FORMAPPI 9 Oktober 2011 Jl. Matraman Raya No. 32 B, Jakarta Timur T: 021-8193324; F: 021-85912938 E: formappi@cbn.net.id 1
Evaluasi tahun kedua DPR 2009 2014 (Oktober 2010 September 2011) Ada kemajuan, tetapi banyak kemunduran DPR makin kehilangan kepercayaan masyarakat Fungsi-fungsi DPR berjalan, tetapi tidak menghasilkan kinerja bagi terpenuhinya kepentingan publik Perilaku anggota DPR jauh dari menunjukkan kesan mengabdi kepada kepentingan dan aspirasi rakyat Dugaan kuat praktek mafia dan percaloan anggaran, legislasi dan pengawasan 2
4 Aspek Kinerja: 1. Kinerja legislasi 2. Kinerja anggaran 3. Kinerja pengawasan 4. Kinerja Badan Kehormatan Acuan: prosedur, target resmi, batas waktu, dan norma legal dan etik pelaksanaan fungsi, kewajiban dan tanggungjawab DPR 3
Fungsi Legislasi DPR selalu mendapat sorotan tajam dari masyarakat karena produktifitas rendah, dan kualitas legislasi buruk. Target Legislasi 2011 terdiri dari 70 RUU Prolegnas, dan 23 RUU Luncuran tahun 2010. Total 93 RUU. Capaian legislasi: 12 UU Luncuran 2010, dan 0 (Nol) Prolegnas 2011. 12 UU itu bukan merupakan prioritas dalam rencana kerja pemerintah. Prolegnas tidak bermakna apapun bagi DPR. Legislasi DPR tidak memihak pada kepentingan masyarakat. 4
Prolegnas mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah, dijabarkan dalam 11 Prioritas Nasional, dan Kepentingan Masyarakat pada umumnya. Maka DPR 2011 harus minimal menyelesaikan 24 RUU, yaitu: 15 RUU terkait dng 11 Prioritas Nasional, dan 9 RUU terkait dng Kepentingan Masyarakat. (Semua ada di Prolegnas 2011) Jika kendali legislasi ada di tangan DPR, fakta-fakta legislasi 2011 membuktikan DPR gagal dalam mengarahkan pengembangan peraturan perundang-undangan yang berguna bagi pembangunan nasional dan pencapaian kemajuan masyarakat. Selain mengingkari Prolegnas, DPR terlihat tidak mempunyai politik legislasi yang mampu menentukan arah dan prioritas legislasi untuk pembangunan nasional, dan kemajuan masyarakat. Keberadaan Baleg diragukan telah memberi manfaat yang berarti bagi politik legislasi, perencanaan program legislasi, dan realisasi program legislasi. 5
Kinerja DPR di bidang anggaran tidak signifikan dalam memperjuangkan kepentingan publik. Politik anggaran yang dijalankan DPR masih berorientasi pada proyek dan kepentingan sendiri serta Pemerintah. Peluang penggarongan anggaran sangat terbuka di DPR (komisi dan banggar), khsususnya dalam menentukan pengalokasian DAK dan dana penyesuaian. 6
DPR berhasil mendorong peningkatan penerimaan negara sebanyak Rp. 18,5 trilyun mampu memaksa Pemerintah mengeluarkan dana penerimaan yang disembunyikan. Namun, DPR gagal menolak peningkatan pengeluaran negara sebanyak Rp. 27,5 trilyun sengaja tidak kritis terhadap efisiensi anggaran belanja negara yang diajukan pemerintah. Hasilnya: Kesenjangan lebar antara penerimaan dan pengeluaran APBN. Defisit Rp. 214,6 trilyun. Pembangunan bukan prioritas. Belanja modal Rp. 121,8 trilyun, jauh di bawah Belanja Pegawai Rp. 180,6 trilyun DPR gagal mencegah alokasi dana penyesuaian untuk membantu daerah yang pada dasarnya melanggar UU 33/2004 tentang PKPD. Ini yang disinyalir menjadi lahan bagi permainan Banggar. DPR gagal menutup kesenjangan lebar antara Belanja Pusat dan Transfer ke Daerah Rp. 836,5 trilyun : Rp. 392,9 trilyun. Pusat mendominasi, padahal pembangunan ada di daerah; ada tumpang tindih anggaran; dan, tidak ada pengawasan untuk ini. Ini juga membuka peluang untuk manipulasi anggaran. DPR meloloskan alokasi dana tambahan K/L Rp. 21,8 trilyun, padahal sudah ada pos belanja K/L. Diduga ini jadi sumber penggarongan (rayahan) mafia anggaran Perlu dilakuan reformasi peran anggaran DPR. 7
DPR telah melakukan serangkaian fungsi pengawasan, antara lain: o Membentuk Tim Pengawas Penyelesaian Secara Hukum Kasus Skandal Bailout Bank Century Rp. 6,7 trilyun; o Pengawasan pelaksanaan APBN; o Melakukan Kunjungan Kerja (Kunker) ke berbagai daerah di Indonesia; o Mengadakan Rapat Kerja dengan institusi-institusi kenegaraan lainnya yang menjadi Pasangan Kerja Komisi-komisi Dewan. o Menggunakan hak-hak DPR (angket Pajak) Sedikit kemajuan dalam fungsi pengawasan, tetapi efektivitas hasil pengawasan tidak jelas 8
