Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 1. Kitab Bersuci. Bab 1

dokumen-dokumen yang mirip
TAKHRIJ HADITS MEMBACA BASMALAH SEBELUM BERWUDHU

Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang meninggal dunia.

Robiul Awal 1433 H Cetakan 1 TAKHRIJ HADITS ORANG YANG MENDAPATKAN RUKUKNYA IMAM

Bab 26 Mengadakan Perjalanan Tentang Masalah Yang Terjadi dan Mengajarkan kepada Keluarganya

BENARKAH KHUTBAH SHOLAT DUA HARI RAYA DUA KALI

Bab 42 Menghapal Ilmu

Bab 3 Keutamaan Wudhu dan Putih Bersinar karena Bekas Wudhu

Berkata Imam Bukhori :

TAKHRIJ HADITS DUNIA LEBIH RENDAH NILAINYA DARIPADA SAYAP NYAMUK

Bab 4 Air Bekas Orang Junub dan Selainnya

Bab 39 Penulisan Ilmu

Bab 24 Tanda Kemunafikan

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

Penjelasan : Imam Syaukani berkata dalam tafsirnya Fathul Qodiir :

Bab 38 Dosa Bagi Orang yang Berdusta Atas Nabi

TAFSIR AL QUR AN UL KARIM

Berkata Imam Bukhori : Penjelasan biografi perowi hadits :

Bab 37 Hendaknya Yang Hadir Menyampaikan Ilmu kepada Yang Tidak Hadir Ini adalah perkataan Nabi yang dinukil Ibnu Abbas

SEBAB-SEBAB PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT. (Dirangkum dari kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Raf ul Malaam an Aimatil A laam )

Bab 23 Dholim dibawah dholim (yang besar)

Bab 34 Zakat Termasuk Islam

ISTRI-ISTRI PENGHUNI SURGA

DERAJAT HADITS PEROWI SHODUQ DALAM ILMU HADITS

MACAM - MACAM AIR. Oleh : Rachmad Dermawan Putra Wahyu Reni Jayanti

Bab 7 Tentang Al Munawalah Para Ulama untuk Menyebarkan Ilmunya ke Seluruh Negeri

: :

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

Kelemahan Hadits-Hadits Tentang Mengusap Muka Dengan Kedua Tangan Sesudah Selesai Berdo'a

Bab 24 Orang yang Menjawab Fatwa dengan Isyarat Tangan dan Kepala

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

Bab 40 Menunaikan Pembagian Seperlima Harta Rampasan Perang Termasuk Keimanan

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 02 Tahun 2010 Tentang AIR DAUR ULANG

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

Bab 28 Marah Pada Saat Memberikan Pengarahan dan Pelajaran Jika Dipandang ada Suatu Perkara yang Dibenci

Memaksimalkan Waktu-Waktu Mustajab Untuk Berdoa

UCAPAN SELAMAT HARI RAYA

AMALIYYAH KHUSUS HARI ASYURA (10 Muharram) Oleh : Agus Gustiwang Saputra

Robiul Awal 1433 H Cetakan 1 TAKHRIJ DAN PENJELASAN BULUGHUL MAROM

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

Selain itu hukum wajib atas Khutbah Jum'at, dikarenakan Nabi tidak pernah meninggalkannya. Hal ini termasuk dalam keumuman hadits:

TAKHRIJ HADITS GHUFRONAAK

SHOLAT WITIR (Bagian Tiga : Macam-Macam Sholat Sunnah)

Bab 32 Nasehatnya Imam kepada Wanita dan Pengajarannya kepada Wanita. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita (QS. An Nisaa (4) : 34).

Otopsi Jenazah Dalam Tinjauan Syar'i

E٤٢ J٣٣ W F : :

Mari Bershalawat Rabu, 07 April 04

BEBERAPA MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN PUASA RAMADHAN

Terjemahan : Al Imam berkata, Air yang diam ada dua jenis yaitu, air yang tidak menajisinya sesuatu apapun yang najis bercampur dengannya, kecuali

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

Umur Untuk Amal Shaleh

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:

Bab 34 Bagaimana Cara Dicabutnya Ilmu

HUKUM SUTROH. Salah satu sifat sholat Nabi adalah menempatkan sutroh didepannya ketika sholat. Sutroh adalah :

Memperbaiki Kesalahan dalam Bulan Ramadhan

Menjual Rokok HUKUM SEORANG PEDAGANG YANG TIDAK MENGHISAP ROKOK NAMUN MENJUAL ROKOK DAN CERUTU DALAM DAGANGANNYA.

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Written by Andi Rahmanto Friday, 28 November :43 - Last Updated Friday, 28 November :55

Pengertian dan. Publication 1438 H/ 2016 M. Pengertian dan Macam-Macam Thaharah

HUKUM SEPUTAR MAKMUM MASBUQ DAN KEKELIRUAN YANG BERKAITAN DENGANNYA

Hukum Mengqadha' Puasa Ramadhan

Hukum Merapatkan Tumit Ketika Sujud

HUKUM BERWUDHU SETIAP KALI DATANG WAKTU SHOLAT BAGI WANITA MUSTAHADHOH

Suap Mengundang Laknat

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu ia menyukai hendak membaktikannya (mengaqiqahinya), maka hendaklah ia melakukannya.

HUKUM BERBUKA PUASA BAGI WANITA HAMIL DAN MENYUSUI

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Robiul Awal 1433 H Cetakan 1 SHOLAT EKSEKUSI MATI

992. Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Rasulullah biasa melakukan i'tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan."

TENTANG MA MUM MASBUQ

Peneliti Cacat Hadits

Qunut dalam Shalat Witir

BATASAN TAAT KEPADA ORANG TUA Secara umum kita diperintahkan taat kepada orang tua. Wajib taat kepada kedua orang tua baik yang diperintahkan itu sesu

Bab 10 Ilmu sebelum Ucapan dan Perbuatan

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

LAMPIRAN TERJEMAH. NO HAL BAB TERJEMAH 1 2 I Allah tidak menerima shalat tanpa bersuci. (HR. Muslim)

Berbakti Sepanjang Masa Kepada Kedua Orang Tua

"Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al Qur an) pada malam

Penetapan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Para wanita di bulan ramadhan

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Memakai Pakaian WOL

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL SEKOLAH MENENGAH ATAS / MADRASAH ALIYAH KURIKULUM 2013 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Batasan Aurat Yang Boleh Dilihat Saat Pengobatan

BOLEHKAH AIR MUSTA'MAL DIGUNAKAN UNTUK BERSUCI? Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

MANDI JANABAH, HUKUM DAN TATA CARANYA

Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at

Bab 26 Jihad termasuk Keimanan

Penulis : Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc Dipublikasikan ulang dari

FIQH THAHARAH. (Bersuci) Oleh : Agus Gustiwang Saputra. Bersuci (menurut Bahasa) adalah : Bersih (Suci) dan terlepas dari kotoran

Membatalkan Shalat Witir

" Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu,...

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

Fidyah. "Dan orang-orang yang tidak mampu berpuasa hendaknya membayar fidyah, dengan memberi makanan seorang miskin." (Al Baqarah : 184)

Transkripsi:

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang 1. Kitab Bersuci Bab 1 " " " ( ) " Akhbaronaa Ar Robii bin Sulaiman ia berkata, akhbaronaa Imam Syafi I rohimahulloh beliau berkata : Allah berfirman : {Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu} (QS. Al Maidah (5) : 6). Ayat ini menjelaskan kepada (kaum Mukminin) yang diajak bicara bahwa cucian mereka hanyalah dengan menggunakan air, kemudian ayat ini juga menjelaskan bahwa mencuci itu dengan air. adalah sesuatu yang dapat dipahami oleh kaum mukminin yang diajak bicara bahwa air yang dimaksud disini adalah air yang Allah ciptakan yang belum dikontaminasi oleh manusia. Air tersebut adalah umum mencakup air hujan, air sungai, air sumur, air telaga, air laut yang sangat asin, semuanya dapat digunakan untuk bersuci baik untuk berwudhu maupun mandi. Dhohirnya Al Qur an menunjukkan bahwa semua air tersebut suci, termasuk air laut dan selainnya. Telah diriwayatkan dari Nabi tentang air laut yang sesuai dengan dhohir Al Qur an, namun dalam sanadnya terdapat perowi yang tidak dikenal.

Yang dimaksud oleh Imam Syafi I adalah bahwa asal dari air yang Allah ciptakan baik yang diturunkan dari langit atau yang dipancarkan diatas muka bumi adalah suci. Hal ini sesuai dengan firman Allah : dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih (QS. Al Furqoon (25) : 48). Dan sabda Nabi : Sesungguhnya air itu suci, tidak ada yang dapat menajisinya. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa I, dishahihkan oleh Imam Ahmad). Yang dimaksud oleh Imam Syafi I bahwa ada hadits yang sesuai kandungannya dengan Ayat diatas adalah hadits tentang air laut, didalam sanadnya terdapat perowi yang tidak beliau kenal yaitu Said bin Salamah dan Al Mughiroh bin Abi Burdah, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Baihaqi dalam Sunannya dan Imam Adz-Dzhahabi dalam Talkhisnya terhadap Mustadrok Imam Al Hakim. Riwayat tersebut adalah sebagai berikut yang akan disampaikan oleh Imamunaa Syafi I ( ) : " " Imam Syafi I berkata, Akhbaronaa Malik dari Shofwan bin Saliim dari Sa id bin Salamah dari keluarga Ibnul Azraq, bahwa Al Mughiroh bin Abi Bardah dari bani Ad Daar mengabarkan, bahwa ia mendengar Abu Huroiroh berkata : seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah. wahai Rasulullah kami biasa mengarungi lautan, bekal air kami sedikit, jika kami gunakan untuk berwudhu, kami akan kehausan, apakah kami dapat berwudhu dengan air laut?. Maka Nabi bersabda : Laut itu suci airnya dan halal bangkainya. Riwayat ini shahih, dishahihkan oleh sejumlah ulama seperti Imam Bukhori sebagaimana diceritakan oleh Imam Tirmidzi, berkata Imam Tirmidzi : saya bertanya

kepada Muhammad bin Ismail Al Bukhori tentang hadits ini, Beliau berkata : Hadits Shohih. (Subulus Salam 1/20). Kemudian Imam Tirmidzi sendiri setelah meriwayatkan hadits ini berkata : Ini adalah Hadits Hasan Shohih. Imam Ibnu Khuzaimah beliau memasukkan hadits ini dalam shohihnya, Imam Ibnu Abdil Bar, Imam Mundziri, Imam Ibnu Mandah, dan Imam Al Baghowi (lihat Talkhis Khabir 1/10). Adapun dua orang perowi yang dikatakan oleh Imam Syafi I sebagai perowi yang majhul, berikut adalah biografi kedua perowi tersebut : 1. Sa id bin Salamah Al Makhzumi dari Bani Al Azroq, ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam Ats-Tsiqot (6/364), begitu juga Imam Nasa I mentsiqohkannya (lihat Tahdizbut Tahzdib no. 67). 2. Al Mughiroh bin Abi Burdah (w. >100 H) ada yang mengatakan namanya Ibnu Abdulloh bin Al Mughiroh bin Abi Burdah ada yang mengatakan lagi namanya adalah Abdulloh bin Al Mughiroh bin Abi Burdah, telah berlalu penilaian Majhul dari Imam Syafi I, dan yang benar beliau tidak majhul dikarenakan sejumlah rowi tsiqoh meriwayatkannya dan dalam Tarikh Ya qub bin Sufyan dari Yahya bin Bukair dari Al Laits ia berkata : pada tahun seratus Al Mughiroh bin Abi Burdah berangkat menjadi tentara perang ke Afrika, Berkata Abdulloh bin Abi Sholih : saya bersama Al Mughiroh pada peperangan di konstatinopel, dan beliau adalah seorang yang banyak shodaqoh, setiap orang yang meminta tidak pernah ditolak, Bahkan Imam Ali bin Madini memastikan bahwa Al Mughiroh bin Abi Burdah dari Bani Abdud Daar mendengar dari Abu Huroiroh dan tidaklah ia mendengar darinya kecuali hadits ini. Imam Abu Dawud pun menilainya : Ma ruf (dikenal), kemudian beliau juga mendapatkan penilaian tsiqoh dari Imam Nasa I dan Imam Ibnu Hibban (lihat Tahdzibul kamal serta Tahdzibut Tahdzib). ( ) " " Imam Syafi I berkata, Akhbaronaa Ibrohim bin Muhammad dari Abdul Aziz bin Umar dari Sa id bin Tsaubaan dari Abi Hind Al Faroosiy dari Abu Huroiroh dari Nabi Beliau bersabda : Barangsiapa yang air laut tidak mau digunakan untuk bersuci, maka Allah tidak akan mensucikanya.

