BAB I PENDAHULUAN. kondisi sehat, baik fisik-bio-psiko-sosio-spiritual. Karena dengan kondisi sehat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENERIMAAN DIRI PENDERITA GAGAL GINJAL TERMINAL. Muhammad Dody Kurniawan Rina Mulyati INTISARI

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB 1 PENDAHULUAN. secara progresif dan ireversibel, saat ini angka kejadian gagal ginjal kronik

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. pasien penyakit gagal ginjal kronik di Amerika Serikat adalah orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG MENJALANI HEMODIALISA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

NOVIANI SABTINING KUSUMA PUTRI J

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik. sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, baik sehat secara fisik maupun sehat secara psikis, karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua manusia di dunia ini pasti menginginkan hidupnya selalu dalam kondisi sehat, baik fisik-bio-psiko-sosio-spiritual. Karena dengan kondisi sehat fisik dan psikis, manusia dapat melakukan segala aktivitas dengan baik. Namun bila kesehatan mulai terganggu, seperti gagal ginjal terminal dan jantung, kanker, diabetes melitus dan HIV/AIDS Taylor (dalam Kurniawan & Mulyati (n.d)) akan membuat seseorang hidup dalam keputusasaan yang berdampak terhadap konsep diri penderita itu sendiri. Penyakit gagal ginjal dapat menyerang siapa saja, baik wanita ataupun pria, dan tidak mengenal batasan usia. Menurut Suhardjono,dkk (dalam Suyono, 2001), data dari negara maju (Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jepang) didapatkan variasi yang cukup besar pada insiden dan prevalensi GGK (Gagal Ginjal Kronis) terminal. Insiden berkisar antara 77-283 per juta penduduk (PJP), sedangkan prevalensi yang menjalankan dialisis 476-1150 PJP. Dari data dari wilayah Jabar dan Banten dua tahun terakhir ini, bisa terlihat peningkatan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis. Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo yang bertempat di Jl. Gumberg No. 1 Purwokerto khususnya di Instalasi Hemodialisa, jumlah tindakan terapi hemodialisis yang dilakukan pada tahun 2007 berjumlah 8206 tindakan, tahun 2008 sebanyak 9048 tindakan dan pada tahun 2009 sebanyak 8946 tindakan. Pada tahun 2010 terdapat pasien baru yang menjalani

2 terapi hemodialisis sebanyak 115 terhitung bulan Agustus.. Kapasitas ruang dapat menampung 30 hingga 36 orang beserta peralatan hemodialisa. Umumnya penderita tidak menyadari bahwa dirinya menderita penyakit gagal ginjal kronis, dikarenakan penyakit ini berlangsung bertahap dan bertahuntahun. Penderita baru mengetahui bahwa dirinya menderita gagal ginjal sudah memasuki tahap terminal. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam tubuh) Brunner dan Suddarth (dalam Smeltzer dan Bare, 2001). Pada stadium ini ginjal tak mampu lagi beradaptasi atau mengkompensasi fungsi-fungsi yang seharusnya diemban oleh ginjal yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga memerlukan terapi atau penanganan untuk menggantikan fungsinya yang disebut terapi pengganti ginjal atau Renal Replacement Therapy. Roesli (dalam Kurniawan & Mulyati, n.d) menuliskan bahwa penderita gagal ginjal terminal membutuhkan terapi pengganti ginjal (TPG) untuk dapat menggantikan fungsi ginjalnya di mana sampai saat ini terdapat dua macam terapi pengganti ginjal yaitu, hemodialisis atau dalam istilah yang awam dikenal dengan terapi cuci darah dan transplantasi ginjal yang dapat diperoleh dari donor hidup ataupun jenazah. Sedangkan metode dialisis ada dua jenis yaitu metode cuci darah (haemodialysis atau disingkat HD) dan cuci perut (peritoneal dialysis, disingkat PD).

