Pengaruh Pelatihan Alternate Leg Bound dan Knee Tuck Jump terhadap Daya Ledak Otot Tungkai I Wayan Andi Suandika, I Ketut Sudiana, I Nyoman Sudarmada Ilmu Keolahragaan FOK Universitas Pendidikan Ganesha, Kampus Tengah Undiksha Singaraja, Jalan Udayana Singaraja Bali Tlp. (0362) 32559 g-mail:suandika.aa@gmail.com, sudiana 67@yahoo.co.id, inyomansudarmada@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh pelatihan alternate leg bound dan knee tuck jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada peserta ekstrakurikuler bola voli SMP Negeri 2 Singaraja. Jenis penelitian ini eksperimen semu dengan rancangan the non-randomized control group pretest posttest design. Subjek penelitian berjumlah 36 orang, dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan hasil pretest dengan menggunakan teknik ordinal pairing. 12 orang diberikan pelatihan alternate leg bound, 12 orang diberikan pelatihan knee tuck jump, dan 12 orang kelompok kontrol daya Ledak diukur dengan tes vertical jump. Data dianalisis dengan uji F (one way anova) pada taraf signifikansi (α) = 0,05 dengan bantuan program SPSS 16.0. Hasil analisis menunjukan adanya perubahan nilai rata-rata pada variable daya ledak. Pada kelompok alternate leg bound terjadi peningkatan 3,59, pada kelompok knee tuck jump meningkat 7,5 dan pada kelompok kontrol tidak terdapat peningkatan daya ledak, Hasil uji one way anova variable daya ledak antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol didapat F hitung sebesar 20,377 dan signifikasi 0,000 yang berarti terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan alternate leg bound dan knee tuck jump. Berdasarkan hasil uji LSD pelatihan knee tuck jump lebih baik pengaruhnya dibandingkan pelatihan alternate leg bound terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai. Berdasarkan analisis data dalam pembahasan dapat disimpulkan pelatihan alternate leg bond dan knee tuck jump berpengaruh terhadap daya ledak, terdapat perbedaan pengaruh terhadap daya ledak dan pelatihan knee tuck jump lebih berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dibandingkan pelatihan alternate leg bound. Kata-kata kunci: pelatihan alternate leg bound, pelatihan knee tuck jump, daya ledak otot tungkai Abstract This research is aimed to knowing the effect of alternate leg bound training and knee tuck jump to the enhancement the explosive power leg muscles. This type of research is use quasi-experiment with the non-randomized control group pretest posttest design. The subject of this research is student participant of volley ball extracurricular SMP Negeri 2 Singaraja as much 36 people, and then divided into 3 groups with ordinal pairing technique that is 12 people given alternate leg bound, 12 people given knee tuck jump training, and 12 people control groups. Explosive power is measured by vertical jump test. Data was analyzed by F test ( one way anova) with significance level (α)= 0,05, through SPSS 16.0. Analysis result indicate a change in the average value of the variable explosive power. In alternate lef bound groups there is increased, in knee tuck jump groups increase and contril goups there is not increased explosive power. The result of one way anova test, explosive power variables between the treatment groups and control group gained f count 20,377 and significance 0.000 that mean contained different effect between alternate leg bound training and knee tuck jump. Based of the result LSD test, knee tuck jump groups training have a better effect than alternate leg bound to the enhancement explosive power leg muscles. Keywords : alternate leg bound training, knee tuck jump training, explosive leg muscles
