PANTAI BARANE SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA DI KABUPATEN MAJENE SULAWESI BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja.

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

Oleh HY. Agus Murdiyastomo.

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. V, maka penulis menarik kesimpulan dan merumuskan beberapa saran atau

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan orang-orang semakin memiliki kemampuan untuk berwisata dan

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

DEFINISI- DEFINISI A-1

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D

PENILAIAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN AIR TERJUN MANANGGAR DI DESA ENGKANGIN KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016 KEMENARIKAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN PANTAI UJUNG GENTENG KECAMATAN CIRACAP KABUPATEN SUKABUMI

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi terbesar di Indonesia yang letak

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah hotel berbintang yang ada di Pantai Sorake sampai saat ini baru berjumlah

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI OBJEK WISATA JAM GADANG BUKITTINGGI BAYU PERMANA PUTRA

V. KONSEP PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PANTAI BARANE SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA DI KABUPATEN MAJENE SULAWESI BARAT Oleh: NURSJAM Politeknik Pariwisata Makassar, Jl. Gunung Rinjani, Tanjung Bunga, Makassar Email: nursjam@yahoo.co.id Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk menerangkan Pantai Barane dalam kaitannya dengan fasilitas dan sapta pesona. Data diperoleh dari 12 informan yang terdiri atas 4 informan dari Dinas Pariwisata, 4 dari staf Dinas pariwisata yang ditempatkan di lokasi penelitian, 3 informan dari masyarakat setempat dan satu orang pedagang kecil. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa fasilitas dan sapta pesone belum mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat setempat dan belum menerapkan sapta pesona dengan sempurna. Kedua permasalahan ini sangat berpengaruh terhadap pengembangan attraksi wisata, oleh karena itu kedua permasalahaan ini sangat membutuhkan perhatian, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Pemerintah dan masyarakat belum menyadari betapa pentingnya fasilitas dan penerapan sapta pesona dalam mendukung pengembangan attraksi wisata. Disamping itu, Pemerintah tidak pernah melakukan monitoring terhadap karyawan yang ditempatkan di lokasi pantai barane sebagai lokasi penelitian. Kata kunci: Fasilitas. Sapta Pesona, Atraksi wisata, Pantai. Abstract This research aims at explaining Barane Beach which is focused on facilities and seven charms (sapta pesona). Data were obtained from 12 informants which consists of 4 informants from tourism regional office, 4 taken from the government staff who are placed in the research location, 3 informants from the local society, and one trader. Research results show that facilities and seven chams haven t got any attention from both the government and society, especially from the local society, and seven charms haven t been applied perfectly. These two main problems are extremely influenced to the tourist attraction development, therefore they need a very close attention, either from government or the local society. Both the government and the society do not realize how important the facilities and seven charms are as supporting the development of tourist attraction. Besides, the government has never done monitoring to his staff who are placed at Barane Beach as the research location. Key words: Facilities, Seven chams, Tourist attraction, Beach 65

