PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA N 3 SURAKARTA

Analisis Praktik Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Oleh Guru Bimbingan dan Konseling pada SMP yang Berbasis Agama di Kota Semarang

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Penyuluhan/pendidikan kesehatan adalah penambahan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

PENDIDIKAN MELALUI EDUTAINMENT FILM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan untuk menjadi produktif dan diharapkan menjadi pewaris

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

Transkripsi:

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL Widya Hary Cahyati, Muhammad Azinar Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Email : widyahary27@gmail.com Abstrak. Menurut Biro Pusat Statistik jumlah total penduduk propinsi Jawa Tengah mencapai lebih dari 31.896.114 jiwa. Dari jumlah tersebut ternyata remaja umur 10-14 tahun mencapai 5%, umur 15-19 tahun mencapai 8,9% dan remaja umur 20-24 tahun mencapai 8%. Remaja di Jawa Tengah banyak yang sudah aktif secara seksual meski tidak selalu atas pilihan sendiri. Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Pusat Informasi dan Layanan Remaja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (Pilar PKBI) Jawa Tengah 2004 mengungkapkan bahwa 43,22 % pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi rendah, 37,28 % cukup, dan 19,50 % memadai. Kegiatan pengabdian masyarakat melalui pendidikan kesehatan masyarakat pada remaja di Kecamatan Limbangan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya kesehatan reproduksi yang baik, sehingga dapat menurunkan kejadian praktik seksual yang kurang benar. Setelah dilaksanakan kegiatan pengabdian, didapatkan hasil adanya peningkatan nilai pre test dari peserta sebesar 32% serta kemampuan menyelesaikan masalah pada tingkat kelompok serta usaha untuk mempraktekan pengetahuan yang didapat pada kegiatan kerja sehari-hari. Kata Kunci : kesehatan reproduksi, remaja PENDAHULUAN Di seluruh dunia anak-anak remaja baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), penyakit menular seksual (PMS) termasuk infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Menurut World Health Organization (WHO) setengah dari infeksi HIV di seluruh dunia terjadi pada orang muda yang berusia di bawah 25 tahun. Kurang dari 111 juta kasus infeksi menular seksual diderita oleh kelompok usia di bawah 25 tahun. Remaja memang sangat berisiko tinggi terhadap PMS termasuk HIV& acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), karena terbatasnya pengetahuan mereka tentang HIV&AIDS dan pencegahannya. Setiap 5 menit remaja atau kaum muda di bawah usia 25 tahun terinfeks HIV dan setiap menitnya 10 wanita usia 15-19 tahun melakukan aborsi tidak aman. Hasil sebuah studi menyatakan bahwa lebih dari 500 juta usia 10-14 tahun hidup di negara berkembang, dan rata-rata pernah melakukan 110

