BAB V KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Bab V Konsep Perancangan

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

Lapas Kelas I A Kedungpane

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

PENGENALAN OBYEK RANCANG PENJELASAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V PROGRAM PERANCANGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BATIK INDONESIA

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

TEMA RANCANGAN TRANSFORMASI BENTUK. Gedung Orkestra Surabaya

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN E-NET AND GAMEDEV CORE DI YOGYAKARTA

Sistem Utilitas Bangunan Gedung Bertingkat

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

SISTEM STRUKTUR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

organisasi ruang pusat perbelanjaan kerajinan. Tata atur ruang pusat perbelanjaan

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ACTION FIGURE CENTRE

BAB V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

Transkripsi:

5.1 Konsep Umum Perancangan BAB V KONSEP PERANCANGAN Gambar 1 Bagan Pemikiran Umum Konsep Sumber : Pemikiran Penulis Kegiatan yang ada di dalam Planetarium secara umum dapat dibagi menjadi 3 aktivitas pokok, yaitu rekreasi, edukasi, dan pengelolaan. Kegiatan kegiatan tersebut diwadahi dalam bangunan Planetarium ini dengan tujuan tujuan : Memasyarakatkan ilmu astronomi, supaya ilmu astronomi bisa dinikmati dan diketahui tidak hanya oleh golongan ahli, tetapi masyarakat awam pun dapat mengetahui mengenai astronomi secara menyenangkan. Sebagai sarana memajukan pendidikan astronomi di Indonesia, bagi penyuka astronomi, pembinaan siswa siswi olimpiade, pertemuan pertemuan para ahli untuk semakin memajukan ilmu astronomi di Indonesia. Kegiatan kegiatan tersebut diwadahi oleh Planetarium dalam fasilitas kegiatan, seperti : Kegiatan Edukasi : Disediakan ruang kelas untuk pembinaan siswa siswi, dilengkapi dengan ruang observatorium sebagai sarana belajar melihat langit secara langsung. Ruang rapat dan seminar untuk melakukan pertemuan pertemuan di bidang astronomi. Untuk masyarakt juga disediakan ruang ruang pameran yang

bersisi benda benda langit serta foto foto tentang astronomi, diorama, perpustakaan. Kegiatan Rekreasi : Tetaer bintang yang dibuka untuk umum, serta wisata langit malam didampingi oleh planetarian, dilengkapi ruang simulasi hampa udara, ruang bermain, teater mini, dsb. Sesuai dengan tujuan bangunan dibangun, maka target pengunjung bangunan Planetarium ini adalah masyarakat umum dari berbagai tingkatan usia, serta komunitas pecinta astronomi sebagai bagian dari masyarakat yang diwadahi dengan fasilitas sesuai dengan kebutuhan masing masing kelompok pengguna. Misalnya untuk kegiatan komunitas, dapat diwadahi pada ruang kelas atau ruang seminar, serta observatorium. Sedangkan untuk masyarakat diwadahi dengan teater bintang, perpustakaan, dan diorama diorama yang dipamerkan di Planetarium. 5.2 Konsep Transformasi Metafora 5.2.1 Bangunan sebagai wadah edukasi astronomi yang interaktif Seperti yang sudah dijelaskan pada tinjauan teori, terkait dengan kurang adanya fasilitas yang menunjang perkembangan ilmu astronomi di Indonesia khusunya di Kota Semarang, terlihat bahwa potensi sumber daya manusia Indonesia yang tinggi namun tidak ada fasilitas yang dapat memajukan ilmu astronomi dan potensi sumber daya manusia nya. Oleh karena tersebut ilmu astronomi sering dinilai eksklusif dan hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu saja. Selain kurangnya fasilitas yang memadai, kurang interaktifnya fasilitas edukasi yang ada mengurangi minat masyarakat yang sebenarnya baik. Kebutuhan masyarakat terhadap suatu wadah sosialisasi dan edukasi ilmu astronomi yang interaktif ini lah yang kemudian diangkat dan diwujudkan dalam bangunan Planetarium. 5.2.2 Perwujudan Tujuan Planetarium sebagai sarana memasyarakatkan astronomi Sesuai dengan tujuannya, bangunan Planetarium ini didesain untuk menjadi sarana memasyarakatkan ilmu astronomi di Indonesi, serta sebagai wadah untuk para penggiat astronomi mengembangkan dan memajukan astronomi Indonesia. Hal ini lah yang menjadi acuan dalam dasar transformasi metafora terhadap bangunan, yaitu