3 Di Indonesia hemodialisis dilakukan 2 kali seminggu dengan setiap hemodialisis dilakukan selama 5 jam. Di senterdialisis lain ada juga dialisis yang dilakukan 3 kali seminggu dengan lama dialisis 4 jam, ungkap Rahardjo, dkk (dalam Suyono, 2001). Individu dengan hemodialisis jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Mereka biasanya menghadapi masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Pasien-pasien yang berusia lebih muda khawatir terhadap perkawinan mereka, anak-anak yang dimilikinya dan beban yang ditimbulkan pada keluarga mereka, terang Brunner dan Suddarth (dalam Smeltzer dan Bare, 2001). Permasalahan itu muncul dari sebagai akibat dari manifestasi penyakit gagal ginjal itu sendiri. Suhardjono, dkk (dalam Suyono, 2001) mengungkapkan, seperti halnya edema (pembengkakan pada bagian tubuh tertentu) di ekstremitas bawah akibat dari penimbunan cairan, kulit berwarna pucat akibat anemia dan sering kali memperlihatkan warna kuning keabu-abuan karena penimbunan karotenoid dan pigmen urine pada dermis (Putri, 2009). Selain itu, gagal ginjal juga menyebabkan imunitas menurun sehingga penderita mudah terserang penyakit lain, terang Suhardjono, dkk (dalam Suyono, 2001). Menurut hasil penemuan Kurniawan & Mulyati (n.d) di lapangan, mereka juga sering mengeluhkan banyak hal termasuk kondisi dan kemampuan fisik mereka yang sudah banyak mengalami penurunan, mereka menjadi merasa tidak

4 mandiri sehingga berfikir bahwa dirinya hanya merepotkan orang lain, selain itu mereka juga merasa bahwa dirinya tidak memiliki suatu hal yang dapat dibanggakan. Permasalahan psikologis pasien gagal ginjal terminal mulai dirasakan dan ditunjukan sejak pertama kali pasien divonis mengalami gagal ginjal. Beberapa pasien merasa frustasi, putus asa, marah dan adanya perasaan tidak percaya akan hasil diagnosa dokter (Iskandarsyah, 2006). Dari hasil interview yang dilakukan oleh Iskandarsyah (2006) didapatkan bahwa setelah mengalami sakit, mereka merasa rendah diri sehingga membuat mereka menjadi jarang bertemu dengan orang lain. Pada beberapa pasien mengaku dirinya diliputi oleh perasaan cemas, khawatir dan adanya perasaan takut mati. Apalagi bila mengetahui bahwa teman sesama pasien gagal ginjal yang sedang melakukan terapi hemodialisis meninggal dunia. Menurut Mira (dalam Iskandarsyah, 2006), dari hasil penelitian tentang pengalaman hidup pasien gagal ginjal kronis yang melakukan terapi hemodialisis, terdapat enam tema utama yang muncul, yaitu: kemarahan karena penyakitnya telah membuat dirinya menderita, keputusasaan, ketidak berdayaan, merasa lelah menjalani hemodialisis, merasa baik dalam dukungan keluarga dan pasrah kepada Tuhan yang memberi kekuatan untuk menghadapi penyakitnya. Konsep diri memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku individu tersebut yaitu sebagai cermin bagi individu dalam memandang dirinya. Individu akan bereaksi terhadap lingkungannya sesuai dengan konsep dirinya. Konsep diri yang baik memudahkan seseorang untuk mengantisipasi reaksi dari

5 orang lain. Konsep diri memiliki beberapa bagian seperti gambaran diri (body image) yaitu sikap seseorang terhadap dirinya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart & Sundden, 1991). Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. Hurlock (dalam Kurniawan & Mulyati (n.d)), berpendapat bahwa individu yang menerima karakteristik pribadinya, maka ia akan menyukai dirinya dan merasa orang lain juga akan menyukai kualitas yang ada pada dirinya. Maka dari itu dukungan keluarga dirasakan sangatlah perlu diberikan kepada pasien gagal ginjal terminal yang melakukan terapi hemodialisis. Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Empat aspek dukungan emosional adalah empati, simpati, kepedulian dan perhatian. Dukungan emosional dalam keluarga mempunyai peranan penting untuk meningkatkan harga diri individu dalam mengatasi penyakitnya. Dukungan dari orang tua, istri, suami, anak dan kerabat yang diberikan kepada penderita mempengaruhi cara individu tersebut dalam menghadapi penyakitnya dan membentuk konsep diri yang baik. Konsep yang terjadi dari efek saling

6 ketergantungan dalam hubungan antara keluarga dengan penderita dalam kaitanya dengan konsep diri dan identifikasi yang terjadi secara altruisme melalui proses emosional yang dimuati unsur empati dan intiutif. Beberapa penelitian menunjukan bahwa individu yang memiliki interaksi yang dekat dengan teman dan kerabat lebih dapat menghindari penyakit sedangkan untuk mereka yang sedang menjalani masa penyembuhan akan sembuh lebih cepat apabila mereka memiliki keluarga yang menolong mereka Baron & Sheredian (dalam Kurniawan & Mulyani, n.d ). Dikatakan pula individu yang merasa menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih suka mengikuti nasehat medis DiMatteo & DiNikola, (dalam Kurniawan & Mulyani, n.d). Martin & Sarafino (dalam Kurniawan & Mulyani, n.d) menemukan bahwa penderita kanker merasa dukungan emosional dan dukungan pada harga diri lebih banyak menolong dalam megatasi masalah yang mereka hadapi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latarbelakang, yaitu dengan meningkatnya pasien gagal ginjal kronis menurut Suhardjono,dkk ( dalam Suyono, 2001), data dari negara maju (Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jepang) didapatkan variasi yang cukup besar pada insiden dan prevalensi GGK (Gagal Ginjal Kronis) terminal. Insiden berkisar antara 77-283 per juta penduduk (PJP), sedangkan prevalensi yang menjalankan dialisis 476-1150 PJP. Dan adanya peningkatan pasien baru gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis sebanyak 115

7 pasien di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Penyakit ini menimbulakan masalah baik fisik, psikis, sosial bahkan finansial yang memerluka konsep diri dan dukungan keluarga yang baik agar dapat menerima keadaan tersebut dengan baik. Seperti yang diungkapkan oleh Baron dan Sheredian (dalam Kurniawan & Mulyati, n.d), bahwa individu yang memiliki interaksi yang dekat dengan teman dan kerabat lebih dapat menghindari penyakit sedangkan untuk mereka yang sedang menjalani masa penyembuhan akan sembuh lebih cepat apabila mereka memiliki keluarga yang menolong mereka. Pasien yang mendapatkan dukungan, perhatian, penghiburan dan pengakuan akan meningkatkan konsep diri. Dari masalah tersebut sehingga dapat dirumuskan permasalahan: sejauh mana hubungan dukungan keluarga dengan konsep diri pasien gagal ginjal kronis yang melakukan terapi hemodialisis. C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga dengan Konsep Diri pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Melakukan Terapi Hemodialisis. b. Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi tingkat dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronis yang melakukan terapi hemodialisis. 2. Mengidentifikasi konsep diri pasien gagal ginjal kronis yang melakukan terapi hemodialisis.

8 3. Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan konsep diri pada pasien gagal ginjal kronis yang melakukan terapi hemodialisis. 4. Mengidentifikasi variabel dukungan keluarga yang paling dominan berhubungan konsep diri pada pasien gagal ginjal kronis yang melakukan terapi hemodialisis. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti dan profesi Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja perawat melalui intervensi keperawatan yang ditujukan kepada pasien yang beresiko mengalami perubahan konsep diri saat melakukan terapi hemodialisis. Hasil penelitian ini akan menambahkan wawasan perawat tentang hubungan dukungan keluarga dengan konsep diri pada pasien gagal ginjal kronis yang sedang melakukan terapi hemodialisis. 2. Bagi responden Hasil penelitian ini dimaksudkan kepada pasien agar dapat menerapkan konsep diri yang baik, sehingga dalam menghadapi hidupnya dengan penuh rasa optimis. Dan untuk keluarga pasien agar selalu memberikan dukungan, perhatian baik fisik ataupun psikis yang baik agar pasien merasa dihargai, dianggap, diharapkan dan berguna bagi orang lain yang ada disekitarnya.

9 3. Bagi institusi pendidikan dan ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk menambah literature perpustakaan di FIKES UMP dan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya. 4. Bagi instansi terkait Sebagai bahan informasi bagi perawat RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto tentang hubungan dukungan keluarga dengan konsep diri pasien gagal ginjal kronis yang melakukan terapi hemodialisis. E. Penelitian Terkait 1. Penelitian Kurniawan dan Mulyati (n.d) tentang Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penerimaan Diri Penderita Gagal Ginjal Terminal Didapatkan hasil penelitian sebagai berikut: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan penerimaan diri pada penderita gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa. Dugaan awal yang diajukan dalam peneliyian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan penerimaan diri pada penderita gagal ginjal terminal. Semakin tinggi dukungan sosial yang diperoleh semakin tinggi pula penerimaan diri subjek, demikian pula sebaliknya. Subjek dalam penelitian adalah para penderita gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa di unit hemodialisa RS PKU

10 Muhammadiyah Yogyakarta, yang berusia antara 20-60 tahun. Data dikumpulkan dengan metode skala untuk mengetahui dukungan sosial yang dirasakan dan penerimaan diri yang diperoleh, untuk skala Dukungan Sosial berjumlah 128 item, mengacu pada aspek dukungan sosial yang dikemukakan oleh House dan Kahn (1985) dan skla Penerimaan Diri yang berjumlah 60 item mengacu pada delapan karakteristik penerimaan diri yang diungkapkan Sheerer (Cronbach, 1963). Data penelitian dianalisis dengan teknik uji korelasi statistik nonparametrik dari Spearman-rho karena sebaran data tidak normal dengan bantuan program SPSS versi 11.5. hasilnya ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan penerimaan diri pada penderita gagal ginjal terminal, dibuktikan dengan nilai korelasi sebesar 0,503 dengan p = 0,000 (p<0.01), yang berarti bahwa semakin tinggi tingkat dukungan sosial yang dirasakan oleh penderita maka semakin tinggi pula tingkat penerimaan dirinya, begitu pula sebaliknya. Subjek umumnya memiliki tingkat penerimaan diri yang tergolong sedang. 2. Penelitian oleh Aulia Iskandarsyah (2006) yang berjudul Hubungan Antara Health Locus of Control dan Tingkat Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di RS NY. R.A. Habibie Bandung Dengan hasil penelitian : gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang berat dan menimbulkan gangguan psikologis, hal ini terlihat pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Adanya dampak

11 dari penyakit dan prosedur pengobatan yang harus dijalaninya merupakan situasi yang menekan. Kondisi ini mengakibatkan dampak yang berbeda dari setiap pasien, dari yang mengalami gangguan mood ringan sampai dengan yang menampilkan gejala-gejala depresi. Setiap pasien pasti mempunyai keyakinan kendali atau Health Locus of Control yang berbeda, keyakinan ini akan menentukan sejauh mana pasien mengalami tingkat depresi yang diakibatkan kondisi gagal ginjal kronis yang diakibatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran dan kejelasan secara empirik mengenai hubungan antara Health Locus of Control dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RS Khusus Ginjal Ny. Habibie Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan karakteristik sebagai berikut : penderita gagal ginjal kronis yang menderita sakit paling lama 4 tahun dan berumur 40-60 tahun. Dalam penelitian ini sample yang memenuhi karakteristik sampel berjumlah sebanyak 20 orang. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara Health Locus of Control dengan tingkat depresi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RS. Khusus Ginjal Ny. Habibie Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan The Multidimensional Health Locus of Control Scales from C dari Wallston dan De Vellis dan The Beck depression inventory dari Aaron T. Beck.

12 Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa data nominal, pengolahan data mmenggunakan metode statistik non parametrik, yaitu uji Chi-Kuadrat. Berdasarkan perhitungan uji korelasi Chi-Kuadrat dengan taraf signifikansi (alfa) = 0,05, menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara health locus of control dengan tingkat depresivitas pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RS. Khusus Ginjal Ny. Habibie Bandung. Sedangkan yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tempat penelitian, waktu penelitian dan variabel yang diteliti.