BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berkualitas yang mana menjadi subjek pencipta,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat terangkat harkat dan derajadnya. pelaksanaan proses pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ferri Wiryawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sudah ada. mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kebaikan.

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. dengan gerakan, tidak sekedar sikap atau ucapan. berusaha mewujudkan dalam perbuatan dan tindakan sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Di era saat ini, pendidikan sangatlah memiliki peranan yang penting.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai dua sifat yang saling

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan yang berguna untuk masa

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara umum pendidikan dipandang sebagai faktor utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi saat ini pengetahuan dan teknologi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam usaha membina dan membentuk manusia yang berkualitas tinggi untuk menghadapi era globalisasi ini, dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan akibat dari perubahan dan perkembangan yang cepat, baik dari aspek sosial, budaya, dan teknologi. Untuk menghadapi tantangan ini diperlukan kesiapan individu secara fisik dan mental, agar lebih mampu mengatasi berbagai hal dalam mencapai kesuksesan. Secara umum, perkembangan individu dari masa anak-anak ke masa dewasa dapat dilihat dari perkembangan fisik, psikis, dan sosial. Perkembangan fisik individu ditandai pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Perkembangan psikis individu ditandai dengan perkembangan kognitif dan perkembangan emosi. Sejalan dengan itu, menurut Kaufman (Z. Coky:2013:150) tidak ada emosi lain yang dirasakan lebih mengacaukan daripada mengalami rasa

2 malu. Oleh karena itu anda akan merasa terluka dari dalam, hanya karena rasa malu. Menurut Goleman (Z. Coky:149) rasa malu bisa timbul ketika melanggar kesepakatan sosial, entah dengan terlalu dekat, kehilangan keseimbangan diri, atau dengan melakukan dan mengatakan hal yang salah. Menurut Zimbardo (http://sajadstudio.info/articale/malu.pdf) yang merupakan perintis di dalam kajian tentang malu, menegaskan bahawa keadaan tersebut lahir sebagai sesuatu yang berterusan. Terdapat beberapa jenis malu yaitu; true blue iaitu malu yang kronik, malu pada situasi tertentu dan shy extroverts iaitu mereka yang mau bergaul dan bersosial tetapi di dalam dirinya masih ada perasaan malu. Kita umumnya bisa merasa malu di depan khalayak ramai ( bimbang mengenai bagaimana kemungkinan diri kita pada pandangan orang lain) atau malu tersendiri ( yang menumpukan kepada pemikiran dan perasaan berkaitan dengan diri). Zimbardo juga menegaskan bahawa terdapat juga kebaikan daripada kesan perasaan malu dan dalam keadaan tertentu malu bukanlah satu masalah yang mesti dihapuskan semuanya. Emosi malu menjadi kental sekiranya orang yang pemalu mempercayai dirinya serba kekurangan untuk tampil di khalayak dan penampilan tersebut akan menelanjangi kekurangannya kepada orang lain. Menurut Garducci (http://sajadstudio.info/articale/malu.pdf) yang merupakan seorang professor dan pengarah di Southeast s Shyness Research Institut, Indiana University, mendapati bahawa seseorang itu tidak dilahirkan malu. Menurut beliau malu mempunya kreteria-kreteria seperti; kesedaran diri yang melampau (excessive self-consciousness), penilaian diri yang negatif (negative self-evaluaition) dan keasyikan memikirkan sesuatu tentang diri (self preoccupation).

3 Berdasarkan penelitian efektivitas cognitive behaviour modification (cbm) terhadap perilaku malu pada siswa MAKN Surakarta ditemukan hasil hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modifikasi perilaku kognitif efektif dalam menurunkan perilaku malu pada siswa makn surakarta, terlihat dalam nilai perilaku malu pada kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen dari sesudah pelatihan dan dua minggu setelah pelatihan yang mempunyai sumbangan sebesar 67%. dalam uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini normal dan homogen sehingga dapat diteruskan untuk mencari analisis data. dengan demikian nilai perilaku malu pada kelompok kontrol lebih tinggi dari pada kelompok eksperimen hal ini terlihat dalam nilai perilaku malu sesudah pelatihan, dua minggu setelah pelatihan dengan perbedaan nilai rata-rata kelompok sesudah pelatihan sebesar kelompok eksperimen =43,85, kelompok kontrol =52,42, sedangkan nilai rata-rata kelompok pada tahap dua minggu setelah pelatihan sebesar kelompok eksperimen =38,15, kelompok kontrol =54,92. hal ini menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan pelatihan modifikasi perilaku kognitif menunjukkan penurunan nilai perilaku malu, sedangkan untuk kelompok kontrol sebagai waiting lists setelah pelatihan berakhir menunjukkan kenaikan nilai perilaku malu yang disebabkan tidak memperoleh perlakuan pelatihan modifikasi perilaku kognitif. Hal ini menunjukkan bahwa modifikasi perilaku kognitif efektif dalam menurunkan perilaku malu dilihat dari adanya perbedaan skor rerata pada tahap pre-test=52,96, post-test1=47,96, dan post-test2=46,20 dengan nilai perbedaan (F) sebesar 30,061, sig=0,000, besarnya sumbangan 56,7%. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa penurunan perilaku malu pada kelompok eksperimen

4 dengan kelompok kontrol berbeda secara sangat signifikan, dikuatkan dengan hasil pengukuran sebelum pelatihan, susudah pelatihan dan dua minggu setelah pelatihan pada kelompok eksperimen yang menunjukkan perbedaan nilai yang sangat signifikan. Dari pengalaman waktu PPL (program pengalaman lapangan) yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Nopember 2013, ternyata banyak siswa yang mendapat prestasi belajar rendah dan kesulitan menjalin hubungan pertemanan yang baik bukan disebabkan karena tingkat intelegensi yang rendah melainkan masalah dengan keadaan dirinya dalam hal ini berhubungan dengan rasa malu. Rasa malu yang dimiliki membuat siswa tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas, gerogi saat tampil di depan kelas, siswa kurang percaya diri dalam bergaul, tidak banyak bicara dan sulit untuk mengemukakan pendapat serta lebih menyendiri. Banyak siswa cenderung bersikap tertutup terhadap keadaan disekitarnya dan terlihat lebih menarik diri dari lingkungan sosial sesama teman sebaya, sehingga hubungan pertemanan yang seharusnya terjalin dengan akrab dan hangat justru tampak renggang.. Jika hal ini terus-menerus dibiarkan dan tidak dibantu, maka akan berpengaruh terhadap perilakunya dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, konselor harus melakukan upaya dalam mereduksi rasa malu siswa agar memiliki rasa harga diri yang lebih positif. Kegiatan bimbingan dan konseling merupakan salah satu cara untuk membantu siswa memecahkan permasalahannya secara mandiri. Juntika (2007:9) bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Bimbingan

5 sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu (F.Parson dan Jones dalam Prayitno, 2009:93). Sedangkan konseling menurut Jones (dalam Prayitno 2009:101) adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan itu. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling 9 beberapa jenis layanan yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling individual, layanan bimbingan kelompok,layanan konseling kelompok, layanan mediasi, dan layanan konsultasi. Layanan yang diambil peneliti untuk digunakan dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok yang disingkat BKP. Layanan bimbingan kelompok memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama membahas pokok persoalan tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial, serta untuk pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh bahan dan pengembangan kemampuan sosial. Bimbingan kelompok menurut Gazda (dalam Prayitno 2009:309) adalah kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.juntika (2009:23) aktivitas bimbingan kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri. Dalam bimbingan kelompok terdapat pula teknik role playing yang merupakan teknik untuk

6 memecahkan masalah-masalah sosial yang dialami oleh individu melalui kegiatan bermain peran. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini diberi judul : Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role Playing Terhadap Pengurangan Rasa Malu Siswa Di SMA Negeri 1 Air Putih Tahun Ajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Siswa tidak mau mengikuti kegiatan di kelas 2. Siswa tidak mampu menyesesuaikan dirinya dengan lingkungan 3. Siswa tidak berani bertanya dan menyatakan pendapat 4. Siswa gerogi saat tampil di depan kelas 5. Siswa kurang percaya diri dalam bergaul 6. Siswa tidak banyak bicara 7. Siswa lebih sering menyendiri C. Batasan Masalah Dengan perhitungan keterbatasan kemampuan peneliti, waktu serta luasnya ruang lingkup masalah yang dihadapi siswa SMA Negeri 1 Air Putih, maka dalam penelitian ini masalah yang akan di teliti oleh peneliti yakni : Pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik role playing terhadap pengurangan rasa malu siswa di SMA Negeri 1 Air Putih Tahun Ajaran 2013/2014.

7 D. Perumusan Masalah Apakah ada pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik role playing terhadap pengurangan rasa malu siswa di SMA Negeri 1 Air Putih Tahun Ajaran 2013/2014? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui ada pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik role playing terhadap pengurangan rasa malu siswa di SMA Negeri 1 Air Putih Tahun Ajaran 2013/2014. F. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Manfaat Teoritis Manfaat dalam penelitian ini sebagai bentuk pembekalan diri yang lebih baik, menambah pengetahuan tentang konsep rasa malu dan dapat diaplikasikan ke arah yang lebih positif. Selain itu juga sebagai bahan pengembangan dan pembelajaran dalam bimbingan konseling. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa, sebagai bekal untuk bertingkah laku yang baik, penyesuaian diri dengan lingkungan yang baik dan dapat menambah pengalaman dan wawasan untuk kehidupannya serta mampu menghadapi rintangan tugas secara optimal.

8 b. Bagi guru BK, sebagai program perencanaan bimbingan dan konseling di sekolah sekaligus sebagai ilmu pengetahuan dalam mengembangkan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. c. Bagi peneliti, sebagai wadah untuk menambah pengalaman, pengetahuan, dan wawasan yang luas terutama dalam bertingkah laku yang baik, mengelola emosi dan membentuk kepribadian kearah yang positif. d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi tentang konsep rasa malu dan dapat digunakan untuk mengembangkan karya tulis di masa yang akan datang.