RANCANGAN PROGRAM LITERASI INFORMASI BAGI SISWA SEKOLAH DASAR MUTIARA BUNDA KOTA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Dyana Purwandini. NIP : Pendidikan Terakhir : S1 Ilmu Informasi & Perpustakaan Institusi : STIE Perbanas Surabaya Pustakawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OPTIMALISASI PENERAPAN LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN SMA NEGERI 1 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak. Sejalan dengan

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

PADA KURIKULUM (Mulida Hadrina Harjanti) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

PENANAMAN NILAI (KARAKTER) DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN

* Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

BAB I PENDAHULUAN. informasi secara efektif yang disebut dengan literasi informasi. Literasi informasi

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

Seminar Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

Prosiding Seminar Nasional Prodi Teknik Busana PTBB FT UNY Tahun 2005 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Pengertian, Prinsip, dan Karakteristik PTK) Oleh: Dwi Rahdiyanta *)

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

PEMANFAATAN KETRAMPILAN LITERASI INFORMASI BAGI GURU-GURU SMP (INFORMATION LITERACY)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU (KPPG)

BAB I PENDAHULUAN. Hal senada pun diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm. 48) menyatakan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

Linda Yuliana 1, Ani Nur Aeni 2, Atep Sujana 3. Jl. Mayor Abdurachman No.211 Sumedang

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN. siswa di MTs Syekh Subakir Nglegok Blitar

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Raden Indra Firmansyah, 2013

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN-SARAN. 1. Kondisi Awal Pembelajaran Sains Biologi di SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB I PENDAHULUAN. harapan para pesertanya (orang -orang yang sedang berkomunikasi). 1. untuk memperjelas keadaan atau masalah. 2

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Kedua kemampuan ini akan menjadi tonggak atau landasan bagi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SDN BERENG BENGKEL. Oleh : ENGRIPIN Dosen FKIP Universitas Palangka Raya

BAB I PENDAHULUAN. membaca, menulis, menyimak, berbicara. Setiap keterampilan erat sekali kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Kelas II SDN Lalong Melalui Media Gambar Seri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas

BAB III METODE PENELITIAN

Organisasi pada masa kini dituntut untuk menjadi organisasi pembelajar. Belajar didefinisikan sebagai perubahan yang relatif permanen dalam perilaku,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Km dari ibukota kabupaten. Adapun lingkungan sekolah berada pada daerah yang

Pembelajaran IPA Biologi Berbasis Scientific Approach Di SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERPUSTAKAAN SEBAGAI TEMPAT BELAJAR SEPANJANG MASA Oleh: Drs. Habib, M.M. 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang telah dilakukan pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III pada

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS MEMECAHKAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TERAS

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang tidak dapat keluar dari sistem yang mengikatnya atau mengaturnya.

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

Transkripsi:

RANCANGAN PROGRAM LITERASI INFORMASI BAGI SISWA SEKOLAH DASAR MUTIARA BUNDA KOTA BANDUNG Ute Lies Siti Khadijah 1, Encang Saepudin 2 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21 Jatinagor Kabupaten Sumedang 1 ute.lies@unpad.ac.id, 2 encang@unpad.ac.id ABSTRAK Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktivitas membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003). Deklarasi UNESCO itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuan itu perlu dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan program pengajaran literasi informasi bagi siswa di sekolah Dasar Mutiara Bunda Kota Bandung. Penelitian ini meliputi rancangan program pengajaran literasi informasi yang mencakup rancangan materi pengajaran, waktu pelaksanaan, metode yang digunakan, media yang diperlukan, dan tim pengajar yang harus disiapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Action Research. Pengolahan data dilakukan dengan menyajikan deskripsi dan analisa hasil wawancara, pengamatan dan observasi secara naratif dan praktik tindakan pada rancangan program literasi informasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas empat dan kelas lima. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling, Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan guru pengajar dan pengelola sekolah. Hasil penelitian ini telah menghasilkan rancangan program pengajaran literasi informasi yang dapat diterapkan di sekolah. Diperlukan kebijakan pimpinan sekolah dalam mendukung penerapan program ini serta keberhasilan dalam pelaksanaannya. Hingga saat ini, program pengenalan literasi informasi yang telah dapat dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran siswa melalui media dan tema yang akan dipelajari. Kegiatan pengajaran literasi informasi sudah dapat terlaksana dalam kegiatan pembelajaran. Penambahan materi yang berkaitan dengan pencarian informasi baik menggunakan media ataupun hanya dalam menggunakan buku teks siswa sudah dapat memanfaatkannya dengan menggunakan fasilitas sekolah dan pribadi. Kata Kunci : Literasi, siswa, pembelajaran