PENDAHULUAN Pariwisata merupakan sesuatu yang berhubungan dengan daya tarik wisata, sebagaimana telah diketahui bahwa daya tarik wisata diklasifikasikan dalam tiga jenis yaitu, pertama adalah daya tarik wisata yang berhubungan dengan alam, seperti pantai, wisata tirta bahari, daerah pegunungan, hutan-hutan dan sebagainya. Kedua adalah daya tarik wisata yang berhubungan dengan budaya atau adat istiadat yang dimiliki oleh suatu daerah, contohnya di Toraja yang kaya dengan budaya, seperti, upacara kematian. Ketiga, daya tarik wisata yang berhubungan dengan buatan manusia, seperti, trans studio, taman bahari. Dari tiga jenis daya Tarik tersebut diatas Penulis tertarik melakukan penelitian di salah satu pantai di Kabupaten Majene yaitu Pantai Barane. Pantai tersebut sampai saat ini dikenal oleh penduduk setempat sebagai salah satu atraksi wisata yang terletak di kampung Barane Kabupaten Majene tidak jauh dari jalan poros menuju Kota Majene, kurang lebih 2 km dari jalan utama. Pantai Barane adalah pantai yang dikelolah oleh Pemerintah setempat dan pantai tersebut digunakan oleh masyarakat sebagai tempat rekreasi, terutama bagi siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk berkembangnya suatu Daerah Tujuan Wisata tentunya diharapkan jumlah pengunjung yang banyak, bukan hanya pengunjung lokal, tetapi juga dari luar daerah, namun kenyataannya pengunjung kebanyakan anak sekolah yang berasal dari sekitar kampung Barane saja. Selain masalah tentang jumlah pengunjung yang kurang, juga ditemukan sampah yang ditempatkan pada tempat yang tidak semestinya, sehingga diduga bahwa masyarakat di lokasi ini belum memahami Sapta Pesona. Memperhatikan strategi pengembangan yang dikemukakan oleh Fandeli dan Muhammad (2009) bahwa rencana pengembangan atraksi wisata alam tidak cukup hanya dengan melakukan identifikasi atraksi wisata pantai tersebut, tetapi juga harus melakukan identifikasi terhadap semua komponen yang menjadi syarat terhadap setiap obyek sehingga obyek itu layak dikategorikan sebagai atraksi wisata. Hal tersebut didukung oleh pernyataan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, tentang kepariwisataan, bahwa adanya berbagai kegiatan wisata yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas wisata merupakan pelayanan yang diberikan oleh masyarakat terhadap para pengunjung. Kenyataan yang dikemukakan di atas membuat peneliti tertarik melakukan penelitian di pantai Barane tersebut di atas. Melihat kondisi Pantai Barane di atas, maka yang menjadi isu dalam penelitian ini adalah; pantai Barane belum menyiapkan fasilitas wisata yang memadai bagi pengunjung sebagai layanan terhadap kegiatankegiatan wisata, sehingga yang menjadi perhatian dalam tulisan ini adalah, fasilitas wisata sebagai layanan terhadap pengunjung seperti: aksesibilitas yang tediri atas jalan raya, jalan setapak, kelengkapan fasilitas, 66

amenitas yang tediri dari listrik, air bersih, telekomunikasi dan, pembuangan limbah, demikian pula denganpengetahuan masyarakat tentang sapta pesona yang dicanangkan oleh pemerintah bahkan sangat diharapkan Pemerintah dapat menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab bagi seluruh masyarakat dalam bertindak dan mewujudkan sapta pesona dalam kehidupan mereka sehari-hari. Program sapta pesona juga didukung oleh visi pembangunan kepariwisataan nasional sampai dengan tahun 2025. Visi yang dimaksud adalah terwujudnya Indonesia sebagai tujuan wisata yang bertaraf Internasional, dan berkelanjutan serta mampu meningkatkan pembangunan khususnya di daerah, serta dapat mensejahterahkan masyarakat. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi pembangunan kepariwisataan Indonesia sampai dengan tahun 2025 antara lain adalah, (1) mengembangkan industri pariwisata yang efisien, berdaya saing, kredibel, menyinergikan kemitraan antar usaha, dan bertanggungjawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya, (2) mengembangkan destinasi pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan daerah, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hasil observasi ini juga didukung oleh hasil penelitian terdahulu (Nursjam dkk: 2010) dimana masyarakat kurang menyadari betapa pentingnya penerapan program sapta pesona di setiap daya tarik wisata. Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas dan menyimak isu-isu yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengenali kondisi fasilitas dan penerapan sapta pesona dalam mendukung pantai Barane sebagai atraksi wisata di Kabupaten Majene. KERANGKA TEORI Subungan dengan kelayakan atraksi wisata maka yang menjadi permasalahan utama adalah berkaitan dengan fasilitas dan Sapta Pesona. Fasilitas Pariwisata Suatu potensi wisata tidak akan sempurna apabila tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang pendukung suatu atraksi wisata sebagai diversifikasi produk dalam mendukung pengelolaan wisata alam. Untuk menjadikan masyarakat mengetahui dan memahami suatu program pengembangan pariwisata, maka diperlukan metode pendekatan penataan dan penyuluhan pariwisata, atau pendekatan ekonomi dan pendekatan persuasif yang dikemukakan oleh Depbudpar (2008), bahwa Pendekatan tersebut harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut: (1) Informasi harus sesuai dengan apa yang sudah ada pada masyarakat, sehingga informasi mudah dipahami. (2) Informasi harus masuk akal. sehingga masyarakat bersedia menerima informasi, (3) Informasi disampaikan dengan sentuhansentuhan manusiawi, yaitu melalui pendekatan psikologis, sosiologis dan cultural. 67

Disamping fasilitas yang dikemukakan di atas, Payangan (2014: 56) juga mengemukakan bahwa, sebelum seseorang atau wisatawan melakukan perjalanan wisata terlebih dahulu ia ingin mengetahui tentang, (a) Fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan ke daerah tujuan wisata, (b) fasilitas akomodasi yang merupakan tempat tinggal sementara, (c) fasilitas catering service yang dapat memberikan pelayanan makanan dan minuman, (d) object dan atraksi wisata yang ada di daerah tujuan yang akan dikunjungi, (e) aktivitas rekreasi, (f) fasilitas pembelanjaan dimana ia dapat membeli souvenir, (g) tempat atau took dimana wisatawan dapat membeli atau reparasi kamera dan mencuci cetak hasil pemotretannya. Yang dikemukakan oleh Payangan di atas ada kesamaan dengan strategi pengembangan yang dikemukakan oleh Muhammad dan Fandeli sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya. Fasilitasfasilitas yang disebutkan oleh Payangan adalah fasilitas yang di teliti di pantai barane ini. Demikian pula yang dikemukakan oleh Nursjam dkk (2010) bahwa fasilitas penunjang dapat menjadi motivasi bagi wisatawan untuk berkunjung. Fasilitas utama yang harus disediakan di suatu daya tarik wisata adalah toilet. Sapta Pesona Dalam undang-undang No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dikemukakan secara umum bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka pemerintah sewajarnya melakukan pendekatan pemerataan dalam pertumbuhan ekonomi terutama pertumbuhan ekonomi masyarakat yang berdomisili di lokasi atraksi wisata yang mencakup berbagai aspek, seperti memberdayakan sumber daya manusia. Upaya pemberdayaan masyarakat dalam mewujudkan suatu obyek menjadi atraksi wisata, maka Sumber daya manusia sangat memegang peranan penting dalam berbagai bentuk kegiatan seperti pelayanan, penyediaan fasilitas pendukung tempat berwisata, atau sebagai pemandu wisata. Selain Undang-Undang yang telah dikemukakan di atas, Arsyad dkk (2011) juga mengemukakan bahwa pembangunan harus: (1) Berorientasikan kepada kebutuhan manusia, (2) Bersifat endogen, artinya muncul dari jiwa masyarakat itu sendiri (3) Setiap masyarakat mengandalkan pada kekuatan masyarakat itu sendiri. (4) Penggunaan sumber daya alam secara rasional dan bijak. Lebih rinci lagi Arsyad dalam halaman yang lain (17-18) menggambarkan karakteristik pembangunan endogen antara lain: 1. Sustainable development, Pembangunan endogen tidak terbatas hanya pada aspek ekonomis saja. Strategi ini bertujuan untuk memperlakukan masalah-masalah ekonomi, ekologis dan sosial secara setara sehingga dapat diharapkan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. 68