Riwayat didhoifkan oleh Imam Al Albani dalam Dhoif Jaami us Shoghiir (no. 5843). ( ) ( ) Imam Syafi I berkata, setiap air itu suci selama tidak bercampur dengan najis. Tidak ada alat yang dapat digunakan untuk bersuci selain air dan debu. (Kesucian ini tidak berbeda) sama saja baik ia air dingin, air salju yang membeku, air (panas) yang dipanaskan atau tidak dipanaskan (secara sengaja), karena air suci dan api juga suci tidak membuat air menjadi najis. Imam Syafi I berkata, akhbaronaa Ibrohim bin Muhammad dari Zaid bin Aslam dari Bapaknya bahwa Umar bin Khothob memasak air, lalu mandi dan berwudhu menggunakan air tersebut. hadits ini dishahihkan oleh Imam Daruquthni, Al Hafidz Ibnu Hajar dan Imam Al Albani, dengan mempertimbangkan penguat-penguanya. Karena Ibrohim bin Muhammad guru Imam Syafi I ini, dilemahkan oleh para ulama seperti Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Ibnul Mubarok, Imam Ibnu Ma in, Imam Yahya bin Sa id Al Qohthon, Imam Nasa I, Imam Ibnu Hibban, Imam Al Hakim, Imam Daruquthni dan selainya. Namun Imam Syafi I banyak berhujjah dengan riwayatnya, mungkin beliau beranggapan bahwa celaan ulama jarh wa ta dil kepadanya adalah disebabkan keyakinan yang ada pada dirinya, karena Ibrohim ini sebagaimana disifati Imam Ahmad sebagai Qodariy, Mu taziliy dan Jahmiy semua musibah ada padanya. Sedangkan dalam ilmu hadits kemungkinan Imam Syafi I berpendapat ia seorang yang jujur. Wallohu a lam. ( ) ( ) :

Imam Syafi I berkata, aku tidak membenci air Musyamas (yang dipanaskan dengan sinar matahari) kecuali dari sisi kesehatan. Imam Syafi I berkata, akhbaronaa Ibrohim bin Muhammad dari Shodaqoh bin Abdullah dari Abuz Zubair dari Jaabir bin Abdullah bahwa Umar membenci mandi menggunakan air yang dipanaskan dengan sinar matahari lalu berkata, hal ini dapat menyebabkan penyakit kusta. Hadits ini selain berasal dari riwayat mauquf Umar Ibnul Khothob, juga datang secara marfu dari Aisyah dan Anas bin Malik. Namun semua jalan-jalannya lemah. Sejumlah ulama melemahkan hadits-hadits berkaitan dengan bab ini seperti Imam Ibnul Jauzi, Imam Nawawi, Imam Al Albani dan selainnya, bahkan Imam Nawawi dalam Al Majmu mengatakan bahwa hadits-hadits tentang ini lemah semuanya berdasarkan kesepakatan ahli hadits. Sebenarnya Imam Syafi I telah mengisyaratkan kelemahan riwayat ini, karena beliau tidak suka menggunakan air Musyamas bukan karena hadits ini, namun karena menurut beliau, air tersebut dapat menyebabkan penyakit, maka beliau memandangnya dari sisi kesehatan. Akan tetapi pendapat yang kuat bahwa air itu tetap suci dan dugaan air tersebut dapat menyebabkan penyakit telah dikonfirmasi oleh Imam Ibnu Qudamah dalam Al Mughni dengan perkataannya : dinukil dari para dokter bahwa mereka tidak mengetahui air musyamas dapat menyebabkan kemudhorotan. Begitu juga Imam Nawawi dalam Al Majmu mengatakan : kesimpulannya bahwa air Musyamas tidak ada dasar pe-makruh-annya dan tidak ada ketetapan dari para dokter sedikit pun, maka yang benar dan pasti bahwa air tersebut tidak makruh. Dalam tempat lain masih dalam kitab yang sama, Imam Nawawi berkata : : ini adalah yang kami yakini dalam masalah ini berkaitan pendapat Imam syafi I dimana madzhab Malik, Abu Hanifah, Ahmad dan Dawud (dhohiri) serta Jumhur bahwa air musyamas tidak makruh sebagaimana pendapat yang terpilih.

( ) : Al Imam berkata, Air itu tetap diatas kesuciannya, tidaklah ia menjadi najis kecuali jika najis mencampurinya. Sinar matahari dan api bukanlah benda najis. Hanyalah najis sesuatu yang diharamkan (Syariat). Adapun apa yang dimanfaatkan oleh manusia, seperti air pohon, air bunga, air kismis atau yang semisalnya, maka tidak dapat digunakan untuk bersuci. Demikian juga air yang berasal dari jasad manusia yang sudah meninggal dunia, tidak dapat digunakan untuk bersuci. Karena jenis air diatas tidak disebut secara mutlak sebagai air. Hanyalah ia dinamakan air dengan maksud yang disandarkan kepada bendanya, seperti air pohon, air bunga dan semisalnya. Dan air adalah benda yang terpisah, demikian juga jasad dan seperti orang yang menebang suatu bunga kemudian menggunakan zat wanginya, lalu memanfaatkan airnya, maka ini juga tidak dapat digunakan untuk bersuci, karena ini tidak dapat disebut sebagai air mutlak, melainkan harus disebut dengan sesuatu yang disandarkan kepadanya. Maka dikatakan air Kirsyi, air Mufshol (kismis) kedudukannya seperti air bunga, air pohon dan semisalnya. Maka semua itu tidak dapat digunakan untuk berwudhu (bersuci). Imam Syafi I disini membagi air menjadi 3 jenis yaitu : 1. Air Mutlak, yaitu air yang masih tetap dalam penciptaannya, maka ia suci dan mensucikan. 2. Air yang bercampur dengan najis dan merubah salah satu sifat air yaitu bau, warna dan rasanya. Maka air tersebut berubah menjadi najis. Telah datang hadits yang menunjukan hal ini yaitu sabda Beliau :

} : } - { { Dari Abu Umamah Al Bahiliy ia berkata, Rasulullah bersabda : Sesungguhnya air itu suci, tidak ada yang menajiskannya, kecuali jika merubah bau, rasa dan warnanya. (HR. Ibnu Majah dan didhoifkan oleh Imam Abu Hatim) Dalam riwayat Baihaqi, Nabi bersabda : Air itu suci, kecuali jika berubah bau, rasa dan warnanya dengan najis yang jatuh kepadanya. Imam Shon ani dalam Subulus Salam mengomentari hadits ini dengan perkataannya : :. :. ". : " Imam Syafi I berkata : aku tidak berpendapat bahwa air jika berubah rasa, bau dan warnanya (karena najis) itu berubah menjadi najis, berdasarkan hadits dari Nabi karena haditsnya tidak kuat menurut ulama hadits. Imam Nawawi berkata : Para ulama ahli hadits sepekat atas kedhoifanya. Yang dimaksud dengan riwayat dhoif adalah riwayat pengecualiannya, bukan asal hadits, karena telah shahih dalam hadits sumur Budhoah, namum tambahan inilah yang disepekati ulama tentang hukumnya (yaitu dhoif). Imam Ibnul Mudzir berkata : para ulama sepakat bahwa air yang sedikit atau banyak jika jatuh najis kepadanya, lalu merubah salah satu sifatnya yaitu, rasa, warna atau baunya maka air tersebut najis. Maka ijma ulama adalah dalil atas najisnya air yang berubah salah satu sifatnya, bukan berdasarkan riwayat tambahan ini. 3. Air yang Muqoyyad (yang terikat), yakni ia tidak disebut nama air, kecuali harus disandarkan kepada sesuatu, seperti air bunga, air buah dan semisalnya. Atau air mutlak yang telah hilang kemutlakannya karena tercampuri dengan benda suci lainnya, kemudian mendominasinya, seperti air kopi, air teh dan semisalnya. Hukumnya air tersebut suci, tapi tidak dapat digunakan untuk bersuci.