Widya Hary C, M Azinar Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi 111 hubungan suami istri (intercourse) pertama kali di bawah usia 15 tahun. Kurang lebih 60% kehamilan yang terjadi pada remaja di negara berkembang adalah tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) dan 15 juta remaja pernah melahirkan. (Siswandi Suwarta, 2007). Biro Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah total penduduk propinsi Jawa Tengah selama tahun 2005 mencapai 31.896.114 jiwa. Dari jumlah tersebut ternyata remaja umur 10-14 tahun mencapai 5%, umur 15-19 tahun mencapai 8,9% dan remaja umur 20-24 tahun mencapai 8%. Seperti daerah yang lain remaja di Jawa Tengah juga banyak yang sudah aktif secara seksual meski tidak selalu atas pilihan sendiri. Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi (BKKBN, 2008). Dari survei yang dilakukan Pusat Informasi dan Layanan Remaja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (Pilar PKBI) Jawa Tengah 2004 mengungkapkan bahwa dengan pertayaan-pertanyaan tentang proses terjadinya bayi, Keluarga Berencana, cara-cara pencegahan HIV/AIDS, anemia, cara-cara merawat organ reproduksi, dan pengetahuan fungsi organ reproduksi, diperoleh informasi bahwa 43,22 % pengetahuannya rendah, 37,28 % pengetahuan cukup sedangkan 19,50 % pengetahuan memadai. (Farid Husni, 2005). Melihat permasalahan tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan berbagai upaya penyebarluasan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja. Kondisi tersebut terhalangjuga oleh budaya Indonesia yang menganut adat ketimuran dimana masalah KRR bagi sebagian orang kurang baik dibicarakan secara terbuka. Adat dan norma agama masih menjadi bagian penting dari cara pandang orang Indonesia (BKKBN, 2008). Desa Margosari merupakan salah satu desa di Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Dengan mudahnya transportasi dan komunikasi yang ada, para remaja di desa tersebut mudah mengakses informasi tentang kesehatan reproduksi. Sebagian dari informasi tersebut mungkin kurang dapat dipertanggungjawabkan, sehingga diperlukan pengawasan dari orang tua. Biro Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah total penduduk propinsi Jawa Tengah selama tahun 2005 mencapai 31.896.114 jiwa. Dari jumlah tersebut ternyata remaja umur 10-14 tahun mencapai 5%, umur 15-19 tahun mencapai 8,9% dan remaja umur 20-24 tahun mencapai 8%. Sebagian dari mereka banyak yang sudah aktif secara seksual meski tidak selalu atas pilihan sendiri. Kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Berdasarkan hal tersebut di atas maka permasalahan yang muncul adalah Bagaimanakah cara meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi pada remaja di Desa Margosari Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal? Setelah kegiatan penelitian pengabdian masyarakat di bidang pendidikan kesehatan masyarakat ini selesai, diharapkan (1.) Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan reproduksi di Desa Margosari Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal meningkat, (2.) Sikap masyarakat tentang kesehatan reproduksi di Desa Margosari Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal meningkat, (3.) Praktik seksual yang kurang benar di Desa Margosari Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal dapat dicegah. Program promosi kesehatan merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Komponen Program promosi kesehatan meliputi pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan sekolah, upaya promosi kesehatan yang terintegrasi antara sekolah dan masyarakat, pendidikan olahraga, pelayanan gizi, dan konseling.

112 ABDIMAS Vol. 15 No. 2, Desember 2011 Program-program tersebut diharapkan mampu berdampak pada kesehatan siswa yang berhubungan dengan perilaku dan akhirnya berdampak pada status kesehatan dan prestasi belajar (Kristi wardani dkk, Tim Litbang PSS PKBI DIY, 2006). Pendidikan kesehatan, khususnya bagi murid utamanya untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggungjawab terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta ikut aktif di dalam usaha-usaha kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tahaptahap: (1.) Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat, (2.) Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat, (3.) Membentuk kebiasaan hidup sehat. (Soekidjo Notoatmodjo, 2005). Pilar utama kemitraan promosi kesehatan di sekolah terdiri dari pihak guru, petugas kesehatan, orang tua murid, dan badan atau organisasi lain yang ada di lingkungan sekolah. Guru merupakan unsur yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan di sekolah. Guru merupakan faktor tepat untuk melaksanakan pendidikan kesehatan kepada murid-muridnya, baik melalui mata pelajaran yang terstruktur dalam kurikulum, maupun dirancang khusus dalam rangka penyuluhan kesehatan. (Soekidjo Notoatmodjo, 2005) Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di masa yang akan datang. Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui kegiatan kurikuler, dan kegiatan ekstrakurikuler. Cara melaksanakan pendidikan kesehatan pada prinsipnya adalah penanaman kebiasaan hidup bersih dan sehat yang dititikberatkan pada kebersihan pribadi dan lingkungan, adapun cara melaksanakan pendidikan kesehatan adalah melalui penyajian/ceramah dan penanaman kebiasaan (Kristi wardani dkk, Tim Litbang PSS PKBI DIY, 2006) Remaja memiliki umur 12 atau 13 tahun sampai 19 tahun. Ciri-ciri remaja meliputi : a) Cara berpikir yang kausalitas Ciri remaja yang memiliki cara berpikir kausalitas yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil sehingga perlu memahami cara pikir remaja agar tidak terjadi suatu tindakan yang menyimpang kenakalan remaja bisa dihindari. b) Emosi yang meluap-luap Ciri remaja emosinya yang masih labil yang dipengaruhi oleh keadaan hormon. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. c) Menarik perhatian lingkungan dan terikat dengan kelompok Remaja juga memiliki ciri mulai mencari perhatian dari lingkunganya, berusaha mendapatkan status dan peranan. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Kelompok atau gang sebenarnya tidak berbahaya jika mereka bisa diarahkan (Zulkifli,2002:65-67). METODE Masukan pada kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah adanya remaja di Desa Margosari Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal yang masih berpengetahuan rendah tentang kesehatan reproduksi. Hal ini dapat diketahui dari rendahnya rata-rata nilai pre test yang diberikan.

