2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya yang mulai memasuki

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan kualitas diri bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pada rentang usia ini anak mengalami the golden years yang. perkembangannya, termasuk perkembangan fisik-motoriknya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI SENAM IRAMA DI TAMAN KANAK-KANAK BINA UMMAT PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu anugerah yang yang terbesar dan sangat berharga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan pendidikan adalah usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini dimulai masa usia 0 6 tahun. Masa ini

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak- Kanak termasuk jenjang Pendidikan Anak Usia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Orang tua dan guru belum memahami akan perkembangan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis untuk

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN TARI TAKTETAH MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa fundamental anak ditentukan dari 0-6 tahun (masa anak usia dini). Menurut Sujiono (2009, hlm. 6) anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Selain itu Mutiah (2010, hlm. 2) mengemukakan bahwa anak usia dini merupakan usia yang memiliki rentangan waktu sejak anak lahir hingga usia 6 tahun, dimana dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Rangsangan pendidikan pada anak usia dini sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan anak mengoptimalkan potensi yang dimiliki anak serta mempersiapkan anak dalam mengikuti jenjang pendidikan lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan definisi PAUD yang tercantum pada pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu: Pendidikan Anak Usia Dini, yang selanjutnya disingkat PAUD, meruapakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Rangsangan yang diberikan kepada anak harus bermakna. Masa golden age ini, anak akan berkembang semua aspek perkembangannya dengan optimal melalui stimulus yang tepat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Keith Osborn, Burton L. White, dan Benyamin S. Bloom (dalam Mutiah, 2010, hlm. 3) mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Menurut Mutiah (2010, hlm. 3) bahwa kehidupan pada masa anak dengan berbagai pengaruhnya adalah masa kehidupan yang sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya 1

2 rangsangan (stimulasi) dan perlakuan dari lingkungan hidupnya. Maka intervensi, baik orang tua maupun guru diperlukan dalam memberikan stimulus yang tepat bagi anak dalam mengembangkan aspek perkembangan anak dengan optimal dalam periode kondusif ini. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014, salah satu karakteristik kurikulum 2013 yaitu mengoptimalkan perkembangan anak yang meliputi: aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni yang tercermin dalam keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam buku Anak Prasekolah (Sujiono, 2005, hlm. 1.3) tertulis bahwa masa lima tahun pertama adalah masa pesatnya perkembangan motorik anak. Motorik terbagi menjadi dua bagian yaitu motorik kasar dan motorik halus. Kemajuan besar, baik dalam keterampilan motorik kasar maupun motorik halus terjadi pada masa kanak-kanak awal (Santrock, 2011, hlm. 12). Menurut Sujiono (2005, hlm. 1.3) bahwa gerak merupakan unsur utama dalam pengembangan motorik anak. Gerakan-gerakan tersebut seringkali diklasifikasikan gerak motorik kasar dan gerak motorik halus. Lebih lanjut Sujiono (2005, hlm. 12.3) mengatakan bahwa perkembangan motorik kasar adalah gerakan fisik yang melibatkan otot-otot besar, seperti lengan, kaki dan leher. Miller (dalam Gallalhue & John, 1998, hlm. 241) menyelidiki fasilitasi dari pembelajaran keterampilan gerakan fundamental pada usia 3 hingga 6. Dia menemukan bahwa progam-progam instruksi dapat meningkatkan perkembangan pola gerakan fundamental diluar tingkat yang dicapai hanya melalui kematangan. Maka kegiatan motorik kasar yang sengaja dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan motorik kasar anak harus dilakukan oleh guru disekolah. Hanya saja beberapa lembaga pendidikan dalam pembelajarannya kurang menstimulasi motorik kasar anak. Kegiatan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak jarang dilakukan. Berdasarkan pengamatan di PAUD Kasih Sayang Bunda, kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan motorik kasar anak hanya olahraga yang

3 bersifat konvensional dengan memanfaatkan lahan yang ada yaitu melalui kegiatan senam serta penyedian ruang bermain out-door yang terbatas. Kegiatan senam bersama hanya dilakukan seminggu sekali. Itu pun dengan musik dan gerakan yang sama. Belum ada aktivitas yang khusus dalam mengembangkan motorik kasar anak dan masih sedikit variasi gerakan yang dilakukan untuk mengembangkan motorik kasar anak. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan dikelas lebih ditekankan pada pembelajaran membaca, menulis dan berhitung. Adapun kegiatan menari hanya dilakukan di akhir semester pada acara perpisahan saja. Kemampuan motorik kasar anak tidak akan efektif terlihat ketika hanya dilakukan kegiatan motorik kasar yang bersifat konvensional. Terlihat bahwa kegiatan motorik kasar konvensional seperti yang dikemukakan diatas tidak memberikan dampak yang signifikan pada kemampuan motorik kasar anak. Edwadrs & Sarwark (dalam Santrock, 2011, hlm. 14) mengemukakan bahwa bisa saja terdapat efek negatif jangka panjang bagi anak-anak yang gagal mengembangkan keterampilan motorik kasar anak. Anak-anak tersebut tidak akan dapat bergabung dalam pertandingan kelompok atau berpartisipasi dalam olahraga selama mereka dibangku sekolah dan pada masa dewasa. Maka melakukan kegiatan motorik kasar dianggap penting. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Santrock (2011, hlm. 15) bahwa melakukan keterampilan motorik memenuhi kebutuhan dan keinginan anak akan gerakan dan latihan untuk membangun otot, memperkuat jantung, serta meningkatkan kapasitas pernafasan. Melihat fakta yang terjadi seperti yang telah diuraikan diatas, sebagai tempat mendidik anak usia dini seharusnya memberi penanganan sedini mungkin. Maka cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan motorik kasar anak yaitu dengan kegiatan yang menyenangkan dan dapat membuat anak aktif berpartisipasi. Guru dapat menententukan kegiatannya sesuai kreativitas yang dimiliki. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan motorik kasar anak salah satu nya dengan memberikan pembelajaran tari. Menurut Desfina (2008, hlm. 1-2) bahwa dengan seni tari diharapkan dalam diri anak berkembang kreativitas dan rasa cinta terhadap seni,

4 mengembangkan imajinasi anak, serta membantu anak mengekspresikan dirinya melalui bahasa gerak, ritmis dan indah. Jenis tarian untuk anak usia dini beraneka ragam. Tetapi, jarang sekali tari tradisional diajarkan. Padahal alangkah lebih baiknya jika sejak dini anak dikenalkan dengan tari tradisional, agar anak mengetahui bahwa Indonesia kaya akan budaya yang beraneka ragam. Hal tersebut sesuai dengan kerangka dasar kurikulum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 tahun 2014, yaitu Anak adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk memberi inspirasi dan rasa bangga pada anak. Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini memposisikan keunggulan budaya untuk menimbulkan rasa bangga yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, dan berbangsa. Pembelajaran tari di TK merupakan kegiatan untuk menstimulasi kemampuan motori kasar anak yang dikemas secara menyenangkan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Handayani (2014) menggunakan pembelajaran tari nusantara sebagai rangsangannya dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Selain itu, dalam penelitian Agustina (2010) menggunakan pembelajaran menari kreativitas sebagai rangsangannya dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar. Sehingga peneliti menggunakan pembelajaran tari kreasi Bali untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Selain itu, tari kreasi Bali merupakan salah satu solusi untuk mengangkat tari tradisional pada anak dari sejak dini, Dalam indikator pencapaian perkembangan anak usia dini usia 5-6 tahun pada Kurikulum 2013 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 diantaranya: (1) melakukan gerakan terkoordinasi secara terkontrol, seimbang dan lincah; (2) melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu melakukan gerakan mata, tangan, kaki, kepala secara terkoordinasi dalam menirukan berbagai gerakan yang teratur (misal: senam dan tarian). Berdasarkan dengan hal tersebut, bahwa kegiatan yang mampu merangsang kemampuan motorik kasar anak secara komprehensif yaitu dengan tari Bali. Bukan hanya gerak lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif saja

5 yang terstimulasi akan tetapi koordinasi sensorimotorik juga terlatih ketika melakukan tari Bali. Selain itu, tari Bali mempunyai keunikan tersendiri yaitu bersifat ekspresif yang tergambar melalui wajah/mimik muka serta gerak mata. Sehingga tari Bali dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar anak secara meyeluruh. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan praktisi tari Bali sekaligus dosen mata kuliah seni tari di PG PAUD UPI, bahwa Angkatan 2012 mengontrak mata kuliah pendidikan seni tari untuk anak usia dini. Salah satu mahasiswa ditugaskan membuat dan mengajarkan karya tari kepada anak TK Labschool UPI dengan menggunakan tema tari Bali. Dan hasilnya luar biasa ketika ditampilkan pada acara pagelaran tari anak nusantara. Tetapi bentuk tari tersebut berubah menjadi tari kreasi bukan tari Bali yang sebenarnya seperti yang diajarkan di sanggar tari Bali. Apabila standar tari Bali diberlakukan, akan sangat sulit dan menjadi sebuah pemaksaan untuk anak. Sehingga terjadi penyederhanaan dari tradisi menjadi tari kreasi. Dengan demikian, kegiatan yang dilaksanakan oleh I Gusti Komang Aryaprasatya, menjadi studi awal dalam menerapkan pembelajaran tari kreasi Bali pada anak. Bahwa tari Bali bisa diajarkan kepada anak ketika tari tersebut berubah menjadi tari kreasi. Adanya penyerderhanaan dari gerakan, pola lantai dan kostum tari Bali membuat anak mudah untuk menari. Meskipun dikreasikan, masih terlihat ciri khas tari Bali ketika anak memakai kostum dan menari dengan mimik muka yang ekspresif dengan gerak mata. Gerakan tari untuk anak harus sederhana, tidak rumit, mudah diikuti oleh anak namun komprehensif dalam menstimulasi koordinasi sensori motorik. Maka dari itu peneliti berkreasi atau menciptakan gerakan tari baru hasil modifikasi dari tari Bali. Tari kreasi Bali untuk anak merupakan tarian yang dirubah tingkat kesulitannya menjadi lebih sederhana tetapi tidak menghilangkan unsur gerak dasar tari dan tidak merubah maksud dan tujuan dari tari tersebut. Sehingga gerakannya disenangi anak dan mudah diikuti.

6 Berdasarkan pernyataan dan paparan diatas maka penelitian ini diberi judul Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Pembelajaran Tari Kreasi Bali (Penelitian Tindakan Kelas pada PAUD Kasih Sayang Bunda kelompok B). B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran tari kreasi Bali dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di kelas B TK Kasih Sayang Bunda? Permasalahan di atas secara rinci dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan motorik kasar anak kelompok B PAUD Kasih Sayang Bunda? 2. Bagaimana penerapan pembelajaran tari kreasi Bali pada anak kelompok B PAUD Kasih Sayang Bunda? 3. Bagaimana peningkatan kemampuan motorik kasar setelah diterapkan pembelajaran tari kreasi Bali pada anak kelompok B PAUD Kasih Sayang Bunda? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan motorik kasar anak meningkat setelah diterapkan pembelajaran tari kreasi Bali di kelas B PAUD Kasih Sayang Bunda 2. Tujuan Khusus Mengacu pada rumusan masalah dan penjabaran dari tujuan umum diatas, maka secara spesifik tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan motorik kasar anak kelompok B PAUD Kasih Sayang Bunda.

7 b. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran tari kreasi Bali pada anak kelompok B PAUD Kasih Sayang Bunda. c. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar setelah diterapkan pembelajaran tari kreasi Bali kelompok B PAUD Kasih Sayang Bunda. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak melalui tari kreasi Bali. 2. Manfaat praktis a. Manfaat bagi anak Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menjadi umpan balik bagi anak berupa pengalaman dan membantu anak-anak dalam meningkatkan kemampuan motorik kasarnya menjadi lebih baik lagi dengan pembelajaran yang menyenangkan, salah satunya dengan pembelajaran tari kreasi Bali. b. Manfaat bagi peneliti Untuk menambahkan wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan sebagai rujukan atau kajian lebih lanjut dalam penelitian khususnya tentang kemampuan motorik kasar anak serta masukan dalam menentukan pembelajaran yang tepat diberikan bagi anak usia dini. c. Manfaat bagi guru (pendidik) Untuk menambah wawasan, bahan masukan dan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode yang tepat dan menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. d. Manfaat Lembaga Agar dijadikan sebagai sebuah informasi mengetahui pengetahuan tentang kemampuan motorik kasar anak usia dini, dan mengadakan pembelajaran khusus seperti ekstrakulikuler untuk tari anak. e. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

8 Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi maupun dasar rujukan untuk peneliti selanjutnya dalam membuat penelitian. E. Struktur Organisasi Skripsi Penulisan penelitian ini disusun berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku pada UPI Bandung, secara laporan penulisannya sebagai berikut: BAB I: BAB II: BAB III: BAB IV: BAB V: Pendahuluan, didalamnya membahas Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi Skripsi. Kajian pustaka yang didalamnya membahas teori dan konsep Kemampuan Motorik Kasar Anak, Pembelajaran Tari Anak, Tahapan Tari Kreasi Anak, Tari Janger Bali. Metode Penelitian, Desain Penelitian, Partisipan dan Tempat Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Penelitian, Skenario Pembelajaran, Penjelasan Istilah, Teknik Analisis Data. Statistik deskriptif dan pemaparan hasil data penelitian kondisi objektif kemampuan motorik kasar anak di PAUD Kasih Sayang Bunda, penerapan pembelajaran tari kreasi Bali untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak di PAUD Kasih Sayang Bunda, Peningkatan kemampuan motorik kasar anak di PAUD Kasih Sayang Bunda setelah penerapan pembelajaran tari kreasi Bali, Kelemahan Penelitian. Merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan, serta membahas implikasi dan rekomendasi.

9