BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin. dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, suatu bangsa menyongsong masa depan yang lebih baik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. 2000), hlm Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama keberhasilan Pembangunan Nasional. Semakin tinggi kualitas

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SD, MI, DAN SDLB

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Abdurrahmabn Mas ud.et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi;

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama keberhasilan Pembangunan Nasional. Semakin tinggi kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan di desain sedemikian rupa untuk memudahkan. siswa memahami pelajaran. Hampir semua dari faktor pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB III PELAKSANAAN EVALUASI RANAH AFEKTIF DAN PROBLEMATIKANYA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NASIMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB V PEMBAHASAN. acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, yaitu Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB IV ANALISIS APLIKASI METODE KETELADANAN DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK DI MADRASAH DINIYAH AWWALIYAH RAUDLOTUL MUTA ALIMIN SUKOLILAN PATEBON KENDAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan saranasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1999), hlm Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi Filsafat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK DI MADRASAH DINIYAH AWWALIYAH MIFTAHUSSSALAFIYAH LANJI PATEBON KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap dirinya, bangsa dan agama. 1. mandiri dalam menjalani kehidupan yang dialaminya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. panjang dan berlangsung sepanjang hayat. 2 Pendidikan merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONSEP KOMPETENSI GURU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN (Kajian Ilmu Pendidikan Islam)

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan seharihari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat- Nya, kitab-kitab-nya, rasul-rasul-nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar. 1 Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. 2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam. 2 Pada pelaksanaan pembelajaran Akidah Akhlak di madrasah, guru harus dapat memilih dan menggunakan metode yang sesuai dan tepat. Keberhasilan penggunaan suatu metode merupakan keberhasilan proses pembelajaran Akidah Akhlak yang akhirnya berfungsi sebagai determinasi kualitas pendidikan di madrasah tersebut. 1 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 21 2 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 21 1

2 Selain penerapan metode yang tepat, kepribadian guru juga menjadi kunci keberhasilan pembelajaran Akidah Akhlak. Guru merupakan sebuah potret yang selalu dijadikan contoh oleh seorang siswa. Untuk itu seorang guru tidak hanya memberikan materi di kelas tetapi juga di luar kelas hendaknya berperilaku yang memberikan keteladanan. Pendidik harus menjadi seorang model dan sekaligus menjadi seorang mentor bagi peserta didik dalam mewujudkan nilainilai keimanan dan akhlak dalam kehidupan. Madrasah tanpa guru atau pendidik sebagai model, sulit untuk mewujudkan pranata sosial (skala) yang mewujudkan nilai-nilai moral. 3 Konsep keteladanan yang harus dimiliki guru ini digambarkan pada Firman Allah SWT pada surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi sebagai berikut : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. 4 Peserta didik pada konteks pendidikan cenderung meneladani pendidiknya dan ini dialami oleh semua ahli pendidikan. Dasarnya ialah secara psikologi anak senang meniru, tidak saja yang baik-baik yang jeleknya pun ditiru. Anak yang menyaksikan tingkah laku itu akan cenderung untuk menirunya dan berbuat yang sama (imitasi). 5 Secara keseluruhan keberhasilan implementasi pembelajaran Akidah Akhlak mencakup semua unsur pendidikan seperti; kurikulum berbasis karakter, metode yang kontekstual, strategi, materi pelajaran, tujuan pendidikan, personifikasi guru, ruang kelas yang representatif, penggunaan sumber belajar dan media pembelajaran. Terpenuhinya standar komponen unsur pendidikan di atas 3 H.A.R. Tilaar, Pendidikan Kebudayaan Masyarakat Madani Indonesia, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm 76 4 Al Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : Depag RI, 2003), hlm. 420 5 W.S. Winkel SJ., Psikologi Pengajaran, cetakan kedua, (Jakarta : PT. Gramedia, 1987), hlm 230

3 turut memberikan andil yang besar terhadap keberhasilan dalam pembelajaran Akidah Akhlak di madrasah ibtidaiyah. Sejalan dengan kebijakan pemerintah dengan issu-issu pendidikan karakter pada setiap level dan jenjang pendidikan di seluruh Indonesia. Dalam konteks pendidikan di madrasah Ibtidaiyah, kajian pendidikan karakter ini sangat penting sebab keberhasilan pendidikan berada pada jenjang pendidikan dasar, berhasil atau tidak pendidikan ditentukan oleh keberhasilan pendidikan di level bawah/dasar. Keberhasilan program pendidikan karakter di madrasah tersebut berhubungan erat dengan kebrhasilan pembelajaran Akidah Akhlak, karena mata pelajaran ini menjadi basic dasar penunjang pendidikan karakter. Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran akidah akhlak merupakan bagian integral dari pendidikan agama. Walaupun bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. Tetapi secara subtansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengamalkan nilai-nilai keyakinan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari hari, sebagai wujud internalisasi pendidikan karakter bangsa. Secara teoritis kerangka berpikir di atas merupakan wujud ideal dari pembelajaran Akidah Akhlak. Secara aplikatif pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di lapangan memenuhi beragam kendala yang kompleks. Salah satunya adalah di MI Lebo 02 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. Menurut pengakuan Bapak Nasirin, S.Pd.I, selaku kepala madrasah, dalam implementasinya yang ideal ternyata tidaklah mudah. Adanya anggapan bahwa akidah akhlak adalah pelajaran yang hanya dihafal sehingga membuat peserta didik menjadi statis dan kurang berapresiasi dalam proses pembelajaran di kelas. Kondisi demikian sejalan hasil penelitian Djoko Widagdho, yang menyebutkan pembelajaran agama cenderung masih disajikan sebagai materi pelajaran daripada pendidikan, akibatnya hanya berkutat pada ranah kognitif, kurang melibatkan ranah afektif dan psikomotorik. Selain itu kompetensi guru dalam menguasai materi pelajaran mungkin sudah bagus, namun kompetensi untuk menghubungkan, mengaitkan dengan kehidupan nyata sehari-hari di masyarakat