Widya Hary C, M Azinar Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi 113 Untuk memecahkan masalah tersebut diperlukan suatu proses dari luar untuk merubah perilaku sehat yang dapat dilakukan dengan beberapa alternatif cara perubahan perilaku seperti pendidikan, penyuluhan, pelatihan, promosi, propaganda, dan cara belajar-mengajar lainnya. Dalam kegiatan ini perubahan perilaku sehat akan dilakukan dengan cara penyuluhan. Cara ini dipilih karena merupakan cara yang paling efektif dan efisien yang dapat memberikan hasil yang paling optimal dalam perubahan perilaku khususnya pengetahuan dan sikap hidup sehat. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan penelitian pengabdian masyarakat ini yaitu peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang benar bagi remaja di Desa Margosari Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal yang diukur berdasarkan adanya peningkatan pengetahuan dan sikap hidup sehat yang didapatkan dari kegiatan penyuluhan yang berupa penyampaian materi secara ceramah, demonstrasi, dan pemecahan masalah (problem solving) tentang kesehatan reproduksi yang benar. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan melalui (1.) Tahap persiapan yang meliputi mengurus izin dari LP2M UNNES, mempersiapkan materi dan teknik penyuluhan, materi diskusi kelompok dan bahan demonstrasi, mempersiapkan tempat kegiatan di Desa Margosari, mempersiapkan perlengakapan kegiatan. (2.) Tahap pelaksanaan yang meliputi peserta diberi ujian pre test, dilakukan penyuluhan serta pembagian makalah penyuluhan sehingga peserta mudah menyimak dan mengikutinya, peserta dibagi menjadi 3 kelompok, kemudian diberikan contoh permasalahan dan diminta untuk menyelesaikannya, diberikan post test pada seluruh peserta. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kegiatan pengabdian masyarakat pada remaja di Desa MargosariKecamatan Limbangan, dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2011. Dari 19 orang peserta yang hadir didapatkan nilai rata-rata pre test sebesar 6,8 dan nilai rata-rata post test sebesar 9,1 (meningkat 34%). Saat dilakukan diskusi kelompok untuk pemecahan masalah, dari seluruh peserta yang terbagi dalam 3 kelompok didapatkan 1 kelompok yang pemecahan masalahnya kurang sempurna. Tetapi saat dilakukan diskusi langsung antara pemakalah dengan peserta, semua peserta tampak antusias bertanya, kadang diantara peserta sendiri sudah mulai dapat menjelaskan jawaban kepada temannya yang bertanya. Pembahasan Nilai rata-rata pre test dari peserta kegiatan sebesar 6,8 menunjukkan tingkat pemahaman peserta kegiatan sedang tentang kesehatan reproduksi. Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan masyarakat dengan menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan pemecahan masalah, tingkat pemahaman peserta tentang kesehatan reproduksi menjadi meningkat. Hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata setelah dilakukan post test adalah 9,1 (ada peningkatan sebesar 34%). Kegiatan pengabdian masyarakat melalui pendidikan kesehatan masyarakat pada remaja diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi karena dengan penerapan kesehatan reproduksi yang benar akan mencegah terjadinya penyakit menular seksual sehingga pada akhirnya diharapkan derajat kesehatan pada remaja dapat meningkat. Pendidikan kesehatan masyarakat

