I. PENDAHULUAN. Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. empiris, baik pada kondisi ekonomi normal maupun pada saat krisis. Peranan pokok

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari

I. PENDAHULUAN. baik. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2000 sebesar

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

30% Pertanian 0% TAHUN

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah beriklim tropis basah dengan keragaman

BPS PROVINSI LAMPUNG

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

I. PENDAHULUAN. Tembakau merupakan salah satu komoditas ekspor, produksi tembakau selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. memperbesar nilai ekspor, meningkatkan taraf hidup petani, peternak dan. lapangan kerja, serta mendukung pembangunan daerah.

I. PENDAHULUAN. jumlah penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan tenaga kerja serta dapat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2013 sebanyak rumah tangga

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

Tahun Bawang

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. Lintang Selatan. Iklimnya tropis-humid dengan temperatur rata-rata 26 C-28 C.

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam menopang kehidupan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 32,26 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 15,00 RIBU TON, DAN BAWANG MERAH SEBESAR 943 TON

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rakyat akan pangan, meningkatkan pendapatan petani, membantu. memantapkan swasembada pangan serta meningkatkan produksi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. secara turun temurun sebagai sumber kehidupan.

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

Propinsi LAMPUNG. Total Kabupaten/Kota

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pengolahan obat-obatan tradisional mengalami perkembangan yang pesat. Menurut Dewoto (2007), jumlah industri obat tradisional yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2002 sebanyak 1.012 industri obat tradisional yang terdiri atas 105 industri skala besar dan 907 industri skala kecil. Menurut Indonesian Food Technologist (IFT) dalam Seminar dan Pameran Industri Jamu di Universitas Diponegoro tahun 2014, saat ini Indonesia memiliki 1.247 industri obat tradisional yang terdiri dari 129 industri skala besar dan sisanya merupakan industri skala kecil yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha (GP) Jamu. Lebih lanjut IFT (2014), menyebutkan bahwa nilai ekspor produk jamu Indonesia mengalami kenaikan menjadi US $ 9,7 juta dari periode sebelumnya yang hanya sebesar US $ 8,3 juta. Perkembangan industri obat tradisional telah mempengaruhi perkembangan budidaya tanaman obat. Perkembangan budidaya tanaman obat ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tanaman obatobatan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Tanaman obat dan tanaman hias merupakan komoditas perkebunan yang kontribusinya terhadap PDB

2 semakin meningkat sementara laju pertumbuhan komoditas perkebunan lainnya mengalami penurunan. Laju pertumbuhan PDB tanaman obat dan tanaman hias pada tahun 2010 hanya sebesar 3,47% dan mengalami peningkatan menjadi 8,24% pada tahun 2011dan 21,99 % pada tahun 2012. Laju pertumbuhan PDB komoditas perkebunan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Laju pertumbuhan PDB komoditas perkebunan atas harga konstan tahun 2010-2012 Komoditas Laju pertumbuhan (%) 2010 2011 2012 Tembakau 24,98 58,11 5,91 Karet dan getah lainnya 9,04 9,34 2,57 Kelapa sawit 10,49 5,18 4,92 Tebu dan pemanis 11,42 0,99 8,43 Kelapa 5,51 0,24 1,82 Kakao 0,56 2,08 4,67 Teh dan kopi 2,31 6,63 3,17 Cengkeh 16,01 26,61 4,69 Tanaman obat dan tanaman hias 3,47 8,24 21,99 Sumber: Pusat data dan sistem informasi pertanian, 2013. Salah satu tanaman obat yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah kencur. Kencur merupakan salah satu bahan baku utama obat-obatan tradisional karena memiliki banyak khasiat bagi kesehatan. Menurut Rukmana (1994), kencur berkhasiat sebagai obat batuk, perut kembung, mual, masuk angin, pegal-pegal tetanus, penambah nafsu makan dan juga sebagai minuman segar. Selain digunakan sebagai bahan baku obat-obatan tradisional, kencur juga digunakan sebagai bahan baku kosmetik, kembang gula dan industri rokok kretek. Perusahaan industri obat-obatan, rokok kretek dan pabrik kembang gula yang semakin berkembang tentunya membutuhkan ketersediaan bahan baku kencur

