FORMAPPI 9 Oktober Jl. Matraman Raya No. 32 B, Jakarta Timur T: ; F: E:

dokumen-dokumen yang mirip
PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

FORMAPPI 30 September 2010

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

Badan Kehormatan dan Kinerja DPRD

1/8/2014 Biro Analisa APBN 1

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Metro

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN

Disampaikan Dalam Pembekalan Tenaga Ahli DPR RI Tanggal April /3/2013 Biro Analisa APBN 1

Ketentuan DPR, Alokasi Anggaran dan Kendala Implementasinya

Oleh Drs. Setyanta Nugraha, MM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. Assalamu'alaikum Warrahmatutlahi Wabarakatuh,

BAB III PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MELAKSANAKAN BUDGETING MENURUT UU NO 27 / 2009 TENTANG SUSUNAN KEDUDUKAN. MPR,DPR, DPD, dan DPRD

RAPAT KOORDINASI BIRO ANALISA ANGARAN DAN PELAKSANAAN APBN 19 MARET /19/2014 Biro Analisa APBN 1

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

KOMPETISI, PERUBAHAN DAN PEMBELAHAN POLITIK

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2017 tentang KODE ETIK KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dr. Wahyudi Kumorotomo. Magister Administrasi Publik, Universitas Gadjah Mada.

Disampaikan dalam diskusi dan bedah buku Pokok-pokok Siklus APBN dan Dasar-dasar Praktek penyusunan APBN di Indonesia Jilid II

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

Catatan Terhadap Peraturan DPR tentang Keterbukaan Informasi Publik di DPR RI Oleh: Ronald Rofiandri *

EVALUASI LEGISLASI 2012 FORMAPPI

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

SAMBUTAN KETUA DPR RI PADA ACARA PENGUCAPAN SUMPAH ANGGOTA DPR RI PENGGANTI ANTAR WAKTU. Kamis, 29 Desember 2011

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PEMANTAUAN LEGISLASI. FASILITATOR: Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, Dr.PH. Sesi 12

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Kata Sambutan Kepala Badan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DPR RI OLEH: DRA. HJ. IDA FAUZIYAH WAKIL KETUA BADAN LEGISLASI DPR RI MATERI ORIENTASI TENAGA AHLI DPR RI APRIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

PERUBAHAN FORMAT DAN STRUKTUR MATERI NOTA KEUANGAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI ANGGARAN DPR.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA. Akuntabilitas Kinerja Sekretariat DPRD Kota Bandung. merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja selama tahun

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 71. Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang. Pasal 6

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

-2-3. Undang-Undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. 4. Badan Legis

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KODE ETIK AUDITOR IAIN MATARAM

PROSES PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG DAN PERDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 15 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

Suatu hal yang aneh jika Presiden SBY sampai tidak tahu kebijakan negara yang begitu besar.

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DUGAAN POTENSI MARKUP PEMBAGUNAN GEDUNG DPD RI. Indonesia Budget Center (IBC) Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 7 Juli 2011

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Reses. Januari. Mei. - Reses dilakukan 3 kali (setiap masa sidang) Mengunjungi Dapil masingmasing anggota dewan untuk

Laporan Dugaan Pemborosan dalam Pembangunan Gedung Baru DPR. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 21 April 2011

PROVINSI BALI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

CATATAN KRITIS REVISI UNDANG-UNDANG MD3 Oleh : Aji Bagus Pramukti * Naskah diterima: 7 Maret 2018; disetujui: 9 Maret 2018

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan (check and balances) antara Pemerintah dan DPR RI. Ketiga fungsi


2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERAN PARLEMEN DALAM TRANSPARANSI ANGGARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. UMUM 1.1 DEFINISI

2016, No Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, serta aspirasi Anggota dalam kerangka representasi rakyat; d.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.

Transkripsi:

FORMAPPI 9 Oktober 2011 Jl. Matraman Raya No. 32 B, Jakarta Timur T: 021-8193324; F: 021-85912938 E: formappi@cbn.net.id 1

Evaluasi tahun kedua DPR 2009 2014 (Oktober 2010 September 2011) Ada kemajuan, tetapi banyak kemunduran DPR makin kehilangan kepercayaan masyarakat Fungsi-fungsi DPR berjalan, tetapi tidak menghasilkan kinerja bagi terpenuhinya kepentingan publik Perilaku anggota DPR jauh dari menunjukkan kesan mengabdi kepada kepentingan dan aspirasi rakyat Dugaan kuat praktek mafia dan percaloan anggaran, legislasi dan pengawasan 2

4 Aspek Kinerja: 1. Kinerja legislasi 2. Kinerja anggaran 3. Kinerja pengawasan 4. Kinerja Badan Kehormatan Acuan: prosedur, target resmi, batas waktu, dan norma legal dan etik pelaksanaan fungsi, kewajiban dan tanggungjawab DPR 3

Fungsi Legislasi DPR selalu mendapat sorotan tajam dari masyarakat karena produktifitas rendah, dan kualitas legislasi buruk. Target Legislasi 2011 terdiri dari 70 RUU Prolegnas, dan 23 RUU Luncuran tahun 2010. Total 93 RUU. Capaian legislasi: 12 UU Luncuran 2010, dan 0 (Nol) Prolegnas 2011. 12 UU itu bukan merupakan prioritas dalam rencana kerja pemerintah. Prolegnas tidak bermakna apapun bagi DPR. Legislasi DPR tidak memihak pada kepentingan masyarakat. 4

Prolegnas mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah, dijabarkan dalam 11 Prioritas Nasional, dan Kepentingan Masyarakat pada umumnya. Maka DPR 2011 harus minimal menyelesaikan 24 RUU, yaitu: 15 RUU terkait dng 11 Prioritas Nasional, dan 9 RUU terkait dng Kepentingan Masyarakat. (Semua ada di Prolegnas 2011) Jika kendali legislasi ada di tangan DPR, fakta-fakta legislasi 2011 membuktikan DPR gagal dalam mengarahkan pengembangan peraturan perundang-undangan yang berguna bagi pembangunan nasional dan pencapaian kemajuan masyarakat. Selain mengingkari Prolegnas, DPR terlihat tidak mempunyai politik legislasi yang mampu menentukan arah dan prioritas legislasi untuk pembangunan nasional, dan kemajuan masyarakat. Keberadaan Baleg diragukan telah memberi manfaat yang berarti bagi politik legislasi, perencanaan program legislasi, dan realisasi program legislasi. 5

Kinerja DPR di bidang anggaran tidak signifikan dalam memperjuangkan kepentingan publik. Politik anggaran yang dijalankan DPR masih berorientasi pada proyek dan kepentingan sendiri serta Pemerintah. Peluang penggarongan anggaran sangat terbuka di DPR (komisi dan banggar), khsususnya dalam menentukan pengalokasian DAK dan dana penyesuaian. 6

DPR berhasil mendorong peningkatan penerimaan negara sebanyak Rp. 18,5 trilyun mampu memaksa Pemerintah mengeluarkan dana penerimaan yang disembunyikan. Namun, DPR gagal menolak peningkatan pengeluaran negara sebanyak Rp. 27,5 trilyun sengaja tidak kritis terhadap efisiensi anggaran belanja negara yang diajukan pemerintah. Hasilnya: Kesenjangan lebar antara penerimaan dan pengeluaran APBN. Defisit Rp. 214,6 trilyun. Pembangunan bukan prioritas. Belanja modal Rp. 121,8 trilyun, jauh di bawah Belanja Pegawai Rp. 180,6 trilyun DPR gagal mencegah alokasi dana penyesuaian untuk membantu daerah yang pada dasarnya melanggar UU 33/2004 tentang PKPD. Ini yang disinyalir menjadi lahan bagi permainan Banggar. DPR gagal menutup kesenjangan lebar antara Belanja Pusat dan Transfer ke Daerah Rp. 836,5 trilyun : Rp. 392,9 trilyun. Pusat mendominasi, padahal pembangunan ada di daerah; ada tumpang tindih anggaran; dan, tidak ada pengawasan untuk ini. Ini juga membuka peluang untuk manipulasi anggaran. DPR meloloskan alokasi dana tambahan K/L Rp. 21,8 trilyun, padahal sudah ada pos belanja K/L. Diduga ini jadi sumber penggarongan (rayahan) mafia anggaran Perlu dilakuan reformasi peran anggaran DPR. 7

DPR telah melakukan serangkaian fungsi pengawasan, antara lain: o Membentuk Tim Pengawas Penyelesaian Secara Hukum Kasus Skandal Bailout Bank Century Rp. 6,7 trilyun; o Pengawasan pelaksanaan APBN; o Melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) ke berbagai daerah di Indonesia; o Mengadakan Rapat Kerja dengan institusi-institusi kenegaraan lainnya yang menjadi Pasangan Kerja Komisi-komisi Dewan. o Menggunakan hak-hak DPR (angket Pajak) Sedikit kemajuan dalam fungsi pengawasan, tetapi efektivitas hasil pengawasan tidak jelas 8