bagaimana suatu banguan dapat menjadi sarana yang memasyarakatkan dan mengembangkan ilmu astronomi. Hal ini dapat ditransformasikan pada wujud bangunan dan pembentuk ruang yang interaktif, serta mendukung kegiatan edukasi dan rekreasi. Dalam bab sebelumnya telah dibahas 5.2.3 Penggunaan suasana Stasiun Luar Angkasa di Alam Semesta sebagai acuan transformasi 5.3 Konsep Pencapaian Pencapaian bangunan disesuaikan pada site, lokasi, dan jalur sirkulasi yang mengakses site. Terdapat beberapa alternatif pencapaian bangunan di dalam site, yaitu: 5.4 Konsep Ruang dan Zonasi 5.4.1 Konsep Zonasi Gambar 2 Alternatif cara pencapaian ke bangunan Sumber F.D.K. Ching, Bentuk, Ruang, dan Tatanan Gambar 3 Bagan perkiraan Zonasi Sumber : Pemikiran Penulis

Gambar 4 Zonasi diterapkan pada Site Terpilih Sumber : Pemikiran Penulis Zonasi disusun berdasarkan kepentingan fungsinya. Sebagaimana yang telah dijabarkan pada pendekatan konsep. Bagan diatas menunjukan penyusunan dari Zona paling inti dengan fungsi utama bangunan, yaitu Planetarium hingga semakin keluar semakin berkurang kepentingan fungsinya. 5.5 Konsep Programatik 5.5.1 Konsep Kedekatan antar Ruang Gambar 5 Kedekatan Ruang kelompok Fungsi Penerima

Gambar 6 Kedekatan Ruang Kelompok Fungsi Pameran Gambar 7 Kedekatan Ruang Fungsi Penunjang

Gambar 8 Kedekatan Ruang Fungsi Teater Bintang Gambar 9 Kedekatan Ruang Fungsi Seminar Gambar 10 Kedekatan Ruang Fungsi Pendidikan

Gambar 11 Kedekatan Ruang Fungsi Pengelola Gambar 12 Keterangan Warna

5.5.2 Konsep Organisasi Ruang Gambar 13 Diagram Organisasi Ruang Fungsi Penerima Gambar 14 Diagram Organisasi Ruang Fungsi Teater Bintang

Gambar 15 Diagram Organisasi Ruang Fungsi Seminar Gambar 16 (Kiri) Diagram Organisasi Ruang Fungsi Pendidikan (Kanan) Fungsi Penerima Sumber Analisa penulis Gambar 17Diagram Organisasi Ruang Fungsi Pameran

Gambar 18 Diagram Organisasi Ruang Fungsi Pengelola Gambar 19 Keterangan Diagram Organisasi Ruang 5.6 Konsep Utilitas Seluruh ruangan yang termasuk pada sarana utilitas bangunan, meruppakan ruangan ruangan yang mutlak dengan ukuran sesuai standar yang telah ditentukan. Beberapa ruangan utilitas tersebut yaitu : a. Ruang Genset/trafo b. Ruang Panel Induk c. Ruang Panel d. Ruang saluran telepon