3 yang semakin meningkat. Menurut Rukmana (1994), PT Gudang garam di Kediri membutuhkan lebih dari 30 ton rimpang kencur basah setiap bulannya. Pabrik Jamu Air Mancur rata-rata membutuhkan 2 ton kencur kering per minggu. Demikian pula PT Mustika Ratu yang membutuhkan sedikitnya 1 ton rimpang kencur kering sebagai bahan baku jamu dan komestika. Peningkatan permintaan terhadap produk-produk tersebut berdampak pada peningkatan volume produksi dan permintaan akan kencur. Hal tersebut dapat dilihat dari produksi kencur di Indonesia tahun 2013 yang meningkat lebih dari 200% dari produksi tahun 1997. Produksi kencur pada tahun 2013 sebesar 41.343.456 kg sementara pada tahun 1997 hanya sebesar 18.852.654 kg (BPS, 2014). Hal ini menjadi indikasi bahwa budidaya tanaman kencur semakin diminati untuk dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Semakin meningkatnya produksi kencur dalam negeri bukan berarti budidaya kencur di Indonesia tidak mengalami masalah. Sempitnya lahan yang dimiliki dan waktu panen kencur yang tergolong lama yaitu 10 12 bulan menjadi masalah utama bagi petani kencur karena dalam satu tahun, lahannya hanya dapat ditanami sebanyak satu kali. Belum lagi masalah harga kencur yang sangat fluktuatif membuat petani tidak dapat hanya menanam kencur sebagai sumber pendapatan utama. Menanam tanaman kencur secara monokultur menyebabkan petani hanya memperoleh pendapatan usahatani satu kali dalam satu tahun dari tanaman kencur yang mereka tanam. Menggunakan pola tanam monokultur juga menyebabkan terjadi pengangguran musim, dimana petani tidak memiliki

4 pekerjaan disela-sela waktu antara musim tanam dan musim panen. Selain itu, menggunakan pola tanam monokultur menyebabkan tanaman rentan terserang hama dan penyakit tanaman sehingga dapat menyebabkan gagal panen dan berdampak pada rendahnya pendapatan yang diperoleh oleh petani. Hal tersebut menyebabkan petani kencur menanam kencur dengan sistem campuran atau tumpangsari. Tanaman kencur biasanya ditumpangsarikan dengan tanaman palawija, tanaman hortikultura dan tanaman pangan. Menurut Stinner dan Blair (1990), tumpangsari digunakan secara ekstensif di wilayah tropis untuk memaksimalkan penggunaan lahan dan mengantisipasi kegagalan produksi. Penggunaan sistem tumpangsari dapat menghindarkan petani dari gagal panen yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit dan dapat mencegah terjadinya pengangguran musim karena petani membudidayakan tanaman lain disela-sela masa tanam dan masa panen tanaman kencur. Selain itu, tumpangsari juga mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi penghasil kencur dengan produktivitas yang tertinggi setelah Provinsi Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, NTB, NTT, dan Papua dengan produktivitas sebesar 2,53 kg/m 2. Produktivitas kencur di Lampung berada di atas rata-rata produktivitas kencur di Indonesia yang hanya sebesar 1,75 kg/m 2. Namun, produksi kencur di Provinsi Lampung masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan provinsi lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan. Produksi kencur Provinsi Lampung sebesar

5 2.732.781 kg hanya memberikan kontribusi sebesar 6,6% terhadap produksi kencur dalam negeri pada tahun 2013. Data luas lahan, produksi dan produktivitas kencur berdasarkan provinsi di Indonesia secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Luas lahan, produksi dan produktivitas kencur di Indonesia berdasarkan provinsi tahun 2013 Provinsi Luas panen (m 2 ) Produksi (kg) Produktivitas (kg/m 2 ) Sumatera Barat 108.348 1.134.218 4,28 Lampung 987.780 2.732.781 2,53 Kep. Bangka Belitung 114.943 544.379 3,68 DKI Jakarta 1.847 5.203 2,77 Jawa Tengah 6.818.270 13.625.379 1,96 DI Yogyakarta 968.344 1.826.574 1,89 Jawa Timur 2.528.561 4.310.014 1,62 Banten 739.751 1.865.074 2,41 Nusa Tenggara Barat 14.928 53.666 3,23 Nusa Tenggara Timur 70.045 233.292 2,82 Kalimantan Barat 165.806 463.665 2,36 Kalimantan Timur 80.890 208.435 2,16 Papua 1.080 4.406 3,17 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014. Lampung Tengah merupakan sentra penghasil kencur terbesar di Provinsi Lampung. Hal tersebut dapat dilihat dari produksi kencur Kabupaten Lampung Tengah tahun 2012 triwulan I hingga Triwulan III dengan produksi paling besar dibandingkan kabupaten-kabupaten lainnya seperti Lampung Barat, Lampung Timur dan Lampung Utara. Pada Triwulan III, produksi kencur Kabupaten Lampung Tengah sebesar 317.236 kg dengan luas lahan 79.380 m 2 sedangkan Kabupaten Lampung Barat hanya memproduksi sebesar 91.995 kg dengan luas lahan 32.002 m 2. Data produksi kencur Provinsi Lampung menurut kabupaten/kota dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 3.