2. Penciptaan identitas regional (regional identity). Pembangunan endogen akan berhasil jika masyarakat mampu mengidentifikasi dengan baik wilayah dimana mereka hidup dan berkehidupan. Identitas regional akan mengikat masyarakat untuk lebih termotivasi terlibat di dalam kegiatan-kegiatan dalam komunitasnya. Lebih dari itu, strategi ini juga akan berkontribusi pada penciptaan identitas kelompok yang pada gilirannya menciptakan rasa ikut memiliki dan meningkatkan komunikasi dan kerja sama. Dari beberapa karakteristik pembangunan endogen di atas, maka penulis berpendapat bahwa kelayakan suatu potensi dikatakan sebagai daya tarik wisata akan berorientasi kepada fasilitas dan pemanfaatan sumber daya alam. Demikian pula dengan program Sapta Pesona yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 1989 (SK Menteri Parpostel No: KM.5/UM.209/MPPT-89) sebagai payung tindakan. Program Sapta Pesona yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1989 tersebut yang unsur-unsurnya perlu diterapkan di semua Daerah Tujuan Wisata di Indonesia. Unsur tersebut kemudian dikemukakan kembali dalambuku yang dikeluarkan oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (2008). Unsur-unsur tersebut dikemukakan sebagai berikut: a. Aman Aman merupakan suatu kondisi lingkungan yang memberikan ketenangan terhadap para pengunjung yang melakukan perjalanan. b. Tertib Tertib merupakan suatu kondisi lingkungan dan pelayanan yang mencerminkan kedisiplinan, konsisten dan teratur serta efisien. c. Bersih Bersih merupakan suatu kondisi lingkungan yang mencerminkan keadaan yang sehat. Dengan tidak membuang sampah/limbah sembarangan, menjaga kebersihan lingkungan, memelihara lingkungan dari polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor atau rokok, menyiapkan sajian makanan dan minuman yang higienis, menyediakan peralatan makan dan minum yang bersih bersih, pakaian dan penampilan petugas bersih dan rapi. d. Sejuk Kondisi Sejuk yang diharapkan oleh pemerintah dalam Program Sapta Pesona adalah: melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon, memelihara penghijauan di lingkungan daya tarik wisata serta jalur wisata, menjaga kondisi sejuk dalam area publik atau fasilitas umum, hotel penginapan, restoran dan sarana dan prasarana dan komponen atau faslitas kepariwisataan lainnya. e. Indah Indah merupakan suasana lingkungan yang indah atau menarik. Bentuk aktifitas yang perlu diwujudkan adalah: memelihara keindahan suatu destinasi, memelihara keindahan dengan tetap menjaga ketertiban lingkungan yang tetap mencerminkan kepribadian local, menjaga keindahan sebagai elemen 69

estetika lingkungan yang bersifat alami. f. Ramah Masyarakat diharapkan bersikap sebagai tuan rumah yang baik dan selalu siap membantu wisatawan, memberikan informasi tentang adat istiadat dengan sopan, memperlihatkan sikap yang saling menghargai serta memberikan senyuman yang tulus. g. Kenangan Kenangan merupakan bentuk yang menampilkan sesuatu yang unik sehingga dapat berkesan bagi para pengunjung. Cita rasa makanan dan minuman produk local yang sehat dan bersih juga merupakan hal yang dapat membawa kenangan bagi wisatawan serta tidak lupa menyediakan cidramata yang menarik unik/ khas, serta mudah dibawa. Penilaian Potensi Untuk melakukan penilaian terhadap sarana dan prasarana suatu atraksi wisata, sebagaimana yang dikemukakan oleh Fandeli dan Muhammad, maka penilaian tersebut dapat diklasifikasikan pada tiga kelas yaitu jelek dengan angka 1, bagus dengan angka 2, dan sangat bagus dengan angka 3. Attraksi yang diteliti adalah pantai, yang dinilai sesuai dengan berapa banyak jumlah fasilitas yang dimiliki oleh pantai tersebut sehingga dapat dikategorikan sebagai atraksi wisata. Dalam hal ini Peneliti melakukan identifikasi dalam kaitannya dengan kesesuaian Aktivitas Wisata Alam. Aktivitas atraksi wisata alam yang banyak diteliti oleh Fandeli dan Muhammad (2009) antara lain adalah, (1) menyusur pantai, (2) berenang, (3) bersepeda, (4) ski air, (5) bird watching, (6) menyelam, (7) joging, (8) surving atau berselancar, (9) berperahu, (10) rafting/ arung arus jeram, (11) berkemah, (12) piknik, (13) foto grafi, (14) memancing. Selanjutnya dikatakan bahwa penilaian untuk atraksi pariwisata yaitu: (1) kesesuaian lahan untuk berkemah, (2) kesesuaian lahan untuk bangunan fasilitas pariwisata, (3) kesesuaian lahan area bermain, (4) kesesuaian lahan untuk jalur trakking, (5) kesesuaian lahan untuk area piknik. Kesesuaian di atas digunakan dalam penilaian pantai, apakah pantai tersebut dapat dikategorikan sebagai Daya Tarik Wisata atau belum. Alur Pikir Adapun kerangka pikir sehubungan dengan implementasi program sapta pesona dikemukakan pada gambar berikut: Fasilitas Wisata Alam Pantai Barane Alur Atraksi Pikir wisata Pantai Barane Sapta Pesona 70

Fasilitas dan sapta pesona yang terdapat dalam alur pikir di atas menjadi obyek penelitian di pantai Barane. Hal yang tak kalah pentingnya untuk diteliti dibandingkan dengan fasilitas adalah pencarian informasi tentang penerapan Sapta pesona dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sulawesi Barat. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian terapan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sifat dari penelitian ini banyak mencari dan menggali masukan dari informan pangkal di lapangan. Instrumen utama adalah peneliti sendiri karena pendekatan yang terbaik untuk memperoleh data adalah dengan langsung meminta masukan dari para informan yang berperan dalam penanganan masalah yang diteliti. Dalam melakukan wawancara kepada informan, disiapkan sejumlah pertanyaan terbuka dan fleksibel yang menyangkut permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya. Sedangkan lokasi penelitian ini sepenuhnya dilakukan di Pantai Barane Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat. Sehubungan dengan jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, maka peneliti mencari data yang berasal dari jawaban informan sebagai pihak interviewee, baik dari kalangan birokrat maupun dari kalangan dunia usaha dan masyarakat setempat. Secara keseluruhan informan berjumlah 12 orang yang terdiri atas 4 informan dari kalangan birokrat, satu orang dari pedagang kecil, 4 orang petugas yang ada di lokasi penelitian dan 3 informan dari kalangan masyarakat setempat. Data diperoleh dari berbagai unsur yang terkait dengan topik penelitian ini yaitu, masyarakat, yang bermukim di sekitar tujuan wisata. Pemerintah, yang berkaitan dengan kebijakan terhadap pengembangan kepariwisataan, seperti; penyediaan sarana dan prasarana, para wisatawan yang berkunjung di lokasi penelitian. Jenis data dari penelitian ini terdiri atas: data primer yang diperoleh langsung oleh peneliti seperti data yang dilihat langsung oleh peneliti pada saat melakukan observasi, wawancara, sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah beberapa informasi yang diperoleh melalui dokumen-dokumen tentang sapta pesona yang didapatkan dari dinas pariwisata yang ada di daerah. Adapan teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang terstruktur yang disusun sebagai panduan melakukan wawancara. Setelah semua data lapangan mulai dari observasi, hasil wawancara terhadap informan pangkal dan para informan berikutnya terkumpul dan tercatat dalam catatan lapangan, maka selanjutnya dilakukan reduksi data, dimana peneliti memilih data, menyederhanakan dan memfokuskan data, melakukan ringkasan data dan mentransformasi data mentah (raw data) Tampilan data dianalisis secara naratif. 71

HASIL PENELITIAN Kondisi Fasilitas Pantai Barane Pantai Barane adalah daya Tarik wisata alam yang terkenal dengan keindahan pemandangan alamnya yang indah dengan pantai yang berpasir putih sebagaimana yang terlihat pada gambar berikut ini. Gambar 1. Pantai Barane Foto: Penulis, 2016 Dengan hanya memiliki keindahan alam, pantai Barane belum cukup untuk dkatakan sebagai daya Tarik wisata atau atraksi wisata. Sebagaimana yang dikatakan sebelumnya bahwa komponen yang menjadi syarat utama suatu attraksi wisata harus diperhatikan sehingga pantai tersebut dapat dikatakan daya tarik wisata. Sehubungan dengan daya tarik wisata pantai, tidak menutup kemungkinan tujuan para pengunjung, ada yang ingin berenang, namun alat untuk berenang tidak disiapkan, seperti pakaian renang, ban untuk berenang, kamar mandi yang berisi air tawar sebagai tempat membilas badan setelah berenang di air asin, loker atau tempat ganti pakaian. Kesemuanya ini sangat dibutuhkan bagi pengunjung yang ingin berenang. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dan sebagaimana yang yang dikemukakan oleh Payangan sebelumnya, diketahui bahwa masih banyak fasilitas yang dibutuhkan belum terlihat di pantai barane ini dan masih ada fasilitas perlu disiapkan atau fasilitas yang masih perlu untuk dibenahi atau diperbaiki, seperti akses atau jalan menuju lokasi ini sangat jelek, transportasi dari jalan utama menuju ke obyek yang dituju belum tersedia, demikian pula dengan fasilitas akomodasi sebagai tempat tinggal sementara di wilayah ini belum ada. Pengunjung suatu obyek tentunya membutuhkan informasi dan pelayanan makanan dan minuman, namun di lokasi ini pelayanan catering belum cukup tersedia atau belum dapat memberikan pelayanan makanan dan minuman sesuai dengan selera pengunjung. Demikian pula halnya dengan pemberian informasi tentang obyek tersebut belum tersedia semacam brosur atau leaflet. Aktivitas rekreasi lain selain berenang dan bermain bola di atas pasir putih bagi pengunjung anak-anak juga belum ada, seperti aktivitas belanja semacam toko penjual souvenir, tempat reparasi kamera atau lainnya juga belum ada. Demikian pula dengan aktivitas rekreasi belum cukup memenuhi keinginan pengunjung. Seperti halnya dengan gambar yang ada di bawah ini. Kondisi toilet yang tidak terawat, tidak tersedia air dan kelihatannya toilet ini sudah lama tidak digunakan. Kondisinya kotor, 72

dan di sekelilingnya ditumbuhi oleh rumput liar yang menjalar sampai ke atap. Toilet di Pantai Barani Foto: Penulis, 2016 Selain itu fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata apabila penyajiannya disertai dengan keramahtamahan sehingga dapat menyenangkan wisatawan, atau keramahtamahan merupakan pemberian jasa dan menjadi suatu atraksi wisata. Fasilitas yang dimaksud disini adalah atraksi buatan manusia yang dapat membedakan antara daya tarik wisata yang satu dengan daya tarik wisata lainnya. Penerapan Sapta Pesona Hasil observasi dan wawancara menunjukan bahwa pemahaman mengenai konsep Sapta pesona sebagai unsur penting dalam pengembangan kepariwisataan di Kampung Barane, menunjukan bahwa hampir semua masyarakat belum mengetahui atau belum menyadari yang disebut sadar wisata dan sapta pesona. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat kondisi lokasi penelitian yang masih terdapat sampah yang berserakan, rumput tumbuh dimana-mana, penataan yang tidak rapih dan kelihatannya pantai ini tidak terawat. Dari ketujuh unsur sapta pesona, unsur kebersihan adalah unsur yang paling kelihatan. Yaitu urutan ketiga dari sapta pesona. Contohnya, di pantai Barane ini tidak ditemui tempat sampah, dan masyarakat yang bertugas di tempat ini tidak melakukan pembersihan secara rutin. Hasil wawancara, mereka mengemukakan hal yang sama yaitu, belum begitu mengetahui tentang sapta pesona. Ketidak pahaman anggota masyarakat mengenai sadar wisata dan sapta pesona mengakibatkan anggota masyarakat tidak mengerti tentang pentingnya penerapan sapta pesona dalam menunjang pengembangan kepariwisataan. Keamanan di wilayah ini sangat terjaga, hasil wawancara dari masyarakat setempat menyampaikan bahwa belum pernah terjadi ada pengunjung yang merasa terganggu oleh masyarakat, pada umumnya masyarakat di lokasi ini memiliki rasa selalu ingin membantu, baik dalam memberikan informasi, maupun dengan hal-hal lain seperti memberi tumpangan bagi pengunjung yang ingin buang air kecil, dan mereka selalu berlaku sopan kepada setiap pengunjung. Ketertiban di lokasi pantai Barane belum diterapkan sebagaimana yang terlihat bahwa pintu gerbang dan tempat menjual tiket kepada pengunjung yang tersedia, tidak dimanfaatkan dengan baik, sering kosong atau tidak ada petugas di temui. Sering terjadi para petugas 73

mendatangi langsung pengunjung dan menagih pembayaran tiket masuk. Dalam hal ini mereka belum menyadari kewajiban mereka dalam menjalankan tugas. Selain itu tempat pedangang menjual dagangannya juga belum tertata dengan baik. Kebersihan merupakan hal yang paling penting dimata setiap pengunjung, namun di pantai barane belum diterapkan, masih banyak sampah bertebaran di sekitar pantai, kebanyakan masyarakat mengumpulkan sampahnya di satu tempat pada masing-masing rumah, kemudian membakarnya. Ada pula masyarakat yang membuang sampah ke laut, karena mereka tidak mengetahui kemana sampah-sampah mereka akan dibuang. Jalan di sekitar pantai adalah jalan yang telah pernah diaspal dan sekarang sudah rusak berat, bercampur tanah, sehingga kalau musim hujan jalan berlumpur, dan kalau musim kering tanah itu menjadi kering dan berdebu yang beterbangan kemanamana. Hal ini yang membuat polusi udara dan membuat makanan yang diperdagangkan dihawatirkan tidak higienis, ditambah lagi dengan cara berpakaian yang tidak rapih. Suasana alam yang sejuk di pantai Barane ini merupakan modal sebagai atraksi wisata. Di sepanjang pantai ini terdapat pepohonan termasuk beberapa pohon kelapa yang membuat pantai ini sejuk dan nyaman sebagai tempat bernaung bagi pengunjung. Suasana alam yang sejuk diharapkan menjadi potensi dalam pengembangan pantai barane sesuai dengan harapan pemerintah dalam melaksanakan penghijauan di setiap atraksi wisata dan dapat menujang pariwisata yang berkesinambungan. Sebagaimana yang telah dikemukakan di Bab sebelumnya bahwa pantai barane memiliki pemandangan yang indah dan menarik. Sama halnya dengan kesejukan di pantai ini yang disebabkan oleh pepohonan yang tumbuh di sekitar pantai merupakan potensi yang harus dipelihara dan dilestarikan sehingga dapat menjaga keaslian alam dan dapat mendukung pengembangan pariwisata yang berkesinambungan. Masyarakat yang berdomisili disekitar pantai barane sebagai Tuan rumah yang sangat menghargai tamu termasuk pengunjung yang datang ke pantai ini. Pada umumnya mereka ramah. Hasil pengamatan peneliti menunjukan bahwa mereka selalu memperlihatkan sikap penolong kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan. Belum ada ciri khas Pantai barane atau sesuatu yang unik yang dapat berkesan bagi para pengunjung, dan belum ada yang dapat dibawa pulang oleh pengunjung sebagai cindramata atau souvenir yang menarik. Demikian pula dengan cita rasa makanan dan minumam sebagai produk lokal merupakan ciri khas yang dapat membawa kenangan bagi wisatawan atau pengunjung belum tersedia. Data yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa sapta pesona yang merupakan jabaran dari konsep Sadar Wisata, tidak luput dari keterkaitannya dengan sumber daya manusia, yang dalam hal ini 74

dibutuhkan dukungan dari masyarakat, dimana masyarakat akan berperan sebagai tuan rumah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif dan pada akhirnya mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata, melalui penerapan dari tujuh unsur yang tercantum dalan sapta pesona, yaitu; aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan unsur kenangan. PEMBAHASAN Pantai Barane sebagai salah satu potensi wisata di Sulawesi Barat yang dikelolah sendiri oleh Pemerintah Kabupaten Majene seharusnya memiliki rasa tanggung jawab terhadap semua potensi yang dimiliki oleh Pemerintah setempat, terutama tanggung jawab Pemerintah sebagai fasilitator. Sehubungan dengan pengembangan pariwisata, fasilitas dan penerapan sapta pesona yang merupakan program yang dicanangkan oleh Pemerintah harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke Pantai Barane yang berlokasi di Kabupaten Majene. Satu contoh di pantai Barane, untuk buang air kecil saja, pengunjung meminta tumpangan di rumah-rumah penduduk. Toilet yang tersedia di pantai ini tidak dapat digunakan, sedangkan toilet adalah fasilitas yang sangat penting bagi pengunjung. Demikian pula dengan ketersediaan air merupakan suatu hal yang sama penting pentingnya dengan toilet. Tidak ada gunanya menyediakan toilet tanpa dilengkapi dengan air, sehingga pengunjung harus menumpang untuk buang air kecil di rumah-rumah penduduk yang bermukim di sekitar pantai ini. Lagi pula toilet ini tidak terawat, dikelilingi oleh rumput yang tumbuh dengan subur. Beberapa gazebo juga kelihatan tidak terurus dengan baik. Perhatian Pemerintah sebagai pengelolah obyek ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, semestinya petugas dari dinas pariwisata yang ditugaskan di lokasi ini telah memahami segala kebutuhan pengunjung sehingga petugas-petugas ini dapat melaporkan segala kekurangan di atraksi wisata ini kepada atasan mereka. Petugas dalam hal ini seharusnya peka terhadap kebutuhan-kebutuhan para pengunjung. Kondisi fasilitas yang ditemukan dari hasil penelitian di pantai barane ini, menandakan bahwa karyawan dinas pariwisata yang ditempatkan atau yang bertugas di lokasi ini belum memiliki pemahaman yang sebenarnya tentang pengembangan pariwisata, atau dapat dikatakan bahwa mereka belum memiliki pengetahuan yang mendalam tentang pariwisata, dan belum memiliki rasa tanggung jawab, belum ada rasa memiki serta belum ada kesadaran tentang penerapan sapta pesona. Untuk mendukung program Pemerintah dalam pengembangan kepariwisataan yang berkelanjutan maka sebaiknya Pemerintah segera menyadari dan memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa jika mereka ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan pariwisata, maka 75

program pemerintah akan dapat dicapai dan masyarakat akan memperoleh manfaat dari kegiatan kepariwisataan, dan hal itu akan sangat dapat membantu kehidupan masyarakat melalui terbukanya lapangan usaha, serta dengan adanya lapangan usaha tersebut, maka tenaga kerja juga akan diserap, selanjutnya pendapatan anggota masyarakat setempat juga akan bertambah, tetapi kalau pemerintah belum melakukan kewajibannya sebagai fasilitator maka sebaliknya yang akan terjadi KESIMPULAN a. Dari hasil observasi menunjukan bahwa masyarakat belum menyadari betapa pentingnya fasilitas dalam pengembangan obyek wisata untuk menjadi suatu atraksi wisata dalam rangka menunjang pembangunan kepariwisataan b. Pemerintah dan masyarakat belum menyadari dan belum menekankan diri pada peningkatan penerapan sapta pesona di sekitar destinasi wisata, dan Pemerintah belum memberdayakan masyarakat, terutama karyawan yang ditempatkan di lokasi pantai barane, padahal pemberdayaan potensi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap program sapta pesona. SARAN a. Pemerintah sangat diharapkan peranannya dalam memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya sadar wisata dan sapta pesona dalam pengembangan kepariwisataan. b. Pemerintah seharusnya dapat memberdayakan masyarakat dalam berbagai aspek, agar masyarakat dapat menjadi sumber daya manusia yang bermanfaat dalam pengembangan atraksi wisata, terutama masyarakat yang berada disekitar atraksi wisata. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin et all. 2011. Strategi Pembangunan Perdesaan berbasis Lokal. STIM YKPN: Yogyakarta. Fandeli Muhammad, Chafid. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Mengkorservasi Lanskap. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta Litosseliti, Lia (editor). 2011, Research Methods. Continuum: New York. Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta Nursjam dkk. 2010. Pengelolaan Wisata Budaya Tana Toraja. Journal Kepariwisataan Volume 02 Nomor 02 ISSN: 1970-7168 Payangan Otto R.2014. Pemasaran Jasa Pariwisata. IPB, Makassar Sugiyono: 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta: Bandung Teguh Frans dan Ricky Avenzora. 2013. Ecotourism and sustainable tourism developmen in Indonesia. Potentials, lessons 76

and Best Practices. Gramedia: Jakarta. Wardidiyanta. 2010. Metode Penelitian Pariwisata. Andi: Yogyakarta UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN-PERATURAN Undang-Undang No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Undang-Undang No. 27 tahun 1997 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang No. 22 tahun 1990 tentang Otonomi Daerah. Kebijakan Pemerintah Sulawesi Barat tahun 2014; 77