e. Ruang Pompa dan AC Multi Split f. Ruang Proyektor Film g. Gudang Barang h. Penampungan sampah sementara i. Ruang Monitor untuk keamanan Sedangkan untuk penggunaan penggunaan sistem pada utilitas bangunan ialah sebagai berikut : 1. Sistem Sanitasi Jaringan air bersih pada bangunan Planetarium ini menggunakan down feed system yaitu sistem di mana air dari tanah atau PDAM disimpan dalam ground tank lalu kemudian disalurkan dengan cara dipompa dan dikumpulkan ke dalam tangki penyimpanan di atas gedung (upper tank)barulah kemudian disalurkan kembali ke bawah dan ke dalam gedung untuk digunakan. Pemanfaatan pengumpulan air hujan dan sisa pencucian peralatan makanan dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman. Jaringan air kotor dipisahkan dari jaringan air bersih sebagaimana yang sudah ditetapkan standar yang berlaku, dan dibedakan berdasarkan jenis air kotornya. Air hujan, air khusus, dan air lemak yang merupakan air kotor harus memiliki sistem jaringan dan treatment yang berbeda karena masing masing memiliki karakteristik yang berbeda pula. Sedangkan untuk air tinja dan air sabun dapat memiliki satu saluran (one pype system) atau dua saluran yang berbeda (two pype system), atau bisa juga menggunakan sistem gabungan dari keduanya dengan pipa mendatar yang berbeda dan pipa vertikal yang sama (single stack system). 2. Pencegah Kebakaran Sistem pencegahan kebakaran terdiri dari sistem pendeteksi sumber kebakaran, sistem peringatan kebakaran, sistem pemadaman kebakaran, dan sirkulasi penyelamatan atau jalur evakuasi. Sistem pendeteksi kebakaran dini terdiri dari detektor asap, detektor panas, dan kontrol bahaya api. Sedangkan untuk sistem peringatan dini menggunakan alarm yang dipasang di setiap lantai dan diletakkan di tempat yang dapat dijangkau oleh semua penghuni bangunan.

Sistem pemadaman kebakaran ada beberapa, yang digunakan yaitu : a. Sistem Kimia Kering Sistem kimia kering dipilih untuk menghindari kerusakan benda benda yang dipamerkan oleh air. Campuran kimia yang digunakan dalam sistem ini adalah bubuk kering basa bikarbonat, bekerja untuk segala jenis kebakaran pada suhu ruang di bawah 300 o F. b. Sistem Sprinkler Sistem sprinkler ini beroperasi apabila temperatur yang dihasilkan dari kebakaran melebihi 300 o F. Sistem yang dipilih adalah wet pype. Sprinkler ini dilengkapi dengan on off bimetalic sprinkler heads. Sedangkan pada bagian luar bangunan, sistem pemadaman kebakaran yang dipilih ialah dengan menggunakan pype hydrant. 3. Sistem Instalasi Listrik Jaringan instalasi listrik pada bangunan ini bersumber dari PLN dan genset pribadi milik planetarium yang digunakan pada kondisi darurat (misal pada saat listrik PLN putus) dan untuk menjaga keberlangsungan pasokan listrik. 4. Jaringan Telekomunikasi dan Internet Jaringan telekomunikasi dalam bangunan Planetarium menggunakan sistem PABX (Private Automatic Branch exchange) yang menghubungkan telepon telepon di dalam satu gedung ke jaringan komunikasi internal gedung tersebut kemudian baru dihubungkan pada perusahaan cabang di daerah lain, serta menghubungkan jaringan telepon gedung ke layanan komunikasi publik serta sebaliknya. Sedangkan untuk jaringan komputer di dalam bangunan menggunakan jaringan internet dan wi-fi serta LAN system (Local Area Network) atau jaringan komputer internal gedung. Penggunaan jaringan ini ditujukan untuk memudahkan sistem pemindaian dan koleksi data dijital di dalam bangunan.

5.7 Konsep Pencahayaan Konsep pencahayaan yang diterapkan pada bangunan mengikuti standar pencahayaan untuk bangunan yang memiliki fungsi teater dan fungsi pameran. Pencahayaan sendiri terbagi menjadi dua sistem, yaitu : 1. Pencahayaan alami Pencahayaan alami adalah sistem pencahayaan yang menggunakan sinar matahari. Sistem ini dipergunakan pada bagian bagian bangunan yang tidak berhubungan langsung dengan materi pameran dan peragaan, karena penerangan alami matahari mengandung sinar ultraviolet yang dapat merusak warna serta permukaan barang peraga. Kelebihan dari pencahayaan alami akan berpengaruh kepada penglihatan kita. Mata menjadi tidak lelah. Pencahayaan alami juga relatif murah. Namun karena dapat merusak objek pameran, penggunaan cahaya alami pada gedung ini menjadi terbatas. 2. Pencahayaan buatan Pencahayaan buatan adalah sistem pencahayaan dengan menggunakan lampu atau penerangan buatan lainnya. Pencahayaan buatan pada gedung ini mengikuti standar pencahayaan sebagai berikut : a. Penerangan benda materi pameran : 215,2 lux b. Penerangan umum : 162,4 lux c. Ruangan perpustakaan : 500 lux d. Ruangan administrasi : 250 lux e. Ruangan istirahat : 120 lux f. Ruangan toilet / gudang : 200 lux g. Ruangan produksi : 250 lux 5.8 Konsep Bentuk dan Struktur 5.8.1 Konsep Struktur Dalam perancangan sistem struktur bangunan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan tersebut adalah : - Kelayakan (service abiliy) - Kekuatan (strength) - Kestabilan (stability) - Keamanan (safety)

- Keawetan (durability) Secara umum, pembagian struktur bangunan dibagi menjadi 3, yaitu base structure (pondasi), struktur rangka bangunan (kolom balok), dan upper structure (struktur atap). Ketiga komponen struktur tersebut harus dibuat menjadi satu kesatuan sistem yang tertutup, kaku, serta kokoh (rigid). Dengan ketinggian bangunan dua lantai, serta memerlukan bentang yang lebar mengingat fungsi bangunan adalah sebagai ruang pameran dan teater bintang, maka sistem struktur yang dipakai adalah sistem konstruksi bentang panjang dengan kombinasi beton dan baja. Sedangkan kubah untuk planetarium menggunakan sistem dome baja space truss. 5.8.2 Konsep Bentuk Dalam arsitektur, umunya bentuk-bentuk bangunan dapat dibedakan menjadi : 1. Bentuk yang teratur, seperti bentuk geometris: kotak, kubus, kerucut, pyramid dan sebagainya. Gambar 20 Bentuk Teratur Sumber : F.D.K. Ching. Bentuk, Ruang dan Susunannya 2. Bentuk yang tidak teratur, suatu komposisi dapat merupakan gabungan dari bentukan-bentukan geometri Gambar 21 Bentuk Tidak teratur Sumber : F.D.K. Ching. Bentuk, Ruang, dan Susunannya

3. Bentuk yang lengkung, umumnya dipengaruhi oleh unsur-unsur bentukan organik atau alam. Gambar 22 Bentuk Lengkung Sumber : F.D.K.Ching. Bentuk, Ruang, dan Susunannya 5.9 Konsep Sirkulasi Ruang Luar dan Parkir Site bangunan yang terletak pada jalan lintas kota yang tidak terlalu ramai ini tidak memiliki masalah mengenai sirkulasi mobil masuk dan keluar dari bangunan. Perbedaan kontur yang ada pada site memberikan kemungkinan untuk diadakannya parkir semibasement. 5.10 Konsep Tata Lansekap Site bangunan yang memiliki kontur dimanfaatkan untuk membuat tata lansekap yang menarik dan menyenangkan untuk pengunjung. Lansepkap tidak hanya sebagai pendukung bangunan yang tidak diolah, namun sebagai salah satu elemen bangunan. Sesuai dengan konsep, maka tata lansekap harus mengisyaratkan bumi dan sesuatu yang hidup. Gambar 23 Contoh Tata Lansekap yang tidak kaku Sumber :www.core77.com, 12 Januari 2014 Lansekap dengan tata tumbuhan yang berpola khusus, akan menimbulkan suasana ruang yang menyenangkan dan tidak membosankan. Sesuai dengan tema bangunan yang

interaktif, terdapat Jam matahari besar sebagai simbol kompleks planetarium dan sebagai sebuah wahana pengunjung untuk melihat langsung jam matahari. Gambar 24 Sebuah Jam Matahari Raksasa Sebagai Elemen Lansekap Sumber: www.mubi.com,12 Januari 2014