6 Tabel 3. Luas panen dan produksi tanaman kencur Provinsi Lampung menurut kabupaten/kota tahun 2012. No Kabupaten/Kota Triwulan I Triwulan II Triwulan III Luas panen (m 2 ) Produksi (kg) Luas panen (m 2 ) Produksi (kg) Luas panen (m 2 ) Produksi (kg) 1. Lampung Barat 25.984 51.677 45.636 67.247 32.002 91.995 2. Tanggamus 2.712 2.988 4.901 4.971 20.259 10.669 3. Lampung Selatan 6.426 15.031 2.896 8.915 5.228 9.885 4. Lampung Timur 6.253 45.925 1.444 22.425 7.408 30.072 5. Lampung Tengah 59.557 264.190 46.784 189.271 79.380 317.236 6. Lampung Utara 4.455 11.503 9.545 14.207 39.075 37.048 7. Way Kanan 3.685 4.550 6.213 16.228 98.514 66.525 8. Tulang Bawang 20.676 36.669 2.086 2.580 6.197 5.389 9. Pesawaran 258 355 60 211 142 405 10. Pringsewu 150 150 3.625 3.279 3.225 4.016 11. Mesuji 326 1.300 773 311 2.709 24.102 12. Tulang Bawang Barat 175 161 50 50 145 98 13. Bandar Lampung 2.235 12.723 2.785 17.127 3.523 17.867 14. Metro 650 650 1.350 459 2.300 802 Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2013. Menurut data BPS tahun 2013, Kabupaten Lampung Tengah memproduksi sebesar 525.294 kg kencur atau 19,22% dari produksi total kencur di Provinsi Lampung pada tahun 2013. Sentra penghasil kencur terbesar di Lampung Tengah berada di Kecamatan Seputih Agung dengan luas lahan panen sebesar 241.000 m 2 dan produksi sebesar 135.300 kg pada tahun 2013, Kecamatan Sendang Agung menempati urutan kedua dengan produksi sebesar 110.550 kg dengan luas lahan sebesar 36.850 m 2 sedangkan Kecamatan Selagai Lingga sentra penghasil kencur ketiga dengan luas panen sebesar 55.000 m 2 dan produksi sebesar 77.270 kg pada tahun 2013. Data luas lahan dan produksi kencur di Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4.

7 Tabel 4. Luas lahan, produksi dan produktivitas kencur di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2013 No Kecamatan Luas lahan (m 2 ) Produksi (kg) Produktivitas (kg/m 2 ) 1. Padang Ratu 115 379 0,30 2. Selagai Lingga 55.000 77.270 0,71 3. Pubian 20.000 19.000 1,05 4. Anak Tuha 10.700 5.602 1,91 5. Anak Ratu Aji 20.500 24.500 0,84 6. Sendang Agung 36.850 110.550 0,33 7. Bangun Rejo 1.150 1.625 0,71 8. Bekri 1.000 1.200 0,83 9. Bumi Ratu Nuban 20.900 28.815 0,73 10. Trimurjo 650 1.560 0,42 11. Punggur 512 2.780 0,18 12. Kota Gajah 2.500 5.000 0,50 13. Seputih Raman 16.075 20.519 0,78 14. Terbanggi Besar 5.000 5.000 1,00 15. Seputih Agung 241.000 135.300 1,78 16. Way Pengubuan 500 1.144 0,44 17. Terusan Nyunyai 55.000 15.000 3,67 18. Seputih Mataram 5.000 9.000 0,56 19. Bandar Mataram 3.070 7.255 0,42 20. Seputih Banyak 8.400 18.795 0,45 21. Seputih Surabaya 18.000 27.000 0,67 22. Bandar Surabaya 5.000 8.000 0,63 Lampung Tengah 526.922 525.294 0,86 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014. Salah satu penghasil kencur di Kecamatan Seputih Agung adalah Desa Fajar Asri yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani kencur. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, petani di Desa Fajar Asri kebanyakan memiliki lahan yang relatif sempit yaitu berkisar antara 0,25 Ha hingga 1,5 Ha. Luas lahan yang digunakan untuk menanam kencur sebesar 0,125 0,75 Ha yang ditumpangsarikan dengan tanaman pangan seperti ubi kayu dan jagung serta tanaman sayur seperti cabai, tomat, buncis, timun, kacang panjang, terung dan daun bawang. Tanaman tumpangsari yang paling

