BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat tingginya permintaan kebutuhan daging ayam broiler. Permintaan pasar yang tinggi terhadap daging ayam broiler menjadikan daging ayam jenis ini banyak dibudidayakan oleh peternak. Ayam broiler merupakan ayam ras pedaging yang mampu tumbuh cepat dengan tujuan dapat dipanen dalam waktu yang relatif singkat yaitu sekitar lima hingga enam minggu (Setiawan, 2009). Pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler selain disebabkan oleh faktor genetik juga didukung oleh faktor luar, salah satunya adalah pemeliharaan yang efektif. Pakan merupakan salah satu hal penting dalam pemeliharaan hewan ternak. Selain itu, optimalitas performan ternak unggas hanya dapat tercipta apabila diberi ransum bermutu yang memenuhi persyaratan tertentu dalam jumlah yang cukup (Abun, 2005). Penyusunan pakan juga sebaiknya menggunakan campuran beberapa macam bahan pakan agar terjadi efek saling menutup kekurangan dari masing-masing bahan pakan (Suprijatna et al. 2005 : 173) Kebutuhan protein dan energi ayam broiler lebih tinggi dibandingkan ayam buras, ayam broiler tidak dapat mencapai pertumbuhan maksimal bila diberi pakan dengan kandungan energi kurang dari 2.400 kkal dan kebutuhan protein ayam broiler sebesar 20-23 g/ekor/hari (Suprijatna et al. 2005 : 187). Ayam broiler banyak diminati oleh masyarakat karena daging yang dihasilkan ayam broiler bertekstur halus, lembut dan empuk namun di antara serat kasar 1
2 dagingnya mudah terakumulasi lemak (Sutarpa, 2005). Ayam broiler mengandung kolesterol yang sangat tinggi di dalam dagingnya sekitar 200 mg, lebih tinggi dibandingkan kandungan kolesterol yang terdapat pada ayam kampung yang berkisar 100 mg hingga 120 mg (Setiawan, 2009), sementara kadar kolesterol total daging normal ayam broiler sebesar 100 mg (Chan dalam Rusmana et al. 2008). Selain itu kadar kolesterol dalam darah ayam broiler yang tinggi mengakibatkan penimbunan kolesterol di dalam tubuh. Kolesterol total darah yang normal pada ayam broiler berkisar 52 148 mg/dl (Mitruka dalam Manoppo et al. 2007), hal tersebut membuat banyak konsumen kurang menyukai ayam broiler karena dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti jantung koroner, aterosklerosis dan stroke (Yusniar dan Nilasari, 2009). Berkaitan dengan ketakutan sebagian masyarakat terhadap bahaya kolesterol, berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kadar total kolesterol darah, kadar lemak dan kolesterol dalam telur dan daging ayam broiler diantaranya melalui program genetik, penggunaan obat penurun kolesterol serta manipulasi pakan berupa pemberian pakan yang mengandung asam lemak tidak jenuh ganda dan serat kasar (dietary fiber) (Suhendra dalam Manoppo et al. 2007). Penggunaan serat kasar tinggi dalam ransum sudah sejak lama diteliti untuk menurunkan kadar kolesterol ayam broiler (Atmomarsono, 2004). Beberapa penelitian mengenai suplementasi serat kasar (misalnya dedak padi, bubuk kayu gergaji) ke dalam ransum paling banyak dilakukan dalam rangka menurunkan kadar kolesterol pada produk hewan tersebut (Siswanto, 2007). Menurut Sutarpa (2005) bahwa penggunaan kapu kapu dalam ransum dengan serat kasar relatif
3 cukup tinggi (11,57%) mampu menurunkan LDL serum dan total kolesterol daging ayam kampung, seraya meningkatnya HDL serum. Hasil tentang pengaruh serat kasar terhadap kadar kolesterol pada beberapa organ sangat bervariasi. Serat kasar mempunyai pengaruh terhadap distribusi kadar kolesterol dalam organ atau bagian tubuh hewan tertentu, artinya di satu bagian tubuh kadar kolesterolnya turun, tetapi di bagian lain justru meningkat (Siswanto, 2007). Penambahan bahan baku pakan alternatif pada ransum ayam broiler banyak dilakukan sebagai usaha untuk memanfaatkan limbah seperti kulit pisang. Hampir setiap bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan, buahnya merupakan produk utama pisang yang banyak disukai baik untuk dikonsumsi secara langsung atau diolah menjadi produk konsumsi lain seperti sale pisang, keripik pisang, selai pisang, dan lain sebagainya. Jenis pisang pun beragam, salah satu jenisnya adalah pisang raja bulu. Pisang ini merupakan salah satu jenis pisang raja yang berukuran sedang dan gemuk, daging buahnya manis, berwarna kuning kemerahan (Nuryadin, 2008). Permintaan pisang di pasar domestik tidak hanya sebatas pisang segar, namun juga permintaan dalam bentuk olahan. Hasil dari pengolahan pisang tersebut dapat menghasilkan limbah kulit pisang yang cukup banyak, sebagai contoh salah satu industri kue dan pastry Kartika Sari di Bandung dalam sehari memanfaatkan pisang raja bulu sebanyak satu hingga dua ton dalam produksinya dan limbah kulit pisang yang dihasilkan langsung dibuang ke TPS tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Sebagaimana yang disampaikan Piliang (1997) penggunaan beberapa produk limbah pertanian ataupun produk samping agro-industri pertanian mengandung