PENDAHULUAN Dalam persaingan prestasi olahraga yang semakin berat dewasa ini, pemanfaatan latihan fisik yang ditujukan untuk meningkatkan kondisi fisik secara maksimal perlu terus dikaji dan dikembangkan (Kanca, 2004:1). Penelitian dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas kondisi fisik sangat diperlukan sebagai salah satu upaya meningkatkan kebugaran jasmani. Salah satu upaya yang diterapkan untuk meningkatkan kebugaran jasmani adalah dengan menerapakan suatu pelatihan dalam bidang olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan pengembangan fisik baik menyeluruh maupun khusus, perbaikan dalam teknik bermain, pemantapan strategi bermain dalam cabang olahraganya, menanamkan kemauan dan disiplin yang tinggi, pengoptimalan kesiapan tim pada olahraga beregu, meningkatkan serta memelihara derajat kesehatan dan mencegah terjadinya cidera ( Nala, 1998:4). Kebugaran fisik atau kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melakukan aktifitas yang bersifat mendadak (Nala, 1998:7). Kebugaran jasmani merupakan salah satu tujuan dari berolahraga, dalam pelaksanaan pelatihannya memiliki takaran yang berbeda dan memiliki peranan yang sangat penting didalam setiap aktifitas olahraga. Power otot tungkai merupakan komponen kondisi fisik yang sangat berguna untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Menurut Yoda (2006:27) power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Daya ledak atau power merupakan gabungan dari dua unsur biomotorik yaitu unsur kecepatan dan kekuatan yang dikombinasikan menghasilkan power. Untuk meningkatkan power maka pelatihan yang diberikan haruslah memperhatikan unsur kecepatan dan kekuatan agar mendapatkan hasil yang maksimal. Berdasarkan penjelasan diatas maka perlu memberikan pelatihan olahraga untuk meningkatkan kondisi fisik dan kebugaran jasmani agar bisa meraih prestasi dibidang olahraga. SMP N 2 Singaraja merupakan sekolah yang berprestasi di bidang olahraga di tingkat kabuapten namun khusus di cabang olahraga bola voli SMP N 2 Singaraja dari tiga tahun belakangan ini prestasinya mulai menurun yaitu pada porsenijar tahun 2013 mendapat juara 3, porsenijar tahun 2014 mendapat juara 3 dan porsenijar tahun 2015 tidak mendapatkan juara ini dikarenakan lemahnya kondisi fisik para atlit terutama pada daya ledak otot tungkai. Pelatihan alternate leg bound dan knee tuck jump yang bertujuan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai harus diberikan kepada atlit bola voli SMP N 2 Singaraja agar bisa berprestasi kembali. Pelatihan alternate leg bound dan knee tuck jump ini untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai. Latihan ini memiliki aplikasi yang luas untuk berbagai cabang olahraga yang melibatkan loncat, lompat dan lari. Karena pelatihan ini mudah dilakukan dan bermanfaat untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pelatihan Alternate leg bound dan Knee tuck jump Terhadap Peningkatan daya ledak Otot Tungkai pada Siswa Ekstrakulikuler Bola Voli SMP N 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2015/2016. Sehubungan dengan pemaparan pada bagian latar belakang di atas, masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah, 1) Apakah pelatihan alternate leg bound berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai Peserta ekstrakurikuler Bola Voli SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016?, 2) Apakah pelatihan knee tuck jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai Peserta ekstrakurikuler Bola Voli SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016?, 3) Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan alternate leg bound dan knee tuck jump terhadap daya ledak otot tungkai Pada Peserta ekstrakurikuler Bola Voli SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. Tujuan dari penelitian ini adalah, 1) Untuk mengetahui pengaruh pelatihan
alternate leg bound terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada peserta ekstrakurikuler Bola Voli SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016, 2) Untuk mengetahui pengaruh pelatihan knee tuck jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai Pada Peserta ekstrakurikuler Bola Voli SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016, 3) Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara pelatihan alternate leg bound dan knee tuck jump terhadap daya ledak otot tungkai Pada Peserta ekstrakulikuler Bola Voli SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. Pelatihan merupakan suatu gerak fisik dan atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulangulang dalam jangka yang lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala,1998:1). Pelatihan fisik akan memberikan dampak yang nyata terutama pada fungsi organ tubuh, baik itu pada saat melakukan pelatihan maupun setelah melakukan pelatihan. Pelatihan merupakan salah satu kunci sukses dalam mencapai prestasi individu, sehingga dalam pelatihannya harus dilakukan sebaikbaiknya. Prinsip pelatihan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelatihan agar tercapai tujuan dari latihan yang dilakukan. Prinsipprinsip latihan akan mendukung upaya dalam meningkatkan kualitas latihan. Selain itu, akan menghindarkan olahragawan dari rasa sakit dan timbulnya cedera selama dalam proses latihan (Sukadiyanto, 2005:12). Pelatihan ini menerapkan sistem beban berlebih karena, pemberian beban dalam pelatihannya dilakukan secara progresif dengan penambahan jumlah set di setiap minggu pemberian pelatihan, prinsip reversibility karena melihat situasi lapangan yang terbuka sehingga apabila hujan, ekstrakurikuler tidak dapat dilaksanakan. Inilah yang menyebabkan siswa berhenti berlatih selama beberapa hari bahkan bisa mencapai waktu yang lama, latihan bersifat progresif artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang mudah ke sukar, sederhana ke komplek, umum ke khusus, bagian keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas dilaksanakan secara berkelanjutan, program latihan yang baik disusun secara variatif untuk menghindari kejenuhan, keengganan, dan keresahan yang merupakan kelelahan secara psikologis, keberhasilan latihan jangka panjang sangat ditentukan oleh pembebanan yang tidak berlebihan. Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan, pertumbuhan, dan perkembangan olahragawan, sehingga beban latihan yang diberikan benar benar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan, dan skala prioritas latihan berhubungan dengan urutan sasaran dan materi latihan utama yang disesuaikan dengan periodisasi latihan. Setiap periodisasi memiliki penekanan tujuan latihan yang berbeda baik dalam aspek fisik, teknik, taktik maupun psikologis. Suatu pelatihan akan memberikan dampak yang besar apabila latihan yang dilakukan sesuai dengan sistematika pelatihan. Selain untuk mendapatkan hasil yang maksimal, penerapan sistematika pelatihan ini dilakukan untuk mengantisipasi cidera saat latihan berlangsung. Ada dua tahapan yang harus diterapkan dalam melaksanakan suatu pelatihan fisik yaitu tahap pemanasan (warm-up) yang bertujuan untuk meningkatkan panas tubuh melalui metabolisme dalam sel otot yang terdiri dari peregangan (stretching),calisthenics, formal activity, dan tahap pendinginan (warmdown). Dalam penelitian ini intensitas pelatihan yang digunakan adalah 70%-80% dari denyut nadi optimal (DNO), dengan pertimbangan subjek penelitian ini adalah orang-orang yang belum menjadi atlet dalam aktivitas olahraga yang memiliki umur berkisar 13-15 tahun. Dengan intensitas tersebut tidak akan membahayakan bagi tubuh karena pelatihan diberikan berdasarkan denyut nadi optimal. Predominan sistem energi yang digunakan dalam pelatihan ini adalah sistem anaerob karena dalam pelatihan ini menggunakan power dan kecepatan gerak yang tinggi. Menurut Nala (1998:45) intensitas latihan ini berdasarkan atas durasi atau lama aktivitas dan sistem energi
yang digunakan. Yang dipergunakan sebagai patokan ukuran adalah frekuensi denyut jantung atau denyut nadi. Pulih asal Dalam pelatihan ini prinsip pulih asal ini diterapkan dengan memberikan waktu istirahat di setiap set sehingga dapat memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beradaptasi. Dimana pelatihan ini akan diberikan sebanyak 12 kali pertemuan selama 4 minggu dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu. Apabila dalam pelatihan dilakukan dengan frekuensi kurang dari 3 kali seminggu akan mengakibatkan hasil latihan sebelumnya akan menurun kembali. Latihan ini melibatkan otot-otot seperti otot-otot gluteus, hamstring, gastrocnemius, fleksor, tibialis, abductor, stabilizer, lutut, dan ancle. Gerakan melompat atau meloncat yang diberikan secara cepat akan membuat stres pada komponen otot tungkai sehingga otot tungkai akan mengalami hypertropy otot. Hypertropy otot ini disebabkan oleh peningkatan kekuatan otot tersebut. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek penelitian Jenis eksperimen yang digunakan adalah penelitian eksperimental semu (quasi experimental) yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Kadang di dalam suatu penelitian, karena satu dan lain hal, randominasi tidak dapat dilaksanakan, sebaliknya dipihak lain randominasi dapat dilakukan tetapi tidak dapat diperoleh kelompok kontrol (Kanca, 2010: 93). Rancangan penelitian adalah rencana tentang bagaimana cara mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisa data untuk memberi arti terhadap data tersebut secara efektif dan efisien. Tahapan dalam rancangan penelitian meliputi penentuan alat (instrumen) pengambil data yang akan digunakan, cara pengumpulan dan pengaturan data, analisis data yang akan digunakan, dan pemberian kesimpulan atas hasil analisis yang sudah dilakukan (Kanca, 2010: 55).Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan the nonrandomized control group pretest posttest design. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. Total keseluruhan jumlah subjek penelitian 36 orang. Dari total jumlah subjek yang berjumlah 36 orang, dibentuk dua kelompok yakni kelompok perlakuan alternate leg bound dengan jumlah 12 orang, kelompok perlakuan knee tuck jump 12 orang dan kelompok kontrol dengan jumlah 12 orang. Pembentukan kelompok ini dilakukan setelah mendapatkan data hasil tes awal dengan menggunakan teknik ordinal pairing (OP) yaitu pembagian kelompok berdasarkan peringkat hasil tes awal yang bertujuan untuk memperoleh kelompok dengan kemampuan yang homogen atau relatif sama atau mendekati sama. Berdasarkan rancangan penelitian di atas, maka pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai berikut: subjek penelitian diberikan tes awal (pre-test) untuk mengetahui kemampuan awal, adapun tes yang digunakan adalah vertical jump untuk mengetahui kemampuan daya ledak otot tungkai. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogrov-smirnov dengan bantuan program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi 95%, α = 0,05.Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikan yang diperoleh lebih besar dari pada α (sig> α), maka subjek penelitian berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari pada α (sig< α), maka subyek penelitian bukan berdistribusi normal. Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji levene dengan bantuan program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi 95%, (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikansi yang diperolehlevene> α, maka variasi subyek adalah homogen, sedangkan jika nilai signifikansi diperoleh
levene< α, maka variasi subyek tidak homogen atau heterogen. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data dari subjek memiliki variasi yang sama. Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi levene lebih dari α (0,05), maka variasi subjek adalah sama atau homogen, sedangkan jika signifikansi levene kurang dari α (0,05) maka variasi setiap subjek tidak sama atau tidak homogen (Santoso, 2011:242). Uji hipotesis pengaruh pelatihan alternate leg bound dan knee tuck jump terhadap daya ledak, menggunakan uji one way anova dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikasi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikasi F kurang dari α (0,05), maka terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok. Sedangkan jika nilai signifikasi F lebih dari α (0,05), maka tidak terdapat perbedaan yang nyata dari masing-masing kelompok (Santoso, 2011: 243). Jika terdapat perbedaan dari masing-masing kelompok maka perlu dilakukan uji lanjut atau uji pembanding berganda untuk mengetahui apakah pelatihan alternate leg bound dan knee tuck jump lebih baik pengaruhnya terhadap daya ledak otot tungkai. Dalam penelitian ini, uji pembanding yang digunakan adalah uji least significant difference (LSD) dengan bantuan SPSS 16.0. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai signifikasi LSD lebih dari α (0,05) maka hipotesis ditolak, sedangkan jika nilai signifikasi LSD kurang dari α (0,05) maka hipotesis diterima. HASIL Deskripsi data hasil pre-test daya ledak otot tungkai pada kelompok pelatihan Alternate Leg Bound, yaitu dengan subjek 12 orang diperoleh nilai rata-rata sebesar 42.08 dengan rentangan 14, dengan nilai tertinggi 49, dengan nilai terendah 35, dengan standar deviasi 3.753 dengan varians 14.083. dan post-test dengan nilai rata-rata sebesar 45.67 dengan rentangan 12, dengan nilai tertinggi 52, nilai terendah 40, dengan standar deviasi 3.798 dengan varians 14.424. Deskripsi data hasil pre-test daya ledak otot tungkai pada kelompok pelatihan Knee Tuck Jump, yaitu dengan subjek 12 orang diperoleh nilai rata-rata sebesar 42.58 dengan rentangan 13, dengan nilai tertinggi 48, dengan nilai terendah 35, dengan standar deviasi 3.965 dengan varians 15.720. dan post-test dengan nilai rata-rata sebesar 50.08 dengan rentangan 9, dengan nilai tertinggi 55, nilai terendah 46, dengan standar deviasi 2.746 dengan varians 7.538. Deskripsi data hasil pre-test daya ledak otot tungkai pada kelompok kontrol yaitu dengan subjek 12 orang diperoleh nilai rata-rata sebesar 41.08 dengan rentangan 11, dengan nilai tertinggi 46, dengan nilai terendah 35, dengan standar deviasi 3.528 dengan varians 12.447. dan post-test dengan nilai rata-rata sebesar 41.08 dengan rentangan 11, dengan nilai tertinggi 46, nilai terendah 35, dengan standar deviasi 3.260 dengan varians 10.629. Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data Daya_le dak Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk kelompok Statistic df Sig. Statistic df Sig. 1.132 12.200 *.943 12.542 2.174 12.200 *.935 12.433 3.156 12.200 *.952 12.673
Uji homogenitas data dilakukan terhadap data post-test dari data daya ledak pada kelompok perlakuan pelatihan alternate leg bound, pelatihan knee tuck jump dan kelompok kontrol yang menggunakan uji levene dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi (α) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan, yaitu jika nilai signifikansi yang diperoleh >, maka variansi setiap subjek sama (homogen). Sedangkan, jika signifikansi yang diperoleh <, maka variansi setiap subjek tidak sama (tidak homogen). Ringkasan hasil uji levene dengan bantuan SPSS 16,0 untuk uji homogenitas data. Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Data Daya_ Ledak Levene Statistic df1 df2 Sig. Based on Mean.272 2 33.763 Based on Median.263 2 33.770 Based on Median and with adjusted df.263 2 29.380.770 Based on trimmed mean.272 2 33.764 Dari hasil analisis uji prasyarat, data post-test yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya untuk menguji ada tidaknya pengaruh repetition sprint dan skipiing rope terhadap peningkatan power otot digunakan uji F (one way anova) dan uji LSD dengan taraf signifikansi (α) 0,05 dengan bantuan statistic product service solution (SPSS) 16.0. Tabel 3. Hasil Uji One Way Anova Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 454.952 2 227.476 20.377.000 Within Groups 357.220 32 11.163 Total 812.171 34 Berdasarkan hasil uji-f (one way anova) dilanjutkan dengan uji LSD (least significant difference)untuk mengetahui pelatihan mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi < 0,05.
Tabel 4. Hasil Uji LSD (least significant difference ) (I) Mean Difference (I- 95% Confidence Interval Lower kelompok (J) kelompok J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound 1 2-4.417 * 1.364.003-7.20-1.64 3 4.485 * 1.395.003 1.64 7.33 2 1 4.417 * 1.364.003 1.64 7.20 3 8.902 * 1.395.000 6.06 11.74 3 1-4.485 * 1.395.003-7.33-1.64 2-8.902 * 1.395.000-11.74-6.06 PEMBAHASAN Secara teoritis hasil pelatihan Alternate Leg Bound berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pernyataan ini diperkuat oleh pengaruh pelatihan Alternate Leg Bound terhadap kecepatan dan power otot tungkai (I Wayan Darmawan volume 2 Tahun 2014). Dapat dijelaskan sebagai berikut: Alternate Leg Bound adalah pelatihan yang dilakukan dengan memulai tolakan, dilanjutkan dengan menggerakan lutut ke dada dan usahakan loncatan setinggi dan sejauh mungkin sebelum mendarat dengan membentangkan kaki ke depan dengan cepat. Ulangi rangkaian dengan kaki yang lain saat mendarat (Furqon dan Doewes, 2009). Latihan Alternate Leg Bound adalah salah latihan yang bermanfaat untuk meningkatkan daya ledak karena mekanisme gerakan pelatihan ini sebagian besar melibatkan otot-otot ekstremitas bawah dan pelaksaan gerakanya berulangulang. Dalam penelitian ini menggunakan prinsip-prinsip pelatihan, salah satu prinsip yang digunakan ialah prinsip beban berlebih. Prinsip beban berlebih diterapkan pada frekuensi, intesitas dan durasi latihan. Dengan menerapkan prinsip beban berlebih otot-otot tungkai mendapatkan pembebanan melebihi beban yang biasanya diterima dalam aktifitas kehidupan sehari-hari. Untuk memaksimalkan prinsip beban berlebih, sistematika pelatihan juga harus diterapakan dengan benar agar pelatihan terstruktur dan meminimalisir terjadinya cedera pada otot tungkai. Intesitas pelatihan yang diberikan antara 70% - 80% DNO. Sesuai dengan teori subjek penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler bola voli bukan atlet yang memiliki umur berkisar 13 14 tahun dengan frekuensi pelatihan yang digunakan adalah 3 kali seminggu yaitu slasa, kamis, dan sabtu. Lamanya pelatihan adalah selama 4 minggu atau 12 kali pelatihan. Adapun set dan repetisi yang diberikan pada pelatihan ini adalah 5-7 set dan 10 repetisi. Dimana set dan repetisi sudah sesuai dengan DNO subjek. Sistem energi yang digunakan adalah sistem energi anaerob, dimana saat melakukan Alternate Leg Bound dalam 10 repetisi otot yang bekerja tidak memerlukan oksigen. Latihan ini melibatkan otot-otot seperti otot-otot gluteus, hamstring, gastrocnemius, fleksor, tibialis, abductor, stabilizer, lutut, dan ancle. Gerakan Alternate Leg Bound diberikan secara cepat akan membuat stres pada komponen otot tungkai sehingga otot tungkai akan mengalami hypertropy otot. Hypertropy otot ini menyebabkan peningkatanya daya ledak otot tungkai. Deskripsi data hasil pre-test daya ledak otot tungkai pada kelompok pelatihan Alternate Leg Bound, yaitu dengan subjek 12 orang diperoleh nilai rata-rata sebesar 42.08 dengan rentangan 14, dengan nilai tertinggi 49, dengan nilai terendah 35,
dengan standar deviasi 3.753 dengan varians 14.083. dan post-test dengan nilai rata-rata sebesar 45.67 dengan rentangan 12, dengan nilai tertinggi 52, nilai terendah 40, dengan standar deviasi 3.798 dengan varians 14.424. Secara teoritis hasil pelatihan knee tuck jump berpengaruh terhadap peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai. Pernyataan ini diperkuat oleh (I Gst Nym Harimbawa Volume 1 Tahun 2014) pengaruh pelatihan Knee Tuck Jump dan Split Jump terhadap peningkatan Kelentukan dan Power Otot Tungkai. Knee tuck jump dilakukan pada permukaan yang rata dan berpegas seperti rumput, matras atau keset. Latihan ini dilakukan dalam rangkaian loncatan eksplosif yang cepat. Otot-otot yang dikembangkan adalah flexors pinggul dan paha, gastrocnemius, gluteals, quadriceps dan hamstrings Furqon dan Doewes (2002:41). Selain itu gerakan Knee Tuck Jump diberikan secara cepat akan membuat stres pada komponen otot tungkai sehingga otot tungkai akan mengalami hypertropy otot. Hypertropy otot ini menyebabkan meningkatanya daya ledak otot tungkai. Model pelatihan ini juga pernah diteliti oleh Hilmi Zadah Faidlullah (2009) tentang pengaruh latihan pliometrik depth jump dan knee tuck jump terhadap hasil tendangan lambung atlit sepak bola pemula di SMP Alfirdaus Surakarta.Hasil penelitiannya menyatakan pelatihan knee tuck jump berpengaruh terhadap hasil tendangan lambung atlit sepak bola pemula di SMP Alfirdaus Surakarta. Dalam penelitian ini menggunakan prinsip-prinsip pelatihan, salah satu prinsip yang digunakan ialah prinsip beban berlebih. Prinsip beban berlebih diterapkan pada frekuensi, intesitas dan durasi latihan. Dengan menerapkan prinsip beban berlebih otot-otot tungkai mendapatkan pembebanan melebihi beban yang biasanya diterima dalam aktifitas kehidupan sehari-hari. Untuk memaksimalkan prinsip beban berlebih, sistematika pelatihan juga harus diterapakan dengan benar agar pelatihan terstruktur dan meminimalisir terjadinya cedera pada otot tungkai. Intesitas pelatihan yang diberikan antara 70% - 80% DNO. Sesuai dengan teori subjek penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler bola voli bukan atlet yang memiliki umur berkisar 13 14 tahun dengan frekuensi pelatihan yang digunakan adalah 3 kali seminggu yaitu slasa, kamis, dan sabtu. Lamanya pelatihan adalah selama 4 minggu atau 12 kali pelatihan. Adapun set dan repetisi yang diberikan pada pelatihan ini adalah 5-7 set dan 8 repetisi. Dimana set dan repetisi sudah sesuai dengan DNO subjek. Sistem energi yang digunakan adalah sistem energi anaerob, dimana saat melakukan gerakam Knee Tuck Jump dalam 8 repetisi otot yang bekerja tidak memerlukan oksigen. Latihan ini melibatkan otot-otot seperti otot-otot flexors pinggul dan paha, gastrocnemius, gluteals, quadriceps dan hamstrings. Gerakan Knee Tuck Jump diberikan secara cepat dan berulang-ulang akan membuat stres pada