8 umum dibudidayakan dengan tanaman kencur di Desa Fajar Asri adalah ubi kayu dan jagung. Tujuan utama petani di Desa Fajar Asri menggunakan sistem tumpangsari adalah untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan pola tanam monokultur. Petani yang menggunakan sistem tumpangsari dapat memperoleh pendapatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan pola tanam monokultur karena petani memperoleh pendapatan tambahan dari tanaman tumpangsari. Menurut Stinner dan Blair (1990), tingkat produktivitas pola tanam tumpangsari lebih tinggi dengan keuntungan panen antara 20 60% dibandingkan pola tanam monokultur. Petani di Desa Fajar Asri menanam kencur dan tanaman tumpangsari dengan prinsip row intercropping tanpa mempertimbangkan penggunaan faktor produksi secara optimum. Menurut Hernanto (1988), faktor-faktor produksi dalam usahatani terdiri atas empat unsur pokok, yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan atau manajemen. Faktor produksi tanah, tenaga kerja dan modal merupakan faktor produksi terbatas yang digunakan secara bersama-sama oleh usahatani kencur dengan tanaman tumpangsari sehingga merupakan kendala atau pembatas dalam usahatani. Penggunaan pola tanam row intercropping menyebabkan tanaman utama dan tanaman sampingan tumbuh kurang optimal karena terjadi perebutan unsur hara. Selain adanya perebutan unsur hara, penggunaan pola tanam row intercropping juga menyebabkan kesulitan dalam mengetahui keuntungan maksimum yang dicapai dari kombinasi usahatani yang ditumpangsarikan tersebut (Puspitasari

9 dkk, 2013), sehingga dalam penelitian ini dilakukan perubahan pola tanam dari sistem row intercropping menjadi strip intercropping agar tanaman utama dan tanaman sampingan dapat tumbuh secara optimal. Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan suatu kajian tentang optimalisasi usahatani kencur dengan pola tanam strip intercropping di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung dalam rangka memperoleh keuntungan dan pendapatan maksimum. B. Perumusan Masalah Adapun masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Berapa keuntungan dan pendapatan optimal yang dapat dicapai oleh petani dengan menggunakan pola tanam strip intercropping? 2) Bagaimana penggunaan lahan yang optimal dalam usahatani kencur dan tanaman sampingan yang memberikan keuntungan dan pendapatan optimal bagi petani? 3) Bagaimana penggunaan tenaga kerja yang optimal dalam usahatani kencur dan tanaman tumpangsari yang memberikan keuntungan dan pendapatan optimal bagi petani? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Menentukan keuntungan dan pendapatan optimal yang dapat dicapai dengan menggunakan pola tanam strip intercropping.

10 2) Menentukan penggunaan lahan optimal usahatani kencur dan tanaman sampingan yang memberikan keuntungan dan pendapatan optimal bagi petani. 3) Menentukan penggunaan tenaga kerja optimal usahatani kencur dan tanaman sampingan yang memberikan keuntungan dan pendapatan optimal bagi petani. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis. 2) Sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi petani dalam mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi agar dapat mencapai keuntungan dan pendapatan optimal. 3) Sebagai informasi dan pertimbangan bagi dinas terkait dalam memberdayakan petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani.