BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

MP - ASI dini kepada bayi adalah ASI PENDAHULUAN. Secara nasional cakupan ASI. belum keluar dan alasan tradisi dan. untuk bayi sampai umur 6 bulan

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO)/United Nations International

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS UMBULHARJO I

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu yang baru saja melahirkan dan diberikan kepada bayi langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

Disusun Oleh: Wiwiningsih

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Ananda, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan menempati kisaran ke dua sebagai penyebab kematian bayi di Indonesia. Kejadian tersebut karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain Air Susu Ibu (ASI) sebelum berusia 4 bulan (Depkes. RI, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kota di Jawa Tengah tahun 2010 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 35, 45% padahal sasaran program perbaikan gizi di Jawa Tengah tahun 2010 lebih dari 65%. Angka ini masih sangat rendah bila dibandingkan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2015 sebesar 80%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Sukoharjo pada tahun 2010 cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 64,58% sedangkan pada tahun 2011 cakupan pemberian ASI eksklusif terjadi penurunan mencapai 55,00%. Di dalam Program Perbaikan Gizi Indonesia Sehat 2010, ditetapkan target nasional pencapaian ASI eksklusif pada tahun 2000 adalah 80%. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati dan Syafiq, 2010). 1

2 Hal ini menunjukkan pencapaian pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Sukoharjo belum mencapai target nasional yaitu sebesar 80%. Data United Nations Childrens Fund (UNICEF) menyebutkan bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia, dapat dicegah melalui pemberian ASI secara Eksklusif selama 6 bulan, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi, kesadaran ibu untuk memberikan ASI di Indonesia baru 14%, itupun diberikan hanya sampai bayi berusia 4 bulan. Pedoman Internasional yang menganjurkan pemberian ASI selama 6 bulan pertama, didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan dan perkembangannya (Rohmayanti, 2008). Banyak tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Salah satunya adalah pemberian ASI segera setelah lahir atau biasa disebut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) serta pemberian ASI eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan UNICEF tahun 2009, bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi. Mufdlilah (2009) juga mendukung pernyataan UNICEF tersebut, bahwa bayi yang di beri ASI eksklusif dapat mencegah kematian bayi akibat penyakit infeksi pernafasan dan diare. Rohmayanti (2008) Pemberian susu formula, memiliki kemungkinan atau peluang untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya lebih

3 tinggi dibandingkan dengan bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif. Sehingga kematian bayi dapat dicegah melalui sejak hari pertama kelahirannya, melalui IMD diyakini mampu mengurangi risiko kematian pada bayi. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2009, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2009 terlihat bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92%. Kejadian diare pada balita salah satu faktor penyebab adalah berhentinya ibu memberikan ASI secara Eksklusif, ibu memberikan susu formula atau makanan tambahan (MPASI) yang sebenarnya bayi belum dapat menerima makanan tambahan pada usia dibawah 6 bulan (Depkes RI, 2010). Hasil penelitian Wijayanti (2010) dengan judul penelitian Hubungan Antara Pemberian Asi Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0 6 bulan. Bayi yang diberi ASI eksklusif presentase bayi yang tidak diare lebih tinggi di bandingkan dengan bayi yang mengalami diare. Data di wiayah kerja Puskesmas Kartosuro, menerangkan bahwa terdapat 561 ibu post partum dengan usia bayi antara 0-6 bulan dan data

4 kejadian diare pada bayi umur kurang dari 1 tahun pada tahun 2011 sebanyak 39 kasus, sedangkan pada bulan Januari hingga Februari 2011 terdapat 8 kasus diare pada bayi. Hasil studi pendahuluan pada bulan Juli 2011 dengan menggunakan wawancara dengan 8 ibu yang memiliki bayi diperoleh gambaran bahwa 3 ibu yang memiliki bayi usia 3 bulan sebagai ibu rumah tangga sudah tidak memberikan ASI secara eksklusif yang disebabkan ibu merasa jumlah ASI sudah tidak mencukupi kebutuhan bayi, sehingga ibu memberikan susu formula. Ibu menyatakan tidak mengetahui apabila bayi diberi ASI dapat menurunkan kejadian diare. Menurut ibu bahwa bayinya juga pernah mengalami diare meskipun diberi ASI, namun ibu tidak mengetahui secara pasti apakah kejadian diare pada bayi akibat dari ASI atau karena faktor lain. Ibu juga memberikan makanan tambahan seperti pisang, bubur susu, biscuit, maupun pemberian cairan seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan lain-lain. Terdapat 2 orang ibu yang memiliki bayi usia 3 bulan sudah diberi makanan tambahan. Alasan ibu adalah bahwa ibu telah bekerja kembali di kantor. Cuti 3 bulan yang diambil dilakukan 1 bulan sebelum persalinan dan 2 bulan persalinan. Oleh karena itu pada bulan ketiga setelah melahirkan ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif dan memberi makanan pendamping ASI (MPASI). Terdapat 3 orang ibu menyatakan bahwa awalnya ingin memberikan ASI eksklusif namun karena takut anaknya menangis terus karena dianggap lapar, maka ibu memberikan makanan tambahan kepada

5 bayinya meskipun usia bayi baru 4 bulan. Kedelapan ibu menyatakan sesudah tidak memberikan ASI eksklusif, bayi pernah menderita diare, namun tidak mengetahui penyebab diare bayinya apakah berasal dari susu formula, botol susu, atau makanan tambahan yang diberikan. Oleh karena itu penulis merasa tertarik dan ingin mengadakan penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap, pekerjaan ibu tidak memberikan ASI eksklusif untuk menurunkan kejadian diare pada bayi di kelurahan Kartasura Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah tertera di atas maka masalah dalam penelitian ini mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di Kelurahan Kartasura Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi di Kelurahan Kartasura Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi.

6 b. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi. c. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu yang tidak memberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi. 2. Bagi masyarakat Dapat memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu yang tidak memberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian di harapkan menjadi data untuk penelitian selanjutnya tentang tingkat pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi dengan mengembangkan variabel lain. 4. Bagi ibu post partum Dapat menambah pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sehinga mampu menumbuhkan sikap yang positif dalam pemberian ASI eksklusif.

7 E. Keaslian Penelitian 1. Hikmawati (2008) Faktor internal dan eksternal ibu sebagai faktor risiko kegagalan pemberian ASI selama dua bulan. Rancangan penelitian survey analitik, dengan disain kasus kontrol, kelompok kasus dan kontrol. Jumlah sampel kelompok kasus 76 responden, kelompok kontrol 76 responden. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan status pekerjaan ibu, pendidikan yang rendah, mind set ibu tentang ASI yang menjadikan kegagalan ibu dalam pemberian ASI selama dua bulan. 2. Widiastuti (2009) Hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu. Jenis penelitian yang digunakan survey analitik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan studi belah lintang (Cross Sectional). Data penelitian menggunakan kuesioner. Sampel sebanyak 87 Anak Usia 0-24 bulan yang diberi susu formula. Uji hipotesis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan antara penggunaan air untuk mengencerkan susu, cara membersihkan botol susu, kebiasaan mencuci tangan sebelum mengencerkan susu dan jenis susu formula dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan.