BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping


BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes merupakan kondisi kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atau tidak dapat menggunakan insulin, dan didiagnosa dengan mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah. Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi diabetes mellitus (DM) tipe 2 di berbagai penjuru dunia. World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, IDF pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (Perkeni, 2011).Pada hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi DM yang terdiagnosis dokter di DIY yaitu sebesar 2,6% (Balitbangkes, 2013). Terdapat beberapa faktor yang dikenal sebagai faktor risiko diabetes. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu: ras dan etnik, riwayat keluarga, usia, riwayat menderita DM gestasional, dan riwayat lahir dengan berat badan rendah.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah: berat badan lebih (IMT > 23 kg/m 2 ), kurangnya aktivitas fisik, hipertensi (> 140/90 mmhg), dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl), dan diet dengan tinggi gula dan rendah serat (Perkeni, 2011). Prevalensi obesitas pada DM cukup tinggi, demikian pula kejadian DM dan gangguan toleransi glukosa pada obesitas cukup sering dijumpai. Obesitas, terutama obesitas sentral secara bermakna berhubungan dengan sindrom dismetabolik (dislipidemia, hiperglikemia, hipertensi), yang didasari oleh resistensi insulin. Resistensi insulin pada diabetes dengan obesitas membutuhkan pendekatan khusus (Perkeni, 2011). Al-Qur an menyatakan larangan untuk makan berlebihan. Manusia cukup mengkonsumsi makanan sesuai dengan angka kecukupan gizi. Allah SWT. berfirman dalam surah Thaha ayat 81: Artinya: Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas, yang menyebabkan kemurkaan-ku menimpamu. Barang siapa ditimpa kemurkaan-ku maka sungguh, binasalah dia. Diabetes dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang pada saatnya mengakibatkan penurunan fungsi ekstremitas bawah; bagaimanapun, hubungan komorbiditas kardiovaskular dengan peningkatan kadar glukosa darah mungkin juga berkontribusi terhadap rendahnya fungsi ekstremitas bawah yang diamati pada penderita diabetes (Chiles etal., 2014).Kadar glukosa darah yang tinggi secara

konsisten menyebabkan penyakit serius yang memberi efek pada jantung dan pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf (IDF, 2015). Kerusakan saraf (neuropati) juga hasil dari tingginya kadar glukosa darah yang kronik. Tipe neuropati yang paling umum adalah neuropati perifer, yang mempengaruhi saraf-saraf sensori di kaki (IDF, 2015). Mekanisme yang mendasari neuropati perifer tergantung pada etiologi. Diabetes menjadi faktor etiologi yang paling umum dan banyak dipelajari dalam hal patogenesis. Neuropati perifer ditandai dengan nyeri, mati rasa, dan terasa gatal pada ekstremitas dan konduksi saraf lambat mempengaruhi persentase yang signifikan pada populasi Amerika. Sebuah laporan tahun 1999-2000, National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), 2.873 laki-laki dan perempuan usia 40 tahun atau lebih (419 dengan diabetes), ditemukan prevalensi neuropati perifer 14,8% (Head, 2006). Alvin (2014) mengemukakan bahwa prevalensi neuropati diabetik pada pasien rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Jogjakarta secara terperinci yaitu tahun 2010 sebesar 2,6%, tahun 2011 sebesar 3,8%, dan tahun 2012 sebesar 2,3%. Prevalensi neuropati perifer pada penderita diabetes mendekati 70% dan sekitar 50% merupakan kasus distal peripheral neuropathy. Penyakit ini biasanya berkembang melibatkan saraf otonom jantung sehingga menjadi faktor utama mortalitas penderita diabetes. Distal peripheral neuropathy merupakan penyebab utama hilangnya mekanisme sensasi pelindung ekstremitas, luka ulserasi traumatis dan amputasi. Sekitar 11% kasus distal peripheral neuropathy berhubungan dengan gejala sakit kronis yang

mengurangi kualitas hidup dan sering berhubungan dengan depresi (Dobretsov, et al, 2007). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan suatu rumusan masalah, yaitu: Apakah terdapat hubungan obesitas dengan neuropati diabetik perifer? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas dengan neuropati diabetik perifer. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi ilmu kedokteran Hasil penelitian ini diharapkan dapat berperan dalam perkembangan ilmu kedokteran tentang faktor risiko neuropati diabetik perifer, sehingga morbiditas dan mortalitasnya dapat diminimalkan. 2. Manfaat bagi masyarakat Hasil penelitian ini dapat dijadikan motivasi bagi penderita DM untuk melakukan pencegahan terhadap neuropati diabetik perifer melalui kontrol faktor risiko. 3. Manfaat bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi terhadap penelitian selanjutnya tentang pencegahan kejadian neuropati diabetik perifer berdasarkan faktor risiko.

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dan memiliki kemiripan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Wang, Bakhotmah, Hu, & Alzahrani (2014) dengan judul Prevalence and Correlates of Diabetic Peripheral Neuropathy in a Saudi Arabic Population: A Cross-Sectional Study. Penelitian ini menggunakan non eksperimen cross sectional design. Responden berjumlah 552 penderita DM yang dibagi menjadi dua kelompok dengan neuropati diabetik perifer dan tanpa neuropati diabetik perifer. Variabel yang diteliti adalah prevalensi dan tanda klinis dari neuropati diabetik perifer. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi neuropati diabetik perifer yang lebih tinggi diamati pada populasi Saudi dengan diabetes, dibandingkan dengan perkiraan rata-rata di penjuru dunia. Selain itu, durasi menderita diabetes, kontrol glukosa darah, obesitas abdominal, jumlah kreatinin dan sel darah putih mempunyai hubungan yang signifikan dengan neuropati diabetik perifer. Sedangkan hubungan obesitas general (BMI 30 kg/m 2 ) dengan neuropati diabetik perifer tidak signifikan setelah penyocokan multivariat (p= 0,246). Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel bebas, terikat, dan desain yang digunakan. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan non eksperimen cross sectional design, obesitas sebagai variabel bebas, dan neuropati diabetik perifer sebagai variabel terikat. Sedangkan perbedaannya terletak pada latar belakang lingkungan populasi diabetes (kewarganegaraan) dan alat yang digunakan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Chiles, etal. (2014) dengan judul Diabetes, peripheral neuropathy, and lower-extremity function. Penelitian ini menggunakan non eksperimen cross sectional design. Tujuan penelitian tersebut untuk menentukan: (1) apakah diabetes dan gangguan glukosa puasa berhubungan dengan fungsi fisik pada usia lanjut, (2) tes fungsi saraf perifer (PNF) manakah yang berhubungan dengan diabetes, dan (3) apakah PNF mempunyai peran dalam hubungan antara diabetes dengan fungsi fisik. Kinerja fisik dinilai menggunakan Short Physical Performance Battery (SPPB), dan kecepatan berjalan (m/s). Skor neuropati didapatkan dari uji PNF. Hasil penelitian menunjukkan penderita diabetes mengalami penurunan SPPB (p < 0,01), penurunan kecepatan berjalan (p < 0,01), penurunan kecepatan konduksi saraf (p < 0,01), dan peningkatan neuropati (p < 0,01) dibandingkan dengan partisipan tanpa diabetes. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel terikat dan desain yang digunakan. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan non eksperimen cross sectional design dan neuropati diabetik sebagai variabel terikat. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas dan alat yang digunakan. Variabel bebas pada penelitian yang akan dilakukan adalah obesitas.