4 potensi yang besar, baik sebagai sumber protein alternatif, sumber energi alternatif, maupun sebagai sumber serat kasar. Kulit pisang banyak mengandung serat, yang terdiri dari selulosa, pektin dan hemiselulosa. Hernawati dan Aryani (2008), menyatakan bahwa kandungan energi yang tinggi pada tepung kulit pisang menjadikannya cocok untuk digunakan sebagai pakan ternak. Berdasarkan penelitian sebelumnya serat ini dapat diandalkan untuk menurunkan kolesterol darah, melindungi jantung, serta dijadikan wahana pertumbuhan bakteri baik dalam saluran pecernaan (Siswono, 2004). Pemanfaatan kulit pisang pada ayam broiler harus diolah terlebih dahulu menjadi tepung. Tepung kulit pisang merupakan bahan pakan alternatif yang berpotensi sebagai pakan yang murah dan mudah didapatkan. Terdapatnya kandungan serat dalam kulit pisang diharapkan dapat memberikan alternatif dalam formulasi ransum ternak, salah satunya adalah ayam broiler dan sebagai upaya dalam memanfaatkan limbah kulit pisang maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan buatan dengan komposisi berbeda yang mengandung tepung kulit pisang raja bulu terhadap kadar kolesterol darah dan kolesterol daging ayam broiler. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimanakah pengaruh pemberian pakan buatan dengan komposisi berbeda terhadap kadar kolesterol darah dan kolesterol daging ayam broiler?. Selanjutnya rumusan masalah di atas dapat diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
5 1. Bagaimana pengaruh pemberian pakan buatan dengan komposisi yang berbeda terhadap kadar kolesterol darah ayam broiler? 2. Bagaimana pengaruh pemberian pakan buatan dengan komposisi yang berbeda terhadap kadar kolesterol daging ayam broiler? 3. Pada formulasi pakan buatan manakah yang paling optimal mempengaruhi kadar kolesterol daging dan darah ayam broiler? C. Batasan masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hewan percobaan yang digunakan adalah ayam broiler yang diperoleh dari penyedia bibit ayam Missouri Bandung usia DOC dan dipersiapkan untuk percobaan setelah berumur 3 minggu. 2. Kulit pisang yang digunakan adalah kulit pisang raja bulu yang diperoleh dari industri makanan Kartika Sari Bandung. 3. Parameter yang diukur adalah kadar kolesterol darah dan kadar kolesterol daging ayam broiler. 4. Bahan tambahan pakan buatan yang digunakan adalah dedak, jagung kuning, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan, minyak kelapa, top mix, tepung tulang, dan CaCO 3. 5. Formulasi pakan buatan dibedakan menjadi 4 perlakuan yaitu pakan B (pakan buatan dengan penambahan tepung kulit pisang sebesar 30 %), C (pakan buatan dengan penambahan tepung kulit pisang sebesar 50 %), D (pakan buatan dengan penambahan tepung kulit pisang sebesar 70 %), dan pakan buatan tanpa penambahan tepung kulit pisang sebagai kontrol (A). Pemberian
6 pakan dilakukan selama 4 minggu dengan jumlah pakan yang diberikan sebanyak 100 g/hr/ekor (standar Ensminger). D. Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Mengetahui pengaruh pemberian pakan buatan dengan komposisi yang berbeda terhadap kadar kolesterol darah dan kolesterol daging pada ayam broiler. E. Manfaat penelitian 1. Memberikan informasi ilmiah tentang potensi limbah kulit pisang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan pakan pada ransum ayam broiler. 2. Pemberian pakan buatan yang mengandung tepung dari limbah kulit pisang diharapkan dapat menghasilkan daging ayam yang rendah kolesterol. F. Asumsi 1. Kulit pisang mengandung serat dan kandungan energi yang tinggi sehingga cocok digunakan sebagai tambahan pakan ternak (Hernawati dan Aryani, 2008). 2. Pakan berserat (dedak padi) tinggi menurunkan kadar kolesterol pada daging, kulit dan serum ayam (Siswanto, 2007). 3. Serat makanan telah diketahui memiliki kemampuan untuk mengikat lemak, kolesterol dan asam empedu (Winarno, 1992 : 44).
7 G. Hipotesis Pemberian pakan buatan dengan komposisi yang berbeda berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol darah dan kolesterol daging pada ayam broiler.