasukkan peniian berdasarkan pengertian dan pengaman. Pendekatan ini dapat menerima faktor ketidakpastian dan mengijinkan perubahan sehingga individu dan kelompok bisa menghadapi semua persoan. Jaban yang dihasilkan dapat dites untuk sensitivitas merubah peniian. Masah dipecahkan menjadi unsur-unsur pokok yang lebih kecil sehingga pembuat keputusan hanya membuat peniian perbandingan yang lebih sederhana melui hierarki untuk sampai kepada seluruh prioritas alternatif tindakan.. Implementasi tem. Mendefinisikan Masah dan Solusi Yang Diinginkan Masah yang muncul adah bagaimana memutuskan untuk memilih sis yang akan mendapat beasis yang sesuai dengan syarat dan prioritas yang teh ditetapkan oleh pemegang keputusan, dam hal ini adah pihak sekoh. Solusi yang diinginkan adah menetapkan sis penerima beasis yang sesuai dengan kriteria syarat dan prioritas yang teh ditetapkan. Gambar. Komponen SPK
. Pengelompokan Kriteria-Kriteria Menjadi Sebuah Hirarki Kriteria- kriteria yang mempengaruhi di dam pengambin keputusan dikelompokkan ke dam kriteria, di antaranya prestasi sis, faktor ekonomi orang tua, dan faktor inklusi. Masingmasing kriteria digambarkan dam hirarki di bah ini: Gambar. Hirarki Kriteria. Menentukan Ska Untuk Perhitungan Bobot Kriteria Untuk menghitung bobot dari masingmasing kriteria, sistem akan meminta input dari pengguna mengenai intensitas kepentingan dari kriteria-kriteria yang dibagi menjadi kriteria, yaitu: kriteria prestasi, kriteria ekonomi, dan kriteria inklusi. Berikut ini adah ukuran yang ditetapkan untuk menii suatu kriteria: Tabel. Bobot Kriteria Ukuran Nii Sangat penting Penting Cukup Penting Kurang Penting. Menentukan ska untuk data per calon Berikut ini adah aturan peniian yang akan diberikan untuk menghitung nii dari masing-masing calon:. Prestasi Tabel. Paramater Ukuran Berdasarkan Prestasi Ukuran Nii Tidak berprestasi Berprestasi tingkat sekoh Berprestasi tingkat kota Berprestasi tingkat provinsi Berprestasi tingkat nasional. Ekonomi Tabel. Paramater Ukuran Berdasarkan Ekonomi Ukuran Nii Mampu: Penghasin orang tua >= Rp.juta Tidak Mampu: Penghasin orang tua Rp. 00 ribu-juta Sangat Tidak Mampu: Penghasin orang tua < 00 ribu. Inklusi Tabel. Ukuran Berdasarkan Inklusi Ukuran Nii Tidak cacat, tidak bodoh, tidak IQ superior (normal) Bodoh IQ superior Cacat. Membuat matrik perbandingan berpasangan Berikut merupakan matrik berpasangan yang menggambarkan kontribusi retif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya
Tabel. Matriks Perbandingan Level Ska Prest asi Ekon omi Inklu si Bobo t Prest asi,00,, 0, Ekon omi 0,0,00,00 0, Inklu si 0,0,00,00 0,,0,,,00 Berikut adah alternatif-alternatif sis calon penerima beasis dengan masingmasing kriteria (secara berurutan menurut prestasi, ekonomi, dan inklusi): a. : berprestasi tingkat sekoh, tidak mampu,cacat. b. : tidak berprestasi, sangat tidak mampu, dan bodoh. c. : berprestasi tingkat kota, tidak mampu, dan IQ superior. d. : berprestasi tingkat provinsi, mampu, dan normal. e. : berprestasi tingkat sekoh, sangat tidak mampu, dan normal. Tabel. Matriks Perbandingan Level Berdasarkan Prestasi S ka Bob ot 0, 0, 0,, 0,9, 0, 0, 0,,, 0, 0,0 9 0,9,,00 Tabel. Matriks Perbandingan Level Berdasarkan Ekonomi S ka Bob ot 0, 0, 0,,, 0,9 0, 0, 0, 0,,, 0, 0,,,, 0, 0,0 9 0,9,,00 Tabel 8. Matriks Perbandingan Level Berdasarkan Inklusi S ka 0, Bob ot, 0, 0, 0, 0, 0,8, 0, 0, 0, 0,,8, 0,8 0, 0,0 0, 0,0,,00 Langkah terakhir dari proses AHP adah perhitungan total nii pada masingmasing calon dengan cara mengalikan bobot utama pada level dengan nii calon per kategori yang teh dihitung pada proses sebelumnya. Perhitungan total nii digambarkan pada tabel berikut, yaitu:
Tabel 9. Matriks Nii Total dari Masingmasing Calon Prestas i Ekonom i Inklus i Bobo t w 0,0 0,08 0,09 0, a w 0,08 0,08 0,08 0, a w 0, 0,08 0,08 0, a w 0, 0,0 0,09 0,8 a w a 0,0 0,08 0,09 0, Berdasarkan perhitungan matriks seleksi penerimaan beasis di atas, dipilih dengan nii prioritas sebesar 0, atau %. Gambar. Hasil Implementasi Menggunakan Expert Choice. Hasil Implementasi Dengan Softre Expert Choice Untuk mendapatkan hasil keputusan yang konsisten (inconsistency = 0,00), data hasil oh manual dengan nii < perlu diadaptasi untuk pairwise comparison, menggunakan rumus: Contoh: aij = artinya perbandingan mengarah ke kanan pada pairwise comparison, ditandai dengan rna merah. Gambar. Hasil Prioritas Penerima Beasis Gambar. Pairwise Comparison Pada Expert Choice. Kesimpun Dari bahasan yang teh disimpulkan dapat diambil kesimpun sebagai berikut:. Metode AHP secara manual dapat dijadikan patokan untuk pemasukan data pada expert choice
. Untuk menggunakan expert choice dibutuhkan data penghitungan manual yang akurat.. Kesahan dam pemasukan data pada expert choice akan berpengaruh fatal pada data yang dihasilkan Beberapa saran pengembangan termasuk:. Dibutuhkan suatu perangkat lunak yang handal untuk menyelesaikan penghitungan data untuk sistem pendukung keputusan yang menggunakan metode AHP, sehingga data yang dihasilkan akurat.. Dam pengohan database dan pengaksesan tem Pendukung Keputusan yang diusulkan hanya dikukan oleh orang-orang yang berkepentingan dan bertanggung jab saja, karena proses pengambin keputusan dapat disahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jab. Daftar Pustaka Amardyah Amboroti (00). tem Penunjang Keputusan Pemilihan Perumahan dengan Metode AHP menggunakan Expert Choice. --------------- (00). Modul Praktikum Teknik Industri III. Universitas Widyatama. tem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyan Berprestasi Berdasarkan Kinerja. Johannes Sinaga (009). Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dam Pemilihan Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sebagai Tempat Kerja Mahasis Universitas Sumatera Utara. Sotir, Sotirov and Andrey, Nenov (000). Tutorials Expert Choice,Vol. No., Maret 00, ISSN : 9, Computer Science Journal 8