Timwas Century telah bekerja scr intens dengan hasil temuan indikasi pelanggaran hukum pemberian FPJP, dan sinyalemen pembiaran oleh KPK terhadap pelanggaran hukum skandal Century. Tetapi pengawasan ini tidak efektif untuk mendorong percepatan pelaksanaan rekomendasi oleh instansi penegakan hukum. Pengakuan sejumlah anggota DPR tentang calo dan mafia anggaran merupakan kemajuan, tetapi belum cukup kuat untuk mendorong pencegahan manipulasi anggaran di DPR maupun Pemerintah. Kunker Komisi telah dilakukan secara menyeluruh di daerah-daerah. Namun hanya sebagian Komisi menjangkau sampai tingkat kabupaten dan akar rumput; sebagian Komisi lain tetap saja berkutat hanya di tingkat propinsi. Tetapi, hasil kunker belum terlihat efektif memperbaiki pelaksanaan kebijakan. Raker komisi utk pengawasan berlangsung scr intens namun terbatas pada isu-isu pelaksanaan undang-undang dan kebijakan yg kontroversial dan bermasalah. Hasilnya belum scr langsung membawa perubahan pada perbaikan kinerja pemerintah dan pelaksana kebijakan yang lain. Sejumlah upaya pelaksanaan hak-hak DPR telah diupayakan, tetapi selalu kandas di tengah jalan. Hanya satu pelaksanaan hak angket tentang mafia pajak berakhir di sidang paripurna, dan ditolak. Penggunaan hak terhambat jika terkait dng kepentingan parpol besar. 9
Kinerja BK mendapat sorotan publik, karena beberapa faktor: o Konflik internal BK yang berkepanjangan o Studi banding BK keluar negeri o Banyak kasus dugaan pelanggaran Kode Etik tidak ditindaklanjuti. BK DPR mandul, tidak bersikap tegas terhadap anggota DPR yang melanggar, karena itu harus dirombak, memasukan unsur non-dpr menjadi anggota BK 10
Tidak responsif berbagai kasus pelanggaran etik tidak diberikan sanksi tegas; Tebang pililh pengaduan ketua DPR ditindaklanjuti; sebaliknya pengaduan masyarakat terhadap sikap ketua DPR tidak ditindaklanjuti Tidak berani Kasus Marzuki dan pimpinan PKS menjadi contoh Gamang tidak tegas memberikan sanksi kepada rekan sejawat Keberadaan BK utk menegakan kehormatan bagi DPR tidak berfungsi. 11
1. Kinerja DPR masih belum jelas dan tegas menunjukkan arah dan prioritas bagi pencapaian pembangunan nasional dan kemajuan masyarakat; 2. Pelaksanaan fungsi-fungsi utama DPR masih jauh dari tujuan penyelenggaraan perwakilan rakyat dalam memastikan landasan kebijakan, penyusunan anggaran dan pengawasan kebijakan untuk mendukung Prioritas Rencana Kerja Pemerintah dan pemenuhan kebutuhan masyarakat; 3. Peluang sangat terbuka bagi penyimpangan, manipulasi dan penyalahgunaan wewenang dalam bidang legislasi, anggaran dan pengawasan karena kelemahan dalam penegakan aturan dan etika anggota DPR. 4. Prosedur menjadi pelindung utama bagi anggota dan alat kelengkapan DPR untuk bekerja tanpa tujuan dan efektivitas yang memihak kepada kepentingan rakyat. 12
1. Revitalisasi institusional harus dilakukan oleh DPR terutama dalam: Penegasan arah dan prioritas kinerja DPR secara umum, dan pelaksanaan fungsi-fungsi DPR secara khusus. Jika11 Prioritas Rencana Kerja Pemerintah telah menjadi komitmen, maka ini harus makin ditegaskan dalam realisasinya. Pemanfaatan optimal alat kelengkapan dan sarana pendukung DPR untuk menghasilkan capaian-capaian efektif pelaksanaan fungsi-fungsi DPR Pengefektivan konsultasi publik (konstituen) untuk menghasilkan kinerja yang memihak kepada kepentingan masyarakat 2. Penegakan disiplin anggota DPR sebagai pejabat publik yang terhormat, melalui: Reformasi BK dengan penegasan asas non-partisan dalam bersikap dan mengambil keputusan, dan pelibatan anggota masyarakat di dalamnya Perluasan lingkup transparansi DPR dengan membuka akses informasi scr publik pada risalah-risalah sidang paripurna, dan alat kelengkapan DPR. Perubahan UU MD3 dan Tatib DPR terkait dng laporan kinerja komisi per tahun masa sidang 13