Timwas Century telah bekerja scr intens dengan hasil temuan indikasi pelanggaran hukum pemberian FPJP, dan sinyalemen pembiaran oleh KPK terhadap pelanggaran hukum skandal Century. Tetapi pengawasan ini tidak efektif untuk mendorong percepatan pelaksanaan rekomendasi oleh instansi penegakan hukum. Pengakuan sejumlah anggota DPR tentang calo dan mafia anggaran merupakan kemajuan, tetapi belum cukup kuat untuk mendorong pencegahan manipulasi anggaran di DPR maupun Pemerintah. Kunker Komisi telah dilakukan secara menyeluruh di daerah-daerah. Namun hanya sebagian Komisi menjangkau sampai tingkat kabupaten dan akar rumput; sebagian Komisi lain tetap saja berkutat hanya di tingkat propinsi. Tetapi, hasil kunker belum terlihat efektif memperbaiki pelaksanaan kebijakan. Raker komisi utk pengawasan berlangsung scr intens namun terbatas pada isu-isu pelaksanaan undang-undang dan kebijakan yg kontroversial dan bermasalah. Hasilnya belum scr langsung membawa perubahan pada perbaikan kinerja pemerintah dan pelaksana kebijakan yang lain. Sejumlah upaya pelaksanaan hak-hak DPR telah diupayakan, tetapi selalu kandas di tengah jalan. Hanya satu pelaksanaan hak angket tentang mafia pajak berakhir di sidang paripurna, dan ditolak. Penggunaan hak terhambat jika terkait dng kepentingan parpol besar. 9

Kinerja BK mendapat sorotan publik, karena beberapa faktor: o Konflik internal BK yang berkepanjangan o Studi banding BK keluar negeri o Banyak kasus dugaan pelanggaran Kode Etik tidak ditindaklanjuti. BK DPR mandul, tidak bersikap tegas terhadap anggota DPR yang melanggar, karena itu harus dirombak, memasukan unsur non-dpr menjadi anggota BK 10

Tidak responsif berbagai kasus pelanggaran etik tidak diberikan sanksi tegas; Tebang pililh pengaduan ketua DPR ditindaklanjuti; sebaliknya pengaduan masyarakat terhadap sikap ketua DPR tidak ditindaklanjuti Tidak berani Kasus Marzuki dan pimpinan PKS menjadi contoh Gamang tidak tegas memberikan sanksi kepada rekan sejawat Keberadaan BK utk menegakan kehormatan bagi DPR tidak berfungsi. 11

1. Kinerja DPR masih belum jelas dan tegas menunjukkan arah dan prioritas bagi pencapaian pembangunan nasional dan kemajuan masyarakat; 2. Pelaksanaan fungsi-fungsi utama DPR masih jauh dari tujuan penyelenggaraan perwakilan rakyat dalam memastikan landasan kebijakan, penyusunan anggaran dan pengawasan kebijakan untuk mendukung Prioritas Rencana Kerja Pemerintah dan pemenuhan kebutuhan masyarakat; 3. Peluang sangat terbuka bagi penyimpangan, manipulasi dan penyalahgunaan wewenang dalam bidang legislasi, anggaran dan pengawasan karena kelemahan dalam penegakan aturan dan etika anggota DPR. 4. Prosedur menjadi pelindung utama bagi anggota dan alat kelengkapan DPR untuk bekerja tanpa tujuan dan efektivitas yang memihak kepada kepentingan rakyat. 12

1. Revitalisasi institusional harus dilakukan oleh DPR terutama dalam: Penegasan arah dan prioritas kinerja DPR secara umum, dan pelaksanaan fungsi-fungsi DPR secara khusus. Jika11 Prioritas Rencana Kerja Pemerintah telah menjadi komitmen, maka ini harus makin ditegaskan dalam realisasinya. Pemanfaatan optimal alat kelengkapan dan sarana pendukung DPR untuk menghasilkan capaian-capaian efektif pelaksanaan fungsi-fungsi DPR Pengefektivan konsultasi publik (konstituen) untuk menghasilkan kinerja yang memihak kepada kepentingan masyarakat 2. Penegakan disiplin anggota DPR sebagai pejabat publik yang terhormat, melalui: Reformasi BK dengan penegasan asas non-partisan dalam bersikap dan mengambil keputusan, dan pelibatan anggota masyarakat di dalamnya Perluasan lingkup transparansi DPR dengan membuka akses informasi scr publik pada risalah-risalah sidang paripurna, dan alat kelengkapan DPR. Perubahan UU MD3 dan Tatib DPR terkait dng laporan kinerja komisi per tahun masa sidang 13