PENDAHULUAN Informasi adalah kumpulan data dan fakta yang telah diolah dan dapat diketahui khalayak ramai. Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula informasi yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Informasi yang lahir setiap hari ini kapasitasnya semakin banyak dan beragam. Informasi ini pun bergerak sesuai dengan media yang menghantarkannya baik lisan, media cetak, maupun media elektronik. Dengan demikian, masyarakat dapat menerima banyak informasi yang mereka butuhkan, namun karena informasi tersebut sangat beragam, maka masyarakat harus menyeleksi atau memilih informasi mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Selain melaluai media elektronik, banyak pula sarana untuk mendapatkan informasi, salah satunya adalah perpustakaan. Perpustakaan adalah sarana untuk mendapatkan informasi seperti salah satu fungsi dari perpustakaan yaitu sebagai penyedia informasi dimana perpustakaan ini menyediakan berbagai bahan pustaka yang secara individual dapat dipilih oleh peminatnya masing-masing. Ketersedian beraneka bahan pustaka memungkinkan tiap orang untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kepentingannya. Perpustakaan harus bisa diandalkan untuk menyediakan untuk menyediakan buku-buku bermutu. Buku-buku bermutu yang menyangkut isi, bahasa, pengarang, tata letak, atau penyajiannya yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan kecerdasan seseorang akan dapat merangsang keinginan membaca orang tersebut. Demikian pula jika buku-buku dalam semua jenisnya tersebar luas secara merata ke bagian lapisan masyarakat, mudah didapat serta harganya terjangkau oleh semua tingkatan sosial ekonomi masyarakat sehingga ilmu pengetahuan dapat tersebar merata. Salah satu perpustakaan yang berperan sebagai sarana yang menyediakan sumber-sumber informasi adalah perpustakaan sekolah. Berkaitan dengan keberadaan perpustakaan sekolah mempunyai peranan yang sangat penting memperlancar pencapaian tujuan proses belajar-mengajar di sekolah. Indikasi tersebut tidak hanya berupa tingginya prestasi siswa, tetapi lebih jauh lagi, antara lain adalah siswa mampu mencari, menemukan, menyaring, dan menilai informasi, para siswa terbiasa belajar mandiri, siswa terlatih karena tanggung jawab, siswa selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kesemuanya itu dapat mendorong siswa untuk menjadi pembelajar seumur hidup. Kemampuan mencari hingga menilai informasi oleh peserta didik disebut dengan kemampuan Literasi Informasi.

