Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

dokumen-dokumen yang mirip
Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OTENTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 4 SMP NEGERI 17 PEKANBARU

Faculty of Teacher Training and Education Mathematic and Sains Education Major Mathematic Education Study Program Riau University

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP AN NAMIROH PEKANBARU

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

Asmarita 1, Sehatta Saragih 2, Zuhri D 3 Contact :

Wirma Niasari *), Susda Heleni, Titi Solfitri **) Keyword : Cooperative Learning, Two Stay Two Stray, Learning Achievement

Oleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

Wiwin Crisdayanti 1, Sakur 2, Rini Dian Anggraini 3 Contact :

Monica Eka Yulianda 1, Atma Murni 2, Jalinus 3 Contact :

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS SMP NEGERI 4 SIAK HULU

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 6 FARMASI SMKF IKASARI PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE

Program Studi Pendidikan Matematika

APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE THINK PAIR SQUARE (TPS) TO IMPROVE MATHEMATICS ACHIEVEMENT GRADE X AP 1 SMK PGRI PEKANBARU

Maya Anggraini 1, Putri Yuanita 2, Atma Murni 3 No.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII.2 SMPN 3 BANGKINANG

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 8 SMA NEGERI 2 SIAK HULU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMPS CENDANA PEKANBARU

Sudarmono 1, Rini Dian Anggraini 2, Sehatta Saragih 3 No.

Bima Firmantara, Armis, Syarifah Nur Siregar ,

Rika Aprilia 1, Yenita Roza 2, Rini Dian Anggraini 3 No.

Tatik Lestari, Syofni, Kartini No Hp :

Ririn Budiarti*) Susda Heleni**) Syarifah Nur Siregar**)

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Affandi*) Kartini, Susda Heleni**) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UR

Faculty of Teacher Training and Education Mathematic and Sains Education Major Mathematic Education Study Program Riau University

Budiarti 1 Zuhri.D 2 Sehatta Saragih 3 Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru Telp. (0761)

PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 1 SMA NEGERI 2 KUANTAN HILIR

Ermiwati*) Putri Yuanita**) Syofni **) Key word : Cooperative Learning, Think Pair Square, Learning Achievement

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII A SMP AN-NAMIROH PEKANBARU

Siti Nasuha 1, Jalinus 2, Rini Dian Anggraini 3 Hp.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

Lucia Helen Dewi Ariani * ), Japet Ginting,Yenita Roza ** ) ( )

Oleh: Windi Prastiwi Japet Ginting Sakur ABSTRACT

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Keywords: Mathematics Learning Outcomes, Cooperative Learning, Numbered Heads, Classroom Action Research.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE

Anita Lidya Hastuti Nauli*) Armis**) Titi Solfitri ***)

Dwi Astuti 1, Titi Solfitri 2, Susda Heleni 3 Kontak :

Lestaria Meri, Atma Murni, Syofni No Hp :

Oleh: Marfi Ario Susda Heleni Jalinus

Oleh: Dessi Fitriah Herista Armis Titi Solfitri ABSTRACT

Puput Wiyanto, Zuhri D, Susda Heleni No Hp :

Hera Larasati Mukhtasar 1, Zuhri 2, Kartini 3 Contact

Oleh: Riza Pratiwi Sehatta Saragih Titi Solfitri ABSTRACT

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII B SMP BEER SEBA PEKANBARU

Eka Mayani 1 H. Zuhri D 2 Sehatta Saragih 3 Kampus Bina Widya Km Simpang Baru Pekanbaru Telp. (0761) Abstract

Abstract: This research is based on the low of students math achievement at

Vadhillah Rivha Vicry, H. Zuhri D, Suhermi No Hp

Indah Purnama *) Kartini dan Susda Heleni **) Progam Studi Pendidikan Matematika FKIP UR HP :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 013 GANTING KECAMATAN SALO

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIA 1 SMA NEGERI 8 PEKANBARU

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Dini Purnamasari 1, Armis 2, Atma Murni 3 Hp

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII a SMP N 2 CERENTI

Aryanita 1 * Syofni ** Sehatta Saragih ***

Sri Rezeki 1, Zulkarnain 2, Susda Heleni 3 Contact:

Filosofita Osi Rani 1, Susda Heleni 2, Jalinus 3 No.