114 ABDIMAS Vol. 15 No. 2, Desember 2011 melalui metoode ceramah dan diskusi dapat meningkatkan kemampuan peserta dalam pemecahan masalah kesehatan. Hal ini ditunjukan dari 3 kelompok diskusi yang dibentuk untuk memecahkan masalah selama kegiatan, 2 kolompok dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan 1 kelompok kurang sempurna. Berdasarkan diskusi saat kegiatan berlangsung, para peserta banyak yang menanyakan cara berpacaran sehat dan cara merawat organ reproduksi yang benar. Selain itu mereka menganggap cebok setelah buang air sudah cukup untuk menjaga kesehatan organ reproduksi mereka, dan sebagainya. Berdasarkan pengamatan setelah mengikuti kegiataan pengabdian ini terlihat dari beberapa peserta yang mulai menerapkan cara menjaga organ reproduksi yang sehat, meskipun belum maksimal. Jika melihat hasil post test, kemampuan menyelesaikan masalah pada tingkat kelompok serta usaha untuk mempraktekan pengetahuan yang didapat, maka dampak yang diharapkan dari kegiatan pengabdian masyarakat pada remaja di Desa Margosari Kecamatan Limbangan ini akan mudah terwujud. Dampak yang diharapkan adalah para peserta dapat menerapkan kesehatan reproduksi yang benar untuk mencegah infeksi menular seksual dan meningkatkan derajat kesehatan di lingkungan mereka. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan pengabdian masyarakat melalui pendidikan kesehatan masyarakat pada remaja dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta kegiatan dan kemampuan memecahkan masalah dalam tingkat kelompok Saran Untuk lebih meningkatkan kesehatan reproduksi di Desa Margosari Kecamatan Limbangan maka perlu kiranya penyuluhan secara berkala oleh petugas kesehatan tentang kesehatan reproduksi agar kejadian infeksi menular seksual pada remaja dapat dicegah, sehingga pada akhirnya diperoleh generasi muda penerus bangsa yang berkualitas. DAFTAR PUSTAKA Adek Ratna Jameela, 2008. Remaja Indonesia Masih Sangat Membutuhkan Informasi Kesehatan Reproduksi. http://www. kesrepro.info/?q=node/407 diakses 7 oktober 2009 Admin Kolaka, 2008. Remaja Harus Maknai Kesehatan Reproduksi. http://www. kendaripos.co.id/?pilih=news&mod =yes&aksi=lihat&id=6538 diakses 5 Oktober 2009 BKKBN, 2008. Laporan Kegiatan Program Tahunan BKKBN Kota Semarang, Semarang Depkes RI, 2005. Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas, Dirjen Binkesmas, Jakarta Effendy, Onong Uchayana. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Farid Husni, 2004. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jawa Tengah. http://www.mail-archive.com/ proletar@yahoogroups.com/msg05874. html. diakses 18 Agustus 2009 Kristi wardani dkk, Tim Litbang PSS PKBI DIY, 2006. Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah (Riset Kebijakan dan Pengembagan Kurikulum Kespro). Jurnal bening, vol VII, no 1, Mei 2006, ISSN 1693-9778, Pusat studi seksualitas PKBI Yogyakarta Materka, pat roessle. 1990. Lokakarya dan Seminar.Jogjakarta: Kanisius IKAPI.Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu

Widya Hary C, M Azinar Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi 115 Komunikasi suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Siswandi Suwarta, Pendidikan Seksual dan Reproduksi Berbasis Sekolah, http:// situs.kespro.info/krr/fe/2003/krr01.htm, (akses Maret 2007) Soekidjo Notoadmojo, 2005, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: PT Rineka Cipta Sudarmi. 2006. Hubungan Tigkat Informasi yang Diterima Remaja dan Pemanfaatan Media Informasi dengan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Siswa SMA Santo Michel Semarang. Semarang: Undip Zulkifli, L. 2003. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya