BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. seperti dirumuskan dalam Undang Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

Metodi DIdaktik Vol. 10, No. 2, Januari 2016

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: WAHYUSIH WARDANI A

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

siswa adalah selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran agar siswa tertarik dalam proses belajar mengajar. Pendidikan dapat

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, asumsi penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengetengahkan tanggung jawab sebagai pendidik. Dimana pendidik adalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan.peningkatan kualitas pendidikan

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

PEMBELAJARAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan

maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berfikir secara rasional. Pendidikan adalah proses interaksi yang bertujuan. Pendidikan merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Study Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

I. PENDAHULUAN. keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah juga dipercaya sebagai satu satunya cara agar manusia pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia Indonesia. diri dan berhasil dalam kehidupan di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses dan mobilitas sosial. dalam masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang di ikuti melalui syarat-syarat yang jelas dan ketat ( Hasbullah,2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN PADA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam dan juga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Dari rumusan

PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI SMA NEGERI I TERAS BOYOLALI TAHUN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nurdaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia secara individu

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional memiliki tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur, pengetahuan dan ketrampilan sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh karena itu, pemerintah melakukan pemeratan dan peningakatan pendidikan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk menghantarkan peserta didik, untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Sekolah juga dipercaya sebagai satu-satunya cara agar manusia pada zaman sekarang dapat hidup lebih baik dimasa yang akan datang, keberhasilan pendidikan di sekolah sangatlah tergantung pada proses belajar-mengajar di kelas. Dalam pembelajaran di sekolah, terdapat banyak unsur saling berkaitan dan menentukan keberhasilan dalam proses belajar-mengajar. Banyak yang berpandangan bahwa sejarah hanyalah kisah masa lalu. Pemikiran ini sering mengemuka dan membuat sejarah di pandang sebelah mata. Orang yang belajar sejarah dibuat tidak berdaya. Karena itu sejarah sering kali ditempatkan sekedar pelengkap. Mereka lupa bahwa realitas kehidupan hari ini adalah sebuah aktivitas masa lalu, dan cermin masa depan terletak pada tindakan kita sekarang. Menurut Neni Puji Nur Rahmawati (2004 : 1) Sejarah merupakan kejadian atau peristiwa masa lampau yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Selain 1

2 itu, dapat juga dikatakan bahwa sejarah pada dasarnya memang bukan hanya sekedar kumpulan peristiwa pada masa lampau, tetapi sejarah juga instrumen yang membuka dialog antara keadaan yang tengah berlangsung dengan masa lampau yang membentuknya, yang kemudian hasilnya akan berguna dalam pengambilan kesimpulan untuk nasib kita di masa-masa yang akan datang. Pada dasarnya mempelajari sejarah merupakan hal yang mempelajari masa lalu saja tetapi kita dapat memetik peristiwa masa lalu untuk masa depan. Kritikus berkebangsaan Jerman Goothold Ephraim Lessing dalam Abd Rahman & M. Saleh, (2011 : viii) mengatakan bahwa tanpa belajar sejarah setiap jam kita akan diancam bahaya diperdayakan oleh pembual-pembual bodoh, yang tidak jarang memuji sebagai penemu baru dari apa yang telah diketahui dan diyakini oleh manusia beribu-ribu tahun lalu. Dengan belajar sejarah akan memperoleh pelajaran pentingnya sejarah, sehingga tidak mudah terjebak dalam opini publik. Pelajaran sejarah seringkali menjadi pelajaran yang membosankan. Pembelajaran ini dianggap tidak lebih dari rangkaian pelajaran yang mengharuskan peserta didik untuk menghafal angka tahun dan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkapkan kembali untuk menjawab persoalan. Akibatnya, pelajaran sejarah kurang diminati dan dianggap sebagai pelajaran yang kurang bermakna. Kurangnya makna pembelajaran sejarah bagi peserta didik karena kurangnya komponen yang dapat membangkitkan semangat peserta didik dalam belajar sejarah. Suasana kelas pelajaran sejarah secara umum kurang membangkitkan semangat serta membuat jenuh dan kurang menyenangkan.

3 Peserta didik jarang diajak melakukan interpretasi dan mengungkap makna dibalik peristiwa sejarah. Proses pembelajaran masih bersifat informatif, kurang memperhatikan daya nalar dan tidak mengajak peserta didik berpikir kritis. Masalah pembelajaran sejarah juga terlihat dari adanya materi sejarah yang luas sehingga kurang menarik perhatian siswa. Seharusnya materi pelajaran ditekankan pada materi yang aktual, relevan, dan prespektif bagi kepentingan peserta didik dan tujuan pendidikan. Materi sejarah banyak terfokus pada peristiwa sejarah dalam buku ajar, sementara peristiwa-peristiwa sejarah di sekitar peserta didik kurang disinggung dan kurang memberikan pengaruh yang riil dalam meningkatkan kesadaran sejarah (Isjoni, 2007: 6). Materi sejarah lokal bisa diajarkan dalam proses pembelajaran sejarah di sekolah sebagai materi yang menyajikan peristiwa-peristiwa sejarah yang ada di sekitar lingkungan peserta didik. Pembelajaran sejarah agar menarik dan menyenangkan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara yaitu dengan mengajak siswa pada peristiwa sejarah yang ada disekitar mereka. Lingkungan disekitar siswa terdapat berbagai peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu. Pada umumnya siswa akan lebih tertarik terhadap pelajaran sejarah bila berhubungan dengan peristiwa nyata yang terdapat disekitarnya. Sehingga siswa dapat menggambarkan suatu peristiwa masa lalu seperti dalam pelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah lokal sangat mendukung prinsip pembangunan kemampuan peserta didik untuk berfikir aktif, kreatif, dan struktural konseptual.

4 Hampir semua prinsip dalam rangka pembelajaran siswa aktif sangat relevan dengan kegiatan pembelajaran yang bermuatan sejarah lokal. Sesuai dengan sifatnya materi serta sumber sejarah lokal, maka peserta didik akan terdorong mengembangkan keterampilan-keterampilan khusus seperti: mengobservasi, teknik bertanya atau melakukan wawancara, mengumpulkan dan menyeleksi sumber, mengadakan klasifikasi serta mengidentifikasi konsep, bahkan membuat generalisasi, kesemuanya itu mendorong bagi perkembangan proses balajar bersifat discovery inquery (I Gde Widja 1989: 113). Guru sejarah dapat memberikan pembelajaran pada lingkungan sekitar siswa, agar siswa dapat lebih peka terhadap sejarah lokal yang ada di daerah sekitarnya. Siswa diharapkan dapat mengetahui dan menghayati dengan baik perkembangan masyarakat dari masa lampau sampai masa kini yang terjadi di lingkungan sendiri. Kurikulum nasional yang disusun berdasarkan kompetensi dasar dalam bentuk standar nasional akan memberikan peluang luas kepada daerah untuk mengembangkan muatan lokal dalam pembelajaran sejarah sesuai dengan ciri khas masing-masing daerah. Dalam mengembangkan kurikulum bermuatan sejarah lokal dapat dikemas dengan cara menjabarkan dan menambah bahan kajian dari KTSP mata pelajaran sejarah. Dalam mengembangkan muatan sejarah lokal dengan baik perlu kiranya tetap menggunakan pendekatan-pendekatan yang berlaku dalam sejarah nasional yaitu faktual, prosesual, pemecahan masalah, dan tematis.

5 Pengintegrasian sejarah lokal dalam tulisan ini adalah pemuatan sejarah dalam lingkup yang terbatas meliputi suatu lokasi tertentu. Perlunya pemuatan sejarah lokal karena untuk mengetahui kesatuan yang lebih besar dan bagian yang lebih kecil pun harus dimengerti dengan baik. Seringkali hal-hal yang ada ditingkat nasional baru bisa dimengerti dengan baik. Apabila kita mengerti dengan baik, begitu pula dengan perkembangan ditingkat lokal. Pengembangan penulisan yang bersifat nasional seperti selama ini sering kurang memberi makna bagi orang-orang tertentu, terutama yang terkait dengan sejarah wilayahnya sendiri (I Gde Widja 1989: 15-16). Maka dari itu, yang menjadi perhatian peneliti adalah guru mata pelajaran sejarah SMA Negeri 2 Sekayam Kabupaten Sanggau dalam mengetahui Partai Pesatuan Dayak sebagai Bahan Ajar. Sebagai Bahan Ajar Partai Persatuan Dayak adalah salah satu partai politik yang pernah ada di Kalimantan Barat pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia. Partai yang tujuannya untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat dayak Kalimantan Barat. Kehadiran Partai Persatuan Dayak masih belum banyak diketahui, terutama oleh generasi muda. Oleh sebab itu penting rasanya untuk mengajarkan kepada siswa tetang sejarah yang pernah ada di Kalimantan Barat. Berdasarkan dari pemikiran itulah maka peneliti merumuskan desain penelitian dengan judul : Partai Persatuan Dayak Tahun 1946-1963 Sebagai Bahan Ajar Sejarah Pada Materi Perkembangan Politik dan Ekonomi Dalam Upaya Mengisi Kemerdekaan di Kelas XII SMAN 2 Sekayam Kabupaten Sanggau.

6 B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Partai Persatuan Dayak Tahun 1946-1963 Sebagai Bahan Ajar Sejarah Pada Materi Perkembangan Politk dan Ekonomi Dalam Upaya Mengisi Kemerdekaan di Kelas XII SMAN 2 Sekayam Kabupaten Sanggau. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas maka penulis merumuskan sub-sub masalah sebagai acuan di dalam penelitian ini, adapun sub masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Perencanaan Guru Sejarah terhadap Partai Persatuan Dayak Tahun 1946-1963 Sebagai Bahan Ajar Sejarah Pada Materi Perkembangan Politik dan Ekonomi Dalam Upaya Mengisi Kemerdekaan di Kelas XII SMAN 2 Sekayam Kabupaten Sanggau? 2. Bagaimanakah pelaksanaan Pembelajaran Partai Persatuan Dayak dalam Perpolitikan di Kalimantan Barat, Sebagai Bahan Ajar Sejarah Pada Materi Perkembangan Politik dan Ekonomi Dalam Upaya Mengisi Kemerdekaan di Kelas XII SMAN 2 Sekayam Kabupaten Sanggau? 3. Bagaimanakah Evaluasi guru dalam mengajarkan Partai Persatuan Dayak Tahun 1946-1963 Sebagai Bahan Ajar Sejarah pada materi Perkembangan Politik dan Ekonomi Dalam Upaya Mengisi Kemerdekaan di Kelas XII SMAN 2 Sekayam Kabupaten Sanggau? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Partai Persatuan Dayak Tahun 1946-1963 Sebagai Bahan Ajar Sejarah Pada Materi

7 Perkembangan Politik dan Ekonomi Dalam Upaya Mengisi Kemerdekaan di Kelas XII SMA Negeri 2 Sekayam Kabupaten Sanggau. Secara khusus penelitian ini bertujuan : 1. Mengetahui Perencanaan Guru Sejarah terhadap Partai Persatuan Dayak Tahun 1946-1963 Sebagai Bahan Ajar Sejarah Pada Materi Perkembangan Politik dan Ekonomi Dalam Upaya Mengisi Kemerdekaan di Kelas XII SMA Negeri 2 Sekayam Kabupaten Sanggau. 2. Mengetahuai pelaksanaan Pembelajaran Partai Persatuan Dayak dalam perpolitikan di Kalimantan Barat, Sebagai Bahan Ajar Sejarah Pada Materi Perkembangan Politik dan Ekonomi Dalam Upaya Mengisi Kemerdekaan di Kelas XII SMAN 2 Sekayam Kabupaten Sanggau. 3. Evaluasi guru dalam mengajarkan Partai Persatuan Dayak Tahun 1946-1963 Sebagai Bahan Ajar Sejarah pada materi Perkembangan Politik dan Ekonomi Dalam Upaya Mengisi Kemerdekaan di Kelas XII SMAN 2 Sekayam Kabupaten Sanggau. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: a. Sebagai bahan referensi untuk mengkaji permasalahan yang sama dengan lingkup yang lebih luas. b. Dapat menambah wawasan sejarah lokal yang bisa dikembangkan dalam proses pembelajaran sejarah di sekolah.

8 c. Dapat menginformasikan sejarah perkembangan peran Partai Persatuan Dayak Sebagai Bahan Ajar Sejarah. d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi pada dunia pendidikan tentang pentingnya pengetahuan sejarah lokal khususnya Partai Persatuan Dayak Sebagai Bahan Ajar Sejarah kepada siswa kelas XII SMA Negeri 2 Sekayam Kabupaten Sanggau. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Membantu memudahkan siswa menemukan dan memahami konsepkonsep yang sulit serta meningkatkan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran sejarah dan dapat menambah serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan siswa. b. Bagi Guru Memudahkan guru untuk melatih keterampilan-keterampilan khusus untuk membantu siswa dalam belajar sejarah c. Bagi Sekolah 1) Diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa. 2) Dapat dijadikan tolak ukur membina sekolah, guru dan siswa dalam pemahaman sejarah Pada Materi Perkembangan Politik

9 dan Ekonomi Dalam Upaya Mengisi Kemerdekaan di Kelas XII SMAN 2 Sekayam Kabupaten Sanggau. d. Bagi Peneliti 1) Untuk menambah wawasan kesejarahan dan menjadikan penelitian ini sebagai bahan ajar dalam mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 2 Sekayam. 2) Menambah wawasan berpikir secara sistematis, praktis dan ilmiah, sehingga akan memberikan pengalaman akademis yang bersifat keilmuan. 3) Menambah pengalaman dalam menyusun karya ilmiah dalam metodologis, terikat dengan suatu tata tulis tertentu. 4) Memperdalam wawasan keilmuan untuk dituangkan dalam sebuah karya ilmiah yang secara yuridis harus dipertanggungjawabkan sehingga keabsahan dari beberapa teori dan konsep dapat diterima secara akademis.