Restu Putri Islami* Syofni ** Putri Yuanita ***

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII 4 SMP Negeri 5 PEKANBARU

Oleh: Tiaranita Dekriati * ) Japet Ginting ** ) Sakur *** ) ABSTRACT

Nurlaily, Susda Heleni,Kartini Phone Number:

Oleh: Dewi Sri Yuliati 1, Zuhri D 2, Sehatta Saragih 3

Asari* Rini Dian Anggraini ** Zuhri D *** Key word : cooperative learning, STAD, mathematics learning outcomes

Darmawati*), Titi Solfitri **), Yenita Roza**) Key word: Cooperative Learning, STAD, Learning Achievement

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IX D SMP NEGERI 10 TAPUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SDN 112 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MIA 4 SMA NEGERI 5 PEKANBARU

Selva Mardhatilla*), Zulkarnain, Rini Dian Anggraini **) ( )

Rusdel Syam, Rini Dian Anggraini, Jalinus No. HP.

IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO IMPROVE MATHEMATICAL OF PROBLEM SOLVING SKILLS OF STUDENTS CLASS VIII1 SMP BHAYANGKARI PEKANBARU

Manah Kibtiyah 1 Sehatta Saragih 2 Suhermi 3 Kampus Bina Widya Km Simpang Baru Pekanbaru Telp. (0761)63266

Nur Rahmi, Suhermi, Atma Murni Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau

Faculty of Teacher Training and Education Mathematic and Sains Education Major Mathematic Education Study Program Riau University

Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar

Rokiah Syafitri 1 Sehatta Saragih 2 Suhermi 3 Kampus Bina Widya Km Simpang Baru Pekanbaru Telp. (0761) Abstract

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN PAIR CHECK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

MES (Journal of Mathematics Education and Science) ISSN:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR METEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 65 PRTANI TP.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

1130 ISSN:

Titi Solfitri 1, Nurul Yusra T 2 Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan PMIPA FKIP 1,2 Universitas Riau, Pekanbaru 1,2

Departement of Mathematics Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education University of Riau

Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE DENGAN KARTU SOAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 7 KEBUMEN TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

Transkripsi:

1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII B SMPN 10 TAPUNG Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Seprotantobest@yahoo.co.id, sakurmed@gmail.com, syofnimath@yahoo.com Contact : 081277825619 Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University Abstract: This research aims to improve the learning process and improve the student s mathematic achievement through the implementation Cooperative Learning Model tipe TSTS (Two Stay Two Stray). The research is the Classroom Action Research with two cycles. The research was conducted in studentof grade VII B SMP N 10 Tapung in the first semester of the 2016/2017 academic year with the subject of as many as 26 students. The research instrument are consists of learning devices and instrument data collectors. Learning device used in this research are consists of the Syllabus, Lesson plan and Student work sheet. The instrument data collector used in this research is consists of the observation sheet and math test. Technique of data analysis is analysis of narrative descriptive and analysis of statistical descriptive. Based on the result of the research show that, the learning process has improved and the student s mathematic achievement have improved after applying Cooperative Learning Model type Two Stay Two Stray. Cooperative Learning Model type Two Stay Two Stray can be used as an alternative in learning, because it can improve the learning process and improve the students learning outcomes. Key Words: Cooperative Learning TSTS (Two Stay Two Stray), learning process, students learning achievement

2 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII B SMPN 10 TAPUNG Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Seprotantobest@yahoo.co.id, sakurmed@gmail.com, syofnimath@yahoo.com Contact : 081277825619 Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray). Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan dua siklus. Penelitian dilaksanakan di kelas VII B SMP Negeri 10 Tapung pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dengan subjek sebanyak 26 peserta didik. Instrumen penelitian terdiri dari perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah Silabus, RPP dan LKPD. Instrumen pengumpul data yang digunakan pada penelitian adalah lembar pengamatan dan tes hasil belajar matematika. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif deskriptif naratif dan analisis data kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa proses pembelajaran mengalami perbaikan dan hasil belajar matematika peserta didik juga meningkat setelah menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran, karena strategi pembelajaran tersebut dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray), proses pembelajaran, hasil belajar peserta didik

3 PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam disiplin ilmu dalam mengembangkan daya fikir manusia. Pada umumnya tidak ada satupun disiplin ilmu yang perkembangannya terlepas dari penggunaan matematika, paling kurang perhitungan matematika tingkat rendah yaitu penjumlahan, perkalian, pembagian, dan pengurangan. Matematika membekali peserta didik untuk mempunyai kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis serta kemampuan bekerja sama. Oleh sebab itu, pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk semua jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006). Tujuan pembelajaran matematika yang terdapat pada kurikulum 2006, yaitu (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006). Tujuan pembelajaran matematika akan tercapai dilihat dari tingkat keberhasilan siswa dengan mencapai hasil belajar yang baik. Hasil belajar matematika yang diharapkan adalah hasil belajar yang mencapai ketuntasan belajar matematika. Peserta didik dikatakan tuntas dalam belajar matematika apabila peserta didik telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sekolah (Permendiknas No. 20 tahun 2007).Kenyataannya, masih terdapat peserta didik yang belum mampu mencapai tujuan pembelajaran matematika tersebut. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru matematika kelas VII B SMP Negeri 10 Tapung, diketahui bahwa KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran matematika adalah 66. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian kelas VII B SMP Negeri 10 Tapung dengan jumlah 26 peserta didik yang mengikuti ujian pada Kompetensi Dasar 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan yang mencapai KKM adalah 5 orang peserta didik (19,2%), artinya masih ada 21 orang peserta didik (80,8%) yang belum mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 66 atau dengan persepsi lain hasil belajar peserta didik masih rendah. Dari hasil wawancara dengan guru matematika SMP Negeri 10 Tapung menyatakan bahwa tindakan kelas yang dilakukan selama ini adalah dengan menggunakan pembelajaran metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Selanjutnya guru bidang studi matematika di SMPN 10 Tapung tersebut telah menggunakan suatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik tersebut, yaitu dengan cara belajar kelompok biasa. Tujuannya adalah agar semua peserta didik dapat ikut aktif dalam proses pembelajaran dan dapat saling bekerjasama antar satu dengan yang lainnya. Tetapi kenyataannya pada saat pembelajaran di dalam kelas, anggota masing-masing kelompok mengerjakan sendiri tugas yang diberikan,

4 banyak peserta didik yang memiliki kemampuan akademis tinggi lebih dominan mengerjakan soal-soal yang diberikan. Selain itu peserta didik yang tidak mengertipun jarang bertanya kepada peserta didik yang berkemampuan akademis tinggi. Selain wawancara dengan guru peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa peserta didik. Informasi yang diperoleh adalah pada saat menjelaskan materi pelajaran guru terlalu cepat menerangkan, sehingga peserta didik tidak memahami dengan baik penjelasan dari guru. Sebagian besar mereka juga mengatakan mata pelajaran matematika itu terlalu banyak rumus sehingga sulit untuk memahaminya. Mereka juga malu dan takut saat diminta untuk bertanya kepada guru. Mereka juga berpendapat bahwa kurang berminatnya peserta didik untuk berdiskusi disebabkan karena kegiatan diskusi yang dilakukan hanya belajar dalam kelompok biasa tanpa ada variasi lain seperti saling bertukar jawaban ataupun pertukaran anggota, sehingga usaha ini juga belum menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika. Berdasarkan analisis masalah pada kelas VII B SMPN 10 Tapung, peneliti menemukan permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika peserta didik. Permasalahan yang dimaksud yaitu, peserta didik kurang diberi kesempatan untuk berperan aktif secara mandiri maupun kelompok dalam aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik belum bisa mengeksplorasi, mengelaborasi, dan mengkonfirmasi ide-ide yang berkaitan dengan tugas belajar di sekolah. Interaksi pembelajaran yang terjadi hanya satu arah yaitu dari guru ke peserta didik, sehingga terkesan monoton dan membosankan. Pada hal prinsip pembelajaran kooperatif tipe TSTS memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain, saling bekerjasama dalam memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Untuk mengatasi kondisi di atas, peneliti memandang perlu diberikan suatu strategi atau model pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan mengoptimalkan partisipasi peserta didik dalam kelompok untuk saling berhubungan, memberikan ide-ide dalam menggali materi yang dipelajari. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik untuk membangun pengetahuannya adalah pembelajaran kelompok. Mengingat kemampuan peserta didik yang heterogen maka tidak tertutup kemungkinan terjadinya kesenjangan dalam proses pembelajaran kelompok. Oleh karena itu salah satu model pembelajaran yang mengelompokkan peserta didik kedalam kelompok kecil yang bersifat heterogen untuk saling bekerja sama dan membantu dalam menyelesaikan tugas akademik adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik secara bersama-sama untuk membangun pengetahuannya sendiri. Mengingat kondisi peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran, maka akan muncul dominasi peserta didik yang berkemampuan tinggi dalam kelompok sedangkan peserta didik yang berkemampuan rendah hanya mendengarkan dan menerima saja. Hal ini akan membuat proses pembelajaran kooperatif tidak berjalan dengan baik, maka salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat mengaktifkan peserta didik, menumbuhkan interaksi positif antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik serta meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran adalah pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Menurut Spencer Kagan (dalam Anita Lie, 2010) bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membagikan dan mengkomunikasikan hasil kerja mereka dengan kelompok

5 lain sehingga penyebaran informasi lebih meluas dalam kelas tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TSTS akan ditemukan suasana yang positif, dimana peserta didik dapat dengan bebas berinteraksi dengan peserta didik lainnya dan dapat membangun semangat kerja sama. Peserta didik akan bekerja sama untuk mencapai nilai yang tinggi, karena penilaian dilakukan secara individual dan juga penilaian kelompok. Peserta didik akan termotivasi untuk meraih nilai yang tinggi bagi kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini, dua orang anggota kelompok bertamu ke kelompok lain untuk mencari informasi sedangkan dua anggota kelompok yang tinggal bertugas memberikan informasi yang belum diketahui oleh tamu mereka (anggota kelompok lain) yang datang dan menerima informasi dari tamu mereka. Kemudian anggota yang bertamu kembali ke kelompok masing-masing untuk melaporkan hasil yang diperoleh dari kunjungan kelompok serta mencocokkan dan membahas kembali dengan kelompok asalnya (Anita Lie, 2010). Adanya interaksi antar kelompok dengan saling bertukar informasi diharapkan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran dan meningkatkan pemahaman terhadap materi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti melakukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika di kelas VII B SMPN 10 Tapung dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada materi Bentuk Aljabar dan Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV). METODE PENELITIAN Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian yang dilakukan bekerja sama dengan guru matematika kelas VII B SMP Negeri 10 Tapung. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti sendiri, sedangkan guru sebagai pengamat selama proses pembelajaran. Tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas pada penelitian ini adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray). Secara garis besar penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Keempat tahap dalam penelitian tersebut adalah unsur pembentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula (Suharsimi Arikunto, 2008). Penelitian ini direncanakan sebanyak dua siklus. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII B SMP Negeri 10 Tapung tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 26 orang yang terdiri dari 14 orang peserta didik perempuan dan 12 orang peserta didik laki-laki dengan karakteristik kemampuan akademis heterogen. Instrumen penelitian adalah perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Perangkat pembelajaran terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Instrumen pengumpulan data terdiri dari lembar pengamatan dan perangkat tes hasil belajar matematika. Lembar pengamatan digunakan untuk mengumpulkan fakta aktivitas guru dan peserta didik selama proses pembelajaran. Sedangkan perangkat tes hasil belajar terdiri dari kisi-kisi, soal ulangan serta alternatif jawaban digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar peserta didik.

6 Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu teknik observasi dan teknik tes. Adapun analisis data pada penelitian ini adalah: 1. Analisis Data Aktivitas Guru dan Peserta Didik Analisis data aktifitas guru dan peserta didik dilakukan dengan berdasarkan pada hasil pengamatan untuk setiap aspek aktivitas yang diamati dalam lembar pengamatan. Data tersebut dianalisis secara kualitatif untuk melihat aktivitas-aktivitas proses pembelajaran yang belum maksimal pelaksanaannya. 2. Analisis Data Hasil Belajar Matematika Peserta Didik a. Analisis Ketercapaian KKM Analisis data tentang ketercapaian KKM dilakukan dengan membandingkan persentase banyak peserta didik yang mencapai KKM pada skor dasar dan persentase banyak peserta didik yang mencapai KKM setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) yaitu pada nilai UH I dan UH II. Persentase jumlah peserta didik mencapai KKM dapat dihitung dengan rumus: Keterangan : a = Jumlah peserta didik mencapai KKM b = Jumlah peserta didik seluruhnya a. Analisis ketercapaian KKM Indikator Analisis data ketercapaian KKM indikator dilakukan dengan menghitung banyaknya peserta didik yang mencapai KKM pada setiap indikator. Ketercapaian KKM untuk setiap indikator dihitung dengan menggunakan rumus: S = Dimana: S = Skor per indikator SP = Skor yang diperoleh peserta didik SM = Skor maksimal Analisis ketercapaian ketuntasan indikator ini dilakukan untuk melihat jenis kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik untuk setiap indikatornya secara keseluruhan baik untuk UH I maupun UH II, dan juga melihat jumlah peserta didik yang tuntas dalam setiap indikatornya.

7 b. Analisis dengan Tabel Distribusi Frekuensi Seluruh data hasil belajar matematika peserta didik disajikan dalam bentuk Tabel Distribusi Frekuensi agar diperoleh gambaran mengenai hasil belajar matematika peserta didik serta dapat melihat apakah terjadi peningkatan atau penurunan hasil belajar sebelum dan sesudah tindakan. Suharsimi Arikunto, dkk (2008) membagi kriteria menjadi 5 yaitu Tinggi Sekali, Tinggi, Cukup, Rendah dan Rendah Sekali. Rentang nilai yang digunakan adalah. Kemudian rentang tersebut dibagi lima. Sehingga diperoleh interval nilai sebagai berikut: 1. Interval nilai untuk kriteria Rendah Sekali 2. Interval nilai untuk kriteria Rendah 3. Interval nilai untuk kriteria Cukup 4. Interval nilai untuk kriteria Tinggi 5. Interval nilai untuk kriteria Tinggi Sekali Hasil belajar dikatakan meningkat bila frekuensi peserta didik yang mendapat nilai rendah menurun, atau frekuensi peserta didik yang mendapat nilai tinggi meningkat. 3. Kriteria Keberhasilan Tindakan Sumarno (dalam Suyanto, 1997) mengatakan bahwa apabila keadaan setelah tindakan lebih baik, maka dapat dikatakan bahwa tindakan telah berhasil, akan tetapi apabila tidak ada bedanya atau bahkan lebih buruk, maka tindakan belum berhasil atau telah gagal. Keadaan lebih baik yang dimaksudkan adalah jika terjadi perbaikan proses dan hasil belajar peserta didik setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Terjadinya perbaikan proses pembelajaran Perbaikan proses pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil refleksi terhadap proses pembelajaran yang diperoleh melalui lembar pengamatan aktivitas guru dan peserta didik. 2) Peningkatan hasil belajar peserta didik Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari : a. Analisis ketercapaian KKM Jika jumlah peserta didik yang mencapai KKM pada UH-I lebih banyak dari pada skor dasar dan peserta didik yang mencapai KKM pada UH II lebih banyak dibandingkan UH I maka terjadi peningkatan hasil belajar c. Analisis distribusi frekuensi Jika frekuensi peserta didik yang bernilai rendah dan rendah sekali menurun dari sebelum dilakukan tindakan ke setelah dilakukan tindakan atau jika frekuensi peserta didik yang bernilai tinggi dan tinggi sekali meningkat dari sebelum dilakukan tindakan ke setelah dilakukan tindakan maka terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik.

8 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan dan satu kali ulangan harian. Dilakukan analisis terhadap aktivitas guru dan peserta didik melalui lembar pengamatan dan diskusi dengan pengamat. Adapun analisis data pada penelitian ini adalah: 1. Analisis Data Aktivitas Guru dan Peserta Didik Berdasarkan analisis aktivitas guru dan peserta didik dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS semakin sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan proses pembelajaran juga semakin membaik. Berdasarkan pengamatan peneliti selama proses pembelajaran di kelas VII B SMP Negeri 10 Tapung, terlihat sebagian besar peserta didik bersemangat dan partisipatif dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, seperti dalam menanggapi apersepsi yang diberikan oleh peneliti, mempresentasikan LKPD ataupun soal, menanggapi presentasi temannya, memberikan kesimpulan pembelajaran, dan mengerjakan LKPD dan soal bersama teman sekelompoknya. Peserta didik pun berusaha menyelesaikan soal yang peneliti berikan dengan baik. 2. Analisis Data Hasil Belajar Matematika Peserta Didik a. Analisis Ketercapaian KKM Berdasarkan analisis data hasil belajar matematika peserta didik, pada analisis ketercapaian KKM terlihat bahwa persentase jumlah pesera didik yang mencapai KKM pada Skor dasar yaitu 19,2% dan meningkat pada UH-I yaitu 30,8% kemudian pada UH-II juga terjadi peningkatan persentase jumlah peserta didik yang mencapai KKM yaitu 50%. b. Analisis Ketercapaian KKM Indikator Data hasil belajar peserta didik yang mencapai KKM indikator pada UH 1 ditampilkan pada Tabel 1:

9 Tabel 1. Ketercapaian KKM indikator pada UH-I No. Indikator Ketercapaian Jumlah Peserta Didik yang Persentase (%) Mencapai KKM 1. Menyelesaikan operasi perkalian bentuk aljabar. 14 53,9 2. Menyelesaikan operasi pembagian bentuk aljabar. 22 84,6 3. Menyelesaikan operasi perpangkatan bentuk aljabar. 2 7,7 4. Menyelesaikan operasi perkalian pecahan bentuk aljabar. 24 92,3 5. Menyelesaikan operasi pembagian pecahan bentuk aljabar. 20 76,9 6. Menyelesaikan operasi perpangkatan pecahan bentuk aljabar. 7. Menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar. 8. Menyelesaikan operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan bentuk aljabar. 9. Menentukan nilai suatu bentuk aljabar dengan mensubstitusikan bilangan. 10. Menerapkan operasi hitung pada bentuk aljabar dalam memecahkan masalah sehari-hari. 5 19,2 12 46,2 14 54 17 65,4 5 19,2 Dari Tabel 1, terlihat bahwa ada empat buah indikator pembelajaran yang persentase ketuntasannya di bawah 50% yaitu indikator 3, 6, 7, dan10. Kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik pada UH-1 indikator tersebut adalah peserta didik belum memahami konsep dan prinsip dalam bentuk aljabar. Adapun peserta didik yang mencapai KKM indikator pada UH II disajikan pada tabel 2: Tabel 2. Persentase Ketercapaian KKM Indikator pada UH-II No. Indikator Ketercapaian Jumlah Peserta Didik Yang Persentase (%) Mencapai KKM 1. Mendefenisikan dan memberikan contoh kalimat 16 61,5 terbuka. 2. Mendefenisikan dan memberikan contoh PLSV. 22 84,6 3. Menentukan bentuk setara dari PLSV dengan cara 25 96,2 kedua ruas ditambah, dikurangi dengan bilangan yang sama. 4. Menentukan bentuk setara dari PLSV dengan cara kedua ruas dikali atau dibagi dengan bilangan yang sama. 5. Menentukan bentuk setara dari PLSV yang memuat pecahan, dengan cara mengalikan KPK dari penyebutnya. 6. Menentukan menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan PLSV. 19 73,1 16 61,5 10 38,5 Dari Tabel 2, terlihat bahwa ada satu indikator pembelajaran yang persentase ketuntasannya di bawah 50% yaitu indikator 6. Terlihat jelas dari data ketercapaian KKM indikator pada siklus II semakin sedikit indikator yang tidak mencapai KKM yang ditetapkan, jika dibandingkan dengan ketercapaian KKM indikator pada siklus I. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar matematika

10 peserta didik setelah melakukan tindakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray). c. Analisis Distribusi Frekuensi Berikut adalah tabel distribusi frekuensi sebagai gambaran jumlah peserta didik yang mengalami perubahan hasil belajar. Tabel 3. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Interval Frekuensi Peserta Didik Kriteria Skor Dasar Skor UH I Skor UH II 0 0 0 Rendah Sekali 4 0 0 Rendah 17 11 3 Cukup 5 13 11 Tinggi 0 2 12 Tinggi Sekali Data yang ada pada Tabel 3 menunjukkan perubahan jumlah peserta didik di setiap interval pada skor dasar, UH-I dan UH-II. Pada kriteria tinggi dan tinggi sekali pada UH I dan UH II lebih banyak dibandingkan skor dasar, sedangkan pada kriteria lainnya jumlah peserta didik semakin menurun. Berdasarkan analisis nilai perkembangan individu peserta didik dari skor dasar ke siklus I dan siklus II juga terjadi peningkatan. Analisis tindakan diatas dapat dikatakan bahwa tindakan yang dilakukan berhasil. Analisis kesalahan UH, beberapa orang peserta didik masih belum bisa menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Ini disebabkan karena peserta didik salah menggunakan rumus dalam menjawab soal yang diberikan, kurang teliti dalam memahami dan menjawab soal, dan rendahnya kemampuan peserta didik dalam mengoperasikan bilangan juga merupakan faktor penyebab rendahnya nilai UH peserta didik. Maka dari itu, peneliti merekomendasikan kepada guru cara pelaksanaan remedial yang tepat terhadap jenis kesalahan yang dilakukan peserta didik. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) di kelas, tindakan ini telah dapat memberi dampak positif pada pelaksanaan proses pembelajaran dikelas tersebut. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi diri dalam memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari dan dapat meningkatkan partisipasi aktif mereka di dalam pembelajaran. Selain itu, peserta didik di dalam kelompok dituntut untuk dapat saling bekerjasama dan mendorong untuk berprestasi. Proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas dan rasa tanggung jawab peserta didik serta mengembangkan kemampuan bekerja sama dengan peserta didik lain sehingga peserta didik dapat menguasai materi dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal yang paling maju adalah terjadinya interaksi positif antara guru dengan peserta didik dan antar sesama peserta didik. Berdasarkan hasil analisis tindakan ini mendukung hipotesis tindakan yang diajukan yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII B SMP Negeri 10 Tapung semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 pada Materi pokok Bentuk Aljabar dan Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV).

11 SIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII B SMP Negeri 10 Tapung semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 pada matei pokok Bentuk Aljabar dan Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika, karena terbukti dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. 2. Diharapkan pada guru yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS agar lebih terampil dan teliti dalam mengalokasikan waktu dalam proses pembelajaran, khususnya ketika peserta didik berdiskusi dan bertamu. 3. Guru harus lebih tegas mengingatkan peserta didik agar berdiskusi dalam mengerjakan LKPD sehingga bagi peserta didik yang tidak paham bisa bertanya kepada teman kelompoknya. DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. 2010. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Jakarta. Suharsimi Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Dikti Depdikbud. Yogyakarta