Kemampuan literasi informasi itu sendiri, Menurut Unesco adalah mengarahkan pengetahuan akan kesadaran dan kebutuhan informasi seseorang, dan kemampuan untuk mengidentifikasi, menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi dan secara efektif menciptakan, menggunakan, mengomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi; juga merupakan persyaratan untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan merupakan hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat (Perpustakaan Nasional RI, 2007:16). Di Negara maju sudah lama berkembang suatu konsep tentang literasi informasi. Bahkan banyak Negara yang menyepakati tingkat kemampuan atau kompetensi tertentu untuk mewujudkan konsep itu. Dalam pengembangan konsep itu pustakawan sangat berperan karena di perpustakaanlah terjadi akumulasi informasi dan pengetahuan. Dengan melihat pentingnya literasi informasi dan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajarnya, maka pustakawan senantiasa terlibat aktif dalam proses pembelajaran di sekolah. Selama fokus pendidikan telah beranjak dari produk pembelajaran kepada proses pembelajaran yang akan menghasilkan outcome, maka tugas, fungsi, dan dedikasi pustakawan akan semakin besar peranannya. Berbicara lebih jauh tentang literasi informasi, pengertian literasi informasi adalah kemampuan untuk mencari, mempelajari, dan memanfaatkan sumber informasi dalam berbagai bentuk dinamakan. Literasi terdiri atas dua kata, yaitu literasi dan informasi. Secara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis atau dengan kata lain melek aksara, sedangkan informasi sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan data yang diatur dan disajikan dalam bermacam-macam bentuk sehingga memiliki makna bagi penerima informasi. Literasi informasi memiliki tujuan untuk menjadikan masyarakat mengerti akan informasi. Masyarakat yang mengerti akan informasi adalah masyarakat yang dapat mengerti akan pentingnya informasi. Literasi informasi memastikan setiap individu memiliki kemampuan intelektual untuk berpikir kritis dan berargumentasi, serta belajar bagaimana cara belajar. Itu sebabnya literasi informasi selalu dikaitkan dengan pemelajaran seumur hidup (life long learning). Mengingat pentingnya pengetahuan tentang literasi informasi bagi para siswa khusunya bagi para siswa sekolah dasar (SD) maka salah satu sekolah dasar di Kota Bandung berusaha menerapkan untuk mengembangkan kegiatan literasi sebagai salah satu kemampuan untuk menunjang proses belajar. Sekolah Dasar Mutiara Bunda merupakan sekolah dasar yang mempunyai program insklusi dengan konsep pendidikan islami. Sekolah inklusif adalah sekolah yang menerapkan sistem belajar memahami perbedaan yang ada disekitar, bahwa setiap lingkungan dan setiap orang memiliki sifat, budaya, kemampuan dan latar

