BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas dan Hasil Belajar 1. Aktivitas Aktivitas sangat diperlukan dalam belajar, tanpa adanya aktivitas, pembelajaran tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2007: 23) menyatakan aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Sriyono (Yasa, wordpress.com, 2008) menyatakan aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Sedangkan menurut (Juliantara, blogspot.com, 2010) aktivitas belajar adalah aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Dierich (Hamalik, 2007: 90) membagi jenis -jenis aktivitas dalam kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, yaitu: a. Kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau bermain. b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket. e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola. f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun. g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubunganhubungan, membuat keputusan. h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa aktivitas adalah suatu kegiatan yang melibatkan jasmani dan rohani seseorang untuk tujuan tertentu, sehingga melalui aktivitas tersebut sesorang dapat memecahkan masalah atau persoalanpersoalan lainnya. 2. Belajar Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia bukanlah dibawa manusia sejak lahir, melainkan diperoleh melalui berbagai proses belajar yang dialaminya dalam hidup, sebagaimana yang dikemukakan Gagne (Dimyati, 2002: 10) bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Anak itu belajar dari interaksi antara pikiran dengan pengalaman, dan melalui urutan perkembangan struktur kognitif yang lebih komplek (Piaget dalam Suharjo, 2006: 42). Sedangkan Claxton (Suharjo, 2006: 42) menyatakan bahwa belajar itu dipandang sebagai suatu proses yang bersifat personal dan aktif. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan setiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Daryanto, 2009: 194). Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor (Hernawan, dkk., 2007: 2). Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuankemampuan yang lain. 3. Aktivitas Belajar Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas, itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Seperti yang dikemukakan oleh Dimyati & Mudjiono (2006: 236-238) bahwa aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Sedangkan Sardiman (2010: 100) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Kunandar (2010: 277) menyatakan bahwa aktivitas adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan belajar siswa yang dilakukan siswa secara aktif guna memperoleh ilmu atau pengalaman baru dalam kegiatan pembelajarannya. 4. Hasil Belajar Belajar merupakan proses untuk mencapai tujuan belajar atau hasil belajar. Djarah (duniabaca.com, 2009) menyatakan bahwa hasil belajar yaitu suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar. Sedangkan menurut (Anitah, 2009: 2.19) hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Sudjana (Yasa, wordpress.com, 2008) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam yaitu: (a) Keterampilan dan Kebiasaan; (b) Pengetahuan dan Pengertian; (c) s ikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Hasil belajar yang diperolah dari proses cooperative learning tipe jigsaw adalah dalam bentuk skor, baik skor individu maupun skor kelompok (tim). Skor individu dapat diperoleh dari kegiatan selain kuis seperti perolehan skor tim yang merupakan distribusi dari skor individu dalam kelompok. Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar, baik kemampuan intelektual maupun kemampuan sosial.
B. Model Pembelajaran 1. Model-model Pembelajaran Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran (belajarpsikologi.com, 2012). Kardi dan Nur (blogspot.com, 2011) terdapat lima macam model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran yaitu pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi dan learning strategi. Kantiti (blo.uns.ac.id) menyatakan bahwa terdapat 5 macam model pembelajaran yaitu model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif (c ooperative learning), model pembelajaran berdasarkan masalah, model pembelajaran kontekstual (CTL), dan model pembelajaran quantum. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah prosedur sistematis dalam mengelola, mengorganisasikan pembelajaran yang mempunyai makna lebih luas dari pada strategi. 2. Model Cooperative Learning (Model Pembelajaran kooperatif) Aktivitas sangat diperlukan dalam proses pembelajaran siswa di dalam kelas, untuk itu penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan aktivitas siswa. Salah satu cara yang dapat di gunakan yaitu dengan model cooperative learning, yaitu model
pembelajaran dengan cara diskusi kelompok. Artz dan Newman (Asma, 2006: 11) mengemukakan bahwa model cooperative learning adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tujuan bersama. Sedangkan menurut Slavin (Isjoni, 2007: 12) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sunarto (wordpress.com, 2009) menyatakan bahwa cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompokkelompok kecil, di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswasiswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. menurut a. Unsur-unsur dasar dalam cooperative learning Lungdren (Isjoni, 2007: 13) sebagai berikut: b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajarimateri yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok. e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap eavluasi kelompok. f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok kecil di mana dalam kelompok tersebut siswa saling bekerja sama dan berdiskusi. 3. Model-model Cooperative Learning Model cooperative learning terdiri atas beberapa variasi model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, yaitu diantaranya: Student Team Achivement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan Group Resume, (Isjoni, 2007: 51). Sedangkan (Slavin, 2010: 11) dalam cooperative learning terdapat lima variasi model yang telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Tiga model yang dapat diterapkan pada sebagian besar mata pelajaran yaitu: Student Team Achivement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan Jigsaw. Dua yang lain adalah model kooperatif yang digunakan untuk mata pelajaran tertentu, seperti Cooperative Integrated Reading Compotition (CIRC), untuk keterampilan mengarang dan membaca dalam mata pelajaran bahasa dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk matematika. Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model-model pembelajaran cooperative learning adalah model pembelajaran yang mengutamakan diskusi kelompok dalam kegiatan pembelajarannya. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. C. Cooperative Learning tipe Jigsaw 1. Pengertian Cooperative Learning tipe jigsaw
