BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari hari (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN yaitu dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi. kesehatan lingkungan. (Munif Arifin, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam GBHN 1993 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas hidupnya. Pada Repelita VI tercantum bahwa tujuan pokok dari pembangunan kesehatan antara lain pengurangan angka kesakitan, kecacatan dan kematian serta peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu, terjangkau dan dapat diterima masyarakat. Salah satu target yang ingin dicapai dengan pembangunan kesehatan adalah penurunan angka kesakitan dan kematian pada kelompk rentan, salah satunya pada kelompok anak-anak dibawah lima tahun. Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survey yang dilakukan, angka kesakitan diare pada golongan umur adalah 280/1000 penduduk dan pada golongan balita adalah 1,5 kali pertahun (Depkes RI,2000). Memasuki abad ke-21, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis, baik eksternal maupun internal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Kesehatan adalah hak asasi manusia sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan guna meningkatkn kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2004).

2 Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007) mengungkapkan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Namun faktor lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan perilaku masyarakat yang merugikan merupakan faktor yang paling berpernagruh dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Semua permasalahan kesehatan sangat erat hubungannya dengan masalah perilaku. Masalah kesehatan akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku serta sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan lingkungan dan faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan. Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat (DepkesRI). Perilaku penduduk termasuk faktor resiko yang ikut berperan dalam terjadinya penyakit. Perilaku merupakan faktor yang sangat penting di dalam turut mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat setelah faktor lingkungan. Pada kasus penyakit biasanya faktor perilaku selalu dihubungkan dengan aspek personal hygiene. Penyakit dapat terjadi melalui kebiasaan kebersihan diri yang penyebarannya lebih sering akibat konsumsi makanan maupun minuman serta perilaku kebersihan sendiri, sehingga masyarakat dengan kondisi personal hygiene yang buruk akan berpotensi dalam menimbulkan dan penyebaran penyakit. Di samping itu, faktor perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan tindakan

3 seseorang terhadap penyakit dan upaya penanganannya maupun terhadap faktor resiko lainnya. Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis Personal hygiene bertujuan agar manusia dapat memelihara kesehatan diri sendiri, mempertinggi dan memperbaiki nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit. Masalah personal hygiene merupakan hal yang sehari-hari harus dilakukan, namun kadang masih dianggap kurang penting. Pendapat ini terjadi karena kurangnya sosialisasi akan pentingnya personal hygiene. Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang personal hygiene, membuat perilaku hidup sehat ini sulit diterapkan di masyarakat. Faktor lain yang membuat personal hygiene tidak diterapkan adalah body image, praktek sosial, status sosial ekonomi, budaya, kebiasaan seorang dan kondisi fisik. Penerapan personal hygiene yang kurang akan memudahkan timbulnya suatu penyakit-penyakit menular. Penyakit-penyakit menular di lingkungan yang sering terjadi akibat dari kurangnya kebersihan diantaranya tuberculosis paru, infeksi saluran pernapasan atas, diare, cacingan, dan penyakit kulit masih merupakan masalah kesehatan yang juga dapat ditemukan di lingkungan-lingkungan yang kurang hygienenya seperti di pemukiman (Santosa, 2002). Riskesdas Tahun 2007 menunjukkan penyebab kematian bayi umur 29 hari sampai 11 bulan terbanyak (55,2%) disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan intervensi lingkungan dan perilaku. Hasil Riskesdas 2007 juga menunjukkan beberapa indikator PHBS seperti perilaku benar dalam cuci tangan

4 yang termasuk dalam golongan personal hygiene, hanya 24% penduduknya yang berperilaku benar dalam mencuci tangan. Dalam rumah tangga ibu mempunyai peranan yang sangat besar dalam memberi contoh, teladan, pendidikan. Ibu juga lebih mendomisili dalam hal pengaturan menu makanan dan menjaga kebersihan rumah, termasuk dalam memberikan pendidikan kesehatan di keluarga, seperti menanamkan PHBS karena pendidikan kesehatan dapat berlangsung di keluarga (Notoatmojo, 2003). Persentase data rumah tangga sehat di Kotamadya Jakarta Selatan pada tahun 2005 hanya 4,2% padahal target Depkes 2005 adalah 30% dan 2007 adalah 44%, walupun pengkajian PHBS sudah dilakukan secara serentak pada awal tahun 2005 di wilayah Jakarta Selatan. Dari survei cepat PHBS yang dilakukan suku dinas Kesehatan Masyarakat tahun 2005, didapat data bahwa rumah tangga di Jakarta selatan yang mencuci tangan dengan sabun sebesar 84.4%, menggunakan jamban sendiri 96,1%, menggunakan sarana air bersih 98,7%, mempunyai tempat sampah 88%, SPAL 90,3%, ventilasi 90,9%, dan kepadatan hunian layak 81,3%. Kondisi PHBS terburuk terdapat di wilayah Kelurahan Bukit Duri. Dari survey tersebut terlihat hanya 6,7% yang mencuci tangan dengan sabun, 77,8% memiliki jamban sendiri, yang mengkonsumsi air yang sudah dimasak 86%, memiliki tempat sampah hanya 28,2%, sarana air bersih 82,6%, memiliki SPAL 90,3%, ventilasi 90,9%, dan kepadatan hunian yang layak hanya 31,5% (Sudin Kesmas Jaksel, 2005 Dikutip oleh Siti Nur Ramdaniati). Berdasarkan laporan SP2TP Sudin Kesmas Jakarta Selatan, penyakit infeksi berbasis lingkungan dan perilaku yaitu ISPA, penyakit kulit dan alergi, dan

5 diare, serta hipertensi termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak di daerah Jakarta Selatan. (Sudin Kesmas Jaksel, 2008). Berdasarkan laporan kunjungan pasien pada Puskesmas Manggrai tahun 2007, ISPA menempati urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak dengan jumlah 7.128 kasus (25,55%), penyakit kulit infeksi pada urutan ke empat (4,72%) dan diare urutan ke delapan (1,75%). (Puskesmas Manggarai, 2008, dikutip dari Siti nur Ramdaniati :2008) Kelurahan Manggarai merupakan daerah dengan keadaan rumah yang padat dan tingkat PHBS terburuk di Jakarta Selatan. Selain itu kelurahan manggarai termasuk pada kawasan bantaran Kali Ciliwung dengan komunitas penduduknya yang relative besar dan merupakan wilayah yang sangat rawan dengan adanya banjir setiap kali Jakarta diguyur hujan deras. Keadaan rumah tinggal pada RW 04 Kelurahan Manggarai yang berada di pinggiran Kali Ciliwung merupakan faktor resiko bagi masyarakat terutama pada balita untuk terkena penyakit karena terpapar pencemaran air kali. Buruknya keadaan lingkungan dan tercemarnya air sungai Ciliwung mencerminkan perilaku kebersihan masyarakat sekitar. Perilaku kebersihan yang cukup memprihatinkan adalah tidak memperhatikan budaya hidup bersih dan sehat serta personal hygine, hal ini dapat dilihat dari kebiasaan mencuci tangan serta penyiapan dan penyimpanan makanan dan minuman yang tidak secara semestinya. Selain itu, warga RW 04 Kelurahan Manggarai yang terpapar bantaran kali ciliwung melakukan aktivitas mandi di air kali yang sudah tercemar.

6 Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dalam rangka turut membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku sangat tepat untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat di RW 04 Keluran Manggarai. Maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang personal hygiene dengan perilaku personal hygiene di RW 04 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan. 1.2 Identifikasi Masalah Perilaku ibu dalam menerapkan kebersihan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan keadaan lingkungan itu sendiri. Pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam mengambil sikap dan tindakan. Begitupula dengan pengetahuan ibu tentang personal hygiene yang akan mempengaruhi perilaku dan praktik kebersihan dirinya. Perilaku ibu baik dan buruk secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku kebersihan anaknya. Kelurahan Manggarai merupakan salah satu daerah pemukiman yang berada pada pinggir sungai Ciliwung. Sebagai daerah target banjir dan memiliki lingkungan yang memprihatinkan, kemungkinan terjadi penyakit sangat besar karena perilaku personal hygiene ibu yang kurang memperhatikan kebersihan sehingga kebersihan sendiri dan keluarga masih belum optimal serta keadaan lingkungan dan makanan yang dikonsumsi mudah terkontaminasi dan menimbulkan penyebaran penyakit.

7 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas terlihat bahwa begitu banyak faktor yang mempengaruhi manusia berperilaku. Dengan adanya keterbatasan waktu dalam menyelesaikan penelitian, maka pembatasan masalah hanya dilakukan pada RW 04 Kelurahan Manggarai yang merupakan daerah bantaran kali Ciliwung dan peneliti hanya membatasi penelitian pada hubungan pengetahuan tentang personal hygiene dengan perilaku personal hygiene di RW 04 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan. 1.4. Perumusan Masalah Dalam penulisan ini, diangkat beberapa hal yang menjadi fokus penelitian berkaitan dengan perilaku kebersihan yaitu mengidentifikasi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kebersihan sendiri serta mengidentifikasi karakteristik masyarakat yang memilki balita. Berdasarkan hal ini dirumuskan permasalahan, apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang personal hygiene dengan perilaku personal hygiene di RW 04 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan? 1.5 Tujuan Penelitian 1. 5. 1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang personal hygiene dengan perilaku personal hygiene di RW 04 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan.

8 1. 5. 2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang personal hygiene di daerah RW 04 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan b. Mengidentifikasi perilaku personal hygiene ibu di daerah RW 04 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan c. Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu tentang personal hygiene dengan perilaku personal hygiene di daerah RW 04 Kelurahan Manggarai Jakarta Selatan 1. 6 Manfaat Penelitian 1. 6. 1 Bagi Peneliti a. Mendapatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang hubungan pengetahuan ibu tentang personal hygiene dengan perilaku personal hygiene b. Menjadi input yang memiliki kegunaan untuk mengembangkan hasil penelitian di masa sekarang dan yang akan datang.

9 1. 6. 2 Bagi Masyarakat Menambah pengetahuan dan informasi mengenai pentingnya untuk memperhatikan perilaku kebersihan sendiri dan lingkungan dalam mencegah berbagai penyakit sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 1. 6. 3 Bagi Institusi Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pengembangan pengetahuan serta meningkatkatkan studi kesehatan masyarakat Universitas Esa Unggul.