belakang yang berbeda dan perbedaan tersebut merupakan media pembelajaran. Siswa dituntut untuk memahami dan beradaptasi dengan semua perbedaan tersebut untuk menumbuhkan toleransi dan mengambil hikmah dari hal tersebut. Selain itu, siswa tidak hanya dibekali pengetahuan yang bersifat akademis, tetapi juga dibekali nilai- nilai kehidupan sosial dan memahami perbedaan baik secara fisik maupun budaya. Dalam peroses pembelajaran, Sekolah Dasar Mutiara Bunda, siswa regular dan siswa berkebutuhan khusus disatukan dalam satu kelas. Metode penyampaian materi pelajaran di kelas dilakukan seperti metode pengajaran pada umumnya, tidak ada perbedaan atau metode khusus untuk siswa berkebutuhan khusus. Bahkan Sekolah Dasar Mutiara Bunda menetapkan pendekatan belajar aktif (Active Learning) dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa seringkali melakukan diskusi, presentasi, penelitian dan observasi. Meskipun demikian, terdapat pembeda dalam ruang lingkup materi yang dibuatkan lebih sederhana oleh guru pendukung (Supporting Teacher) bagi siswa berkebutuhan khusus. Dengan kata lain, ada pembelajaran khusus dan strategi untuk anak berkebutuhan khusus. Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang disiapkan oleh guru disekolah ditujukan agar peserta didik mampu berinteraksi terhadap lingkungan social. Bahkan untuk mendukung pembelajaran Sekolah Dasar Mutiara Bunda menerapkan pendekatan belajar aktif (active learning) dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa seringkali melakukan diskusi, presentasi, penelitian, dan observasi. Meskipun demikian, terdapat pembeda dalam ruang lingkup materi yang dibuatkan lebih sederhana oleh Tim Guru Pendukung (Supporting Teacher) bagi siswa berkebutuhan khusus. Metode active learning yang diterapkan oleh Sekolah Dasar Mutiara Bunda bertujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri. Metode active learning dapat dikatakan sebagai metode pembelajaran yang sangat mendukung kurikulum nasional saat ini, yaitu Kurikulum 2013. Dalam metode pembelajaran ini, guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa dan siswa secara aktif dan mandiri dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya Sekolah Dasar Mutiara Bunda menggunakan kurikulum nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Hanya dipadukan dengan pengayaan dari berbagai sumber sehingga kurikulum yang diterapkannya disebut kurikulum nasional+ (kurikulum nasional plus). Saat observasi awal, pihak sekolah menyatakan bahwa melalui kurikulum tersebut siswa diharapkan dapat berwawasan luas dan mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai suatu materi dari berbagai sudut pandang keilmuan. Selain itu, lingkungan di Sekolah Dasar Mutiara Bunda diupayakan membuat siswa belajar dengan menggunakan seluruh inderanya dalam metode pembelajaran yang mengutamakan praktik. Melalui lingkungan tersebut diharapkan dapat menciptakan manusia pembelajar yang sejati (long life learner) yang peka terhadap lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, maka untuk menerapkan program kegiatan pembelajaran dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Dengan beragamnya berbagai sumber informasi baik yang tercetak maupun dalam bentuk elektronik para siswa perlu diberi pengetahuan dan pemahaman tentang cara mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan menggunakan informasi secara benar sesuai dengan dengan kaidahkaidah yang berlaku terutama berkaitan dalam kegiatab belajar dan tugastugas sekolah. 2. Dengan semakin berkembangan teknologi informasi, maka diharapkan para siswa sekolah dasar sudah mulai dikenalkan dengan berbagai teknologi informasi, terutama yang berkaitan dengan kegiatan penelusuran informasi. 3. Membaca dalam kegiatan belajar merupakan aktifitas yang sangat penting, karena dalam proses belajar membaca merupakan kegiatan yang paling dominan. Namun demikian suatu kenyataan bahwa minat baca dikalangan masyarakat termasuk dikalangan para siswa masih sangat rendah. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mendorong dan motivasi para siswa untuk suka membaca dalam menunjang kegiatan belajar mereka. 4. Dalam melakukan kegiatan membaca para siswa juga perlu diberikan pengetahuan tentang cara mengakses sumber-sumber informasi yang ada di sekitar sekolah maupun rumah misalnya memanfaatkan perpustakaan, mencari informasi melalui media internet dengan alamat yang bisa diakses sesuai dengan kebutuhan dan alamat web yang dapat dipertanggungjawabkan. Masih banyaknya para siswa yang belum tahu cara menggunakan alat-alat bantu dalam penelusuran informasi. Oleh karena itu melalui kegiatan ini para dapat lebih memotivasi para siswa dalam menggunakan internet, perpustakaan dan sumber-sumber informasi yang ada di dalamnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research). Penelitian tindakan merupakan bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode, kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi (Supardi, 2006: 104). Menurut Gunawan (2007), action research adalah kegiatan dan atau tindakan perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya digarap secara sistematik dan sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya mencapai tingkatan riset. Action research juga merupakan proses yang mencakup

siklus aksi, yang mendasarkan pada refleksi; umpan balik (feedback); bukti (evidence); dan evaluasi atas aksi sebelumnya dan situasi sekarang. Penelitian tindakan ditujukan untuk memberikan andil pada pemecahan masalah praktis dalam situasi problematik yang mendesak dan pada pencapaian tujuan ilmu sosial melalui kolaborasi patungan dalam rangka kerja etis yang saling berterima (Rapoport, 1970 disitasi Madya, 2006). Proses penelitian bersifat dari waktu ke waktu, antara finding pada saat penelitian, dan action learning. Dengan demikian action research menghubungkan antara teori dengan praktek. PEMBAHASAN Pemahaman siswa Sekolah Dasar Mutiara Bunda pada tahapan merumuskan masalah dalam pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 adalah dengan cara bertanya. bertanya kepada guru ini dilakukan dengan maksud agar siswa dapat saling bertukar pikiran dengan yang lainnya serta dapat mengembangkan keterampilan berpikir untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa dapat termotivasi untuk merumuskan masalahnya. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga biasanya dilakukan di luar kelas seperti di perpustakaan dan ketika kegiatan yang dilaksanakan secara langsung di lapangan sehingga siswa dapat menggali informasi lebih luas untuk menjawab kebutuhan informasinya. Ketika pertanyaan kepada guru siswa kemudian mengkonfirmasi kepada orang tua untuk memberikan keyakinan akan proses pencarian informasi berjalan sesuai dengan harapan siswa tersebut. Pemahaman siswa Sekolah Dasar Mutiara Bunda dalam menyusun strategi pencarian informasi dalam pembelajaran adalah dengan cara memahami masalah yang dihadapi terlebih dahulu, kemudian menentukan kata kunci untuk mencari informasi, dan menelusur informasi. Strategi pencarian informasi ini dilakukan oleh siswa Sekolah Dasar Mutiara Bunda dalam media cetak maupun elektronik, sehingga siswa dapat melakukan untuk mempelajari bagaimana penelusuran informasi secara sederhana dapat optimal dan efisien. Dalam menyusun starategi pencarian informasi, pihak Sekolah Dasar Mutiara Bunda tidak memberikan pelatihan khusus, tetapi siswa dapat menyusun strategi pencarian informasi dengan sendirinya dalam menghadapi pembelajaran.yaitu dengan cara secara terus menerus mereka mempelajari proses belajar yang juga dilaksanakan oleh sekolah dengan dihadirkan dalam bentuk secara audio visual. Kegiatan belajar dalam kelas juga disediakan sarana pojok buku pelajaran dan buku teks yang sesuai dengan tema pembelajaran yang mereka akan pelajari. Siswa juga disediakan sebuah televisi sebesar 42 inchi di setiap kelas sebagai sarana pembelajaran audio visual, sehingga mereka dapat mempelajari bahan pembelajaran secara kongkrit.

Siswa Sekolah Dasar Mutiara Bunda menetapkan lokasi dan akses informasi dalam pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 yaitu melalui search engine (google) pada sumber informasi internet, dan daftar isi pada sumber informasi buku (fisik) dengan panduan guru. Hal ini dilakukan kebanyakan kepada siswa yang telah berada di level 4, 5 dan 6. Dalam hal ini, siswa Sekolah Dasar Mutiara Bunda telah mampu menggunakan alat penelusur informasi baik dalam media cetak maupun non-cetak untuk mengakses informasi yang dibutuhkannya. Proses ini merupakan sebuah tantangan yang sangat besar untuk pihak sekolah dikarenakan selain siswa, guru juga diharapkan mempelajari literasi dengan menggunakan akses kepada informasi dengan cara yang sesuai dengan kaidah sehingga mereka berusaha untuk menggunakan informasi untuk pembelajaran dari sumber yang dapat dipercaya dan sudah dibuktikan secara ilmiah. Siswa Sekolah Dasar Mutiara Bunda memanfaatkan informasi dalam pembelajaran dengan membaca informasi dan mendengar informasi tersebut. Membaca dan mendengar dapat meningkatkan pemahaman serta pengetahuan siswa terhadap informasi yang diperolehnya. Dalam kegiatan sehari-hari pihak sekolah mewajibkan setiap anak untuk meminjam buku minimal satu judul kemudian mereka akan melaksanakan program membaca yang diketahui oleh orang tua. Kedua belah pihak bekerjasama dalam melaksanakan program membaca sehingga laporan dari sekolah serta komentar dari orang tua diberikan dalam buku khusus yang disediakan pihak sekolah untuk memantau kegiatan ini. Merumuskan masalah dapat dilakukan dengan menggali informasi dari berbagai sumber informasi. Dengan menggali informasi dari berbagai sumber, siswa dapat memperoleh suatu ide atau gagasan yang rasional atau logis. Menggali informasi dapat dilakukan dengan cara banyak membaca. Membaca adalah hal yang paling efektif, karena dengan membaca serta mengkaji bacaan, pengetahuan siswa akan lebih luas sehingga siswa akan lebih kritis terhadap segala hal. Menurut Allen dan Valette (Santana 2007, 57) membaca adalah sebuah proses yang berkembang (adevelopment process). Sedangkan menurut Kustaryo (Santana 2007, 57) membaca adalah kombinasi dari pengenalan huruf, intelek, dan emosi serta pengetahuan pembaca (background knowledge) dalam memahami suatu pesan yang tertulis. Dari kedua definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa membaca sebuah proses kombinasi dari pengenalan huruf, intelek dan emosi serta pengetahuan pembaca (background knowledge) dalam memahami suatu pesan yang tertulis. Pihak sekolah berharap bahwa kegiatan membaca tidak sekedar membaca huruf, angka, dan gambar saja, tetapi membaca juga dapat dimanfaatkan untuk membaca situasi, gejala-gejala atau fenomena, serta peristiwa yang ada disekitarnya, sehingga membaca akan membuat seseorang lebih peka terhadap

isu-isu yang ada di lingkungannya. Dengan membaca, banyak cara yang ditawarkan dalam hal merumuskan masalah. Banyak informasi yang dibahas dalam berbagai buku, artikel, jurnal, dan sebagainya. Namun pada kenyataan di lapangan, sebagian siswa ini cenderung memperoleh informasi untuk merumuskan masalah dari ucapan orang lain terutama guru. Membaca dapat menjadi dasar yang baik guna menunjang kepekaan, pengetahuan serta wawasan siswa dalam pembelajaran. Dengan banyak membaca, siswa akan menjadi seorang yang literat. Dengan rancangan program literasi ini, Sekolah Dasar Mutiara Bunda sebagai sekolah yang menerapkan pendekatan active learning tentunya mengharapkan dengan mengarahkan pendidikan yang berorientasi pada siswa. Salah satu kunci bagi hal tersebut adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa dalam melakukan pencarian, penemuan dan penggunaan informasi. Pihak sekolah menyebutkan bahwa siswa Sekolah Dasar Mutiara Bunda sudah memiliki kemampuan tersebut karena mereka terbiasa dengan kegiatan pencarian, penemuan dan penggunaan informasi secara mandiri selama penerapan model pembelajaran aktif. Pada sisi lain, suatu kemampuan seseorang dalam mencari, menemukan dan menggunakan informasi disebut literasi informasi. Dalam pendekatan pembelajaran aktif, siswa akan dihadapkan pada suatu cara pembelajaran, salah satunya adalah belajar menyampaikan suatu kebenaran melalui kegiatan assembly atau sebuah pertunjukkan yang harus dilaksanakan oleh siswa yang sesuai dengan tema pembelajaran yang sedang didapat siswa. DAFTAR PUSTAKA Candy, Philip C. 2002. Lifelong Learning and Information literacy. Makalah disiapkan untuk UNESCO, the U.S. National Commission on Libraries and Information Science, and the National Forum on Information Literacy, untuk digunakan pada Information Literacy Meeting of Experts, Prague, The Czech Republic. Garner, Sarah Devotion. 2006. High-Level Colloquium on Information Literacy and Lifelong Learning. Laporan Pertemuan dalam Bibliotheca Alexandrina, Alexandrina, Mesir, 6-9 November, 2005. Hasugian, Jonner. 2008. Urgensi Literasi Informasi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4, No. 2, Desember 2008. Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Nazir, Moh. 2007. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Santana K, Setiawan. 2007. Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Salmubi. 2007. Program Literasi Informasi: Sebuah Upaya Pemberdayaan Pemakai Perpustakaan dalam Mewujudkan Pendidikan Bermutu. Media Pustaka: Vol. 14, No. 3 dan 4, Desember 2007. Sofa, Nuruls. 2010. Penerapan Literasi Informasi di Sekolah Alam Indonesia Rawa Kopi: SKRIPSI. Depok: Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia. Sumber Internet: Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo. 2013. Pendekatan dan Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. http://pendidikan.probolinggokab.go.id/post/pendekatan-dan-metodepembelajaran-dalam-kurikulum-2013 (diakses pada 24 September 2014). Hancock, V. E. Information Literacy for Lifelong Learning. http://www.library.qut.edu.au/infolit/. (diakses tanggal 24 Desember 2014) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Menyongsong Penerapan Kurikulum 2013. http://kemendikbud.go.id/kemdikbud/artikelmenyongsong-penerapan-kurikulum2013 (diakses pada 29 September 2014).