Arti jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama (Rusman, 2011: 217). Pembelajaran kooperatif jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2007: 54). Sedangkan Sunarto (wordpress.com, 2009) mengemukakan bahwa metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa cooperative learning tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif dan model pembelajaran yang menitikberatkan pada kerja kelompok. 2. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning tipe Jigsaw
Aziz (azisgr.blogspot.com, 2010) mengemukakan bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan dalam model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw, yaitu: a) Kelebihan model cooperative learning tipe Jigsaw: 1. Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada guru dan siswa dalam memberikan dan menerima materi pelajaran yang sedang disampaikan. 2. Guru dapat memberikan seluruh kreativitas kemampuan mengajar. 3. Siswa dapat lebih komunikatif dalam menyampaikan kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari materi. 4. Siswa dapat lebih termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat terhadap apa yang dipelajari teman satu timnya. b) Kelemahan model cooperative learning tipe jigsaw: 1. Memerlukan persiapan yang lebih lama dan lebih kompleks misalnya seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok ahli yang tempat duduknya nanti akan berpindah. 2. Memerlukan dana yang lebih besar untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa model cooperative learning tipe jigsaw tidak hanya memiliki kelebihan tetapi juga beberapa kelemahan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman yang mendalam mengenai model pembelajaran ini, agar penerapannya dapat terlaksana dengan baik. 3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw Langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw adalah sebagai berikut: Langkah-langkah pembelajaran cooperative learning tipe Jigsaw menurut Rusman (2011: 218): 1. Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang. 2. Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda. 3. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli). 4. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai. 5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
6. Pembahasan. 7. Penutup. Sedangkan menurut Komalasari (2011: 65-66) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw sebagai berikut: 1. Siswa dikelompokkan ke dalam ± 4 orang anggota tim. 2. Tiap orang dalam tim diberi bagian yang berbeda. 3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. 4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka. 5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajari teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. 6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 7. Guru memberi evaluasi. 8. Penutup. Slavin (2010: 241) jigsaw terdiri atas siklus reguler dari kegiatan-kegiatan pengajaran yang meliputi: 1. Membaca Para siswa menerima topik ahli dan membaca yang diminta untuk menemukan informasi. 2. Diskusi kelompok-ahli Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli. 3. Laporan tim Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya. 4. Tes Para siswa mengerjakan kuis-kuis individual yang mencakup semua topik. 5. Rekognisi tim Skor individu dijumlahkan dan menjadi skor kelompok. Tim dengan skor tertinggi diberi penghargaan. Tim ini di sebut tim super. Penghargaan yang diberikan berupa papan buletin yang akan dipajang dimading sekolah. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim siswa berdasarkan tingkat skor kuis kelompok melampaui skor awal siswa. Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat menyimpulkan langkah-langkah cooperative learning tipe jigsaw yang akan digunakan dalam penelitian yaitu 1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4-5 orang anggota kelompok.
2. Setiap siswa dalam kelompok diberi materi dan tugas yang berbeda. 3. Setiap siswa yang mempunyai materi dan tugas yang sama membentuk kelompok baru (tim ahli). 4. Setelah siswa dalam tim ahli selesai berdiskusi, mereka kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan materi yang mereka kuasai kepada teman-teman satu kelompoknya (kelompok awal). 5. Tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 6. Pembahasan. 7. Penutup. D. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Sardjiyo, dkk., 2009: 1.27). sedangkan menurut Keller (id.shvoong.com, 2011) IPS adalah suatu paduan dari pada sejumlah ilmu-ilmu sosial dan ilmu lainnya yang tidak terikat oleh ketentuan/disiplin/struktur ilmu tertentu melainkan bertautan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan yang berencana dan sistematis untuk kepentingan program pengajaran sekolah dengan tujuan memperbaiki, mengembangkan dan memajukan hubungan-hubungan kemanusiaan kemasyarakatan. IPS merupakan hasil kombinasi dan hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, dan politik (Saidiharjo dalam Hidayati, 2008: 1-7). Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari aspekaspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. 2. Tujuan Pembelajaran IPS Hasan (Sapriyatna, dkk., 2007: 5) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan IPS dapat di kelompokan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan intelektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi. ada Soemantri (Sapriya, dkk., 2006: 9-10) mengemukakan empat tujuan pembelajaran IPS dipersekolahan, antara lain: 1. Mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya. 2. Menumbuhkan warga negara yang baik. 3. Simplikasi dan distilasi dari berbagai ilmu sosial untuk kepentingan pendidikan. 4. dengan mempelajari bahan pembelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan dapat memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik interpersonal maupun antarpersonal. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi. 3. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD Achmad ( re-searchengine.com, 2005) menyatakan bahwa pendidikan IPS di SD hendaknya harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Sedangkan Piaget (re - searchengine.com, 2005) mengemukakan bahwa anak dalam kelompok usia 7-11 tahun berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (= kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (=abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-
konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD. 4. Tujuan Pembelajaran IPS SD Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sbb: a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya b. Memliki dasar untu berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan maslah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat local, nasional dan global (http://sdnegerikamalkulonprogo.blogspot.com/2010). Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa IPS SD adalah ilmu pengetahuan sosial yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun yang berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut, apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan model cooperative learning tipe jigsaw dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kels VA SD Negeri 8 Metro Timur dapat meningkat.