komponen otot tungkai sehingga otot tungkai akan mengalami hypertropy otot. Hypertropy otot ini menyebabkan meningkatkan daya ledak otot tungkai. Deskripsi data hasil pre-test daya ledak otot tungkai pada kelompok pelatihan Knee Tuck Jump, yaitu dengan subjek 12 orang diperoleh nilai rata-rata sebesar 42.58 dengan rentangan 13, dengan nilai tertinggi 48, dengan nilai terendah 35, dengan standar deviasi 3.965 dengan varians 15.720. dan post-test dengan nilai rata-rata sebesar 50.08 dengan rentangan 9, dengan nilai tertinggi 55, nilai terendah 46, dengan standar deviasi 2.746 dengan varians 7.538. SIMPULAN 1. Pelatihan alternate leg bound berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta exstrakurikuler Bola Voli SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. 2. Pelatihan knee tuck jump berpengaruh terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta exstrakurikuler Bola Voli SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. 3. Terdapat perbedaan pengaruh antara pelatihan alternate leg bound dan knee tuck jump terhadap peningkatan daya
SARAN ledak otot tungkai. Pelatihan knee tuck jump lebih baik pengaruhnya dibandingkan pelatihan alternate leg bound terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai pada siswa peserta exstrakurikuler Bola Voli SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. 1. Disarankan bagi pembina olahraga, pelatih olahraga, guru penjasorkes dan atlet serta pelaku olahraga lainnya dapat menggunakan pelatihan alternate leg bound dan knee tuck jump yang terprogram dengan baik bisa dijadika suatu alternatif untuk meningkatkan unsur-unsur kesegaran jasmani kususnya untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai. 2. Bagi peneliti lain, jika ingin melakukan penelitian sejenis, agar menggunakan variabel dan subyek atau sampel penelitian yang berbeda, dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada penelitian ini sebagai bahan perbandingan. DAFTAR PUSTAKA Bompa, Tudor. 2009. Periodization Theory and Methodology of Training. Kanada: Human Kinetics. Furqon & Doewes. 2002. Plaiometrik Untuk Meningkatkan Power, Surakarta: Program Study Ilmu Keolahragaan Program pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Faidlullah, HilmiZadah. 2009. PengaruhLatihanPliometrikDepth JumpdanKnee Tuck JumpTerhadapHasilTendanganLam bungatlitsepak Bola Pemula di SMP Al-Firdaus Surakarta. JurnalFisioterapi, Volume 9, (hlm.25) Harimbawa, I Gst Nym dkk. 2014. Pengaruh Pelatihan Knee Tuck Jump Dan Split Jump Terhadap Peningkatan Kelentukan Dan Power Otot Tungkai. e-journal IKOR, Volume 1, (hlm.9) Harsono.1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching: Jakarta. C.V. Tambak Kusuma. Kanca, I Nyoman. 2004. Pengaruh Pelatihan Fisik Aerobik dan Anaerobik terhadap Absorpsi Karbohidrat dan Protein di Usus Halus Rattus Norvegicus Strain Wistar. Surabaya (disertasi): Program Pascasarjana Universitas Airlangga. -------, 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Singaraja: Undiksha. -------, 1990. Pengaruh Pelatihan Lari Percepatan dan Latihan Lari Cepat Berselang terhadap Daya Ledak dan Kecepatan. Tesis_(tidak diterbitkan). Surabaya: Fakultas Pasca Sarjana Universitas Airlangga. Marchant s. 2015. Wall Mounted Vertical Jump Board. Tersedia pada http://www.marchants.com/wall- Mounted-Vertical-Jump-Boardp/u9.htm (diakses tanggal 8 Januari 2016) Nala, Ngurah. 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: Universitas Udayana. ------. 1998. Prinsip Pelatihan Olahraga. Denpasar: Program Pasca Sarjana UNUD. Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Jakarta: Drektorat Jendral Olahraga. Santoso, Singgih. 2011. Mastering SPSS Versi 19. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sukadiyanto, 2005. Pengantar Teori dan metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sajoto, Muchamad. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Widjaja, Surya. 1998. The Anatomy of Motion. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.s Wordpress. 2014. Cara Mengukur Power PadaAtlet. Tersedia padahttps://artikelfisioterapi.wordpr ess.com/2014/04/21/caramengukur-power-pada-atlet/.htm (diaksestanggal 24 Maret 2016). Yoda, I ketut. 2006. Buku Ajar Peningkatan Kondisi Fisik. (Tidak diterbitkan). Singaaja: Ikip Negri Singaraja.