4 masih terbatas. Kelemahan ini menjadikan agama hanya sebagai pengetahuan yang subtansial belum fungsional, baru berupa ilmu belum berupa amal. 6 Sejalan dengan hasil penelitian di atas, dilihat dari ketercapaian tujuan pembelajaran Akidah Akhlak di MI lebo 02 juga relatif kurang menyentuh aspek internalisasi nilai-nilai pendidikan karakter, karena masih dijumpai peserta didik yang tidak mengamalkan materi pelajaran akhlak dalam perilaku sehari-hari. Fenomena tersebut dibuktikan dengan banyaknya peserta didik yang bersikap tidak sopan terhadap gurunya, berani kepada orang tua, suka berbohong, lebih senang bermain dari pada membantu orang tua, sering berkata kasar dan mengejek teman-temannya, anak laki-laki suka mengganggu anak-anak perempuan yang sedang asyik bermain, lebih suka menonton televisi dari pada membaca Al Quran, sering merasa enggan melaksanakan shalat lima waktu, kurang mematuhi terhadap tata tertib sekolah, dan banyak indikator lainnya yang menujukkan perlunya perbaikan dan pembenahan di sana-sini terkait dengan pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang. Sejalan fenomena di atas, MI Lebo 02 Gringsing Batang sebagai salah satu madrasah Ibtidaiyah yang merespon problematika pembelajaran Akidah Akhlak di atas, terus berpacu mengembangkan pendidikan karakter melalui perbaikan pembelajaran Akidah Akhlak guna mengembangkan kualitas pendidikan agar lulusannya memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Berbagai hambatan atau kendala yang teridentifikasi, maka seluruh elemen di MI Lebo 02 berusaha menggali potensi untuk memecahkannya. Melalui cara seperti itu, sampai saat ini MI Lebo 02 terus berupaya berbenah diri agar tidak kehilangan relevansi program pembelajarannya, termasuk di dalamnya progam pendidikan karakter melalui mata pelajaran Akidah Akhlak. Upaya pembenahan diri ini dilakukan dalam rangka menjembatani wacana perubahan kurikulum yang digelontorkan pemerintah untuk mengganti Kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013 yang menuntut profesionalisme guru dalam mengajar untuk membantu peserta didik menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri, dan bukan 6 Djoko Widagdho, Hasil Belajar Ranah Kognitif Mata Pelajaran PAI, (Semarang : Jurnal Penelitian Walisongo, 2003), hlm. 136.

5 hanya mengejar kurikulum untuk mengenjot nilai hasil belajar maksimal, tetapi kurang membina potensi dan karakteristik peserta didik yang humanis dan beraklak mulia. Fenomena tersebut sejalan dengan penelitian Rosyada : Pada kenyataannya terhadap kondisi pendidikan agama saat ini, etos guru dalam mengajar tidak semuanya sesuai dengan harapan, karena banyak guru hanya mengejar kurikulum, bukan penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran. Selain itu dari beberapa catatan dan opini para pemerhati yang diuraikan baik melalui buku, jurnal pendidikan, maupun surat kabar, berkembang anggapan yang secara global penulis simpulkan bahwa, konsep pendidikan di Indonesia telah tereduksi menjadi pengajaran, dan pengajaran lalu menyempit menjadi kegiatan di kelas. Sementara yang berlangsung di kelas masih banyak yang tidak lebih dari kegiatan guru mengajar murid dengan target kurikulum dan bagaimana mendapatkan nilai yang maksimal, sehingga gagal mengembangkan Sumber Daya Manusia. 7 Sesuai visi dan misi MI Lebo 02, pembelajaran Akidah Akhlak bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. Akidah mencakup sendi-sendi keimanan, penghayatan, dan kepercayaan terhadap ajaran agama yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. 8 Sejalan dengan kondisi ideal hasil penelitian yang telah dideskripsikan di atas dan melihat adanya kesenjangan dengan kondisi riil pembelajaran Akidah Akhlak di lapangan yakni di MI Lebo 02 Gringsing Batang, maka upaya mengindentifikasi problematika yang muncul merupakan langkah penting untuk menemukan solusi alternatif pembelajaran Akidah Akhlak yang lebih berkualitas selaras dengan visi dan misi MI Lebo 02 Tahun Pelajaran 2013/2014 yakni membentuk generasi muda yang beriman dan bertakwa, memiliki ilmu pengetahuan dilandasi akhlak mulia. Penelitian ini mencoba mengkaji tema berjudul : Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014. 7 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta : P.T. Pilar Media, 2004), hlm. 46. 8 BSNP, Standar Isi KTSP pada Sekolah Dasar dan Menengah Pertama, (Jakarta : Badan Standar Nasional, 2006), hlm. v.

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas ada beberapa masalah yang teridentifikasi pada penelitian ini, di antaranya masih ada beberapa masalah seperti : 1. Desain pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 belum mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik untuk berekplorasi dan membangun pengetahuan sendiri untuk memecahkan masalah-masalh yang muncul secara kontekstual. 2. Guru masih berkutat pada paradigma pengajaran instant, yakni mengejar target kurikulum dan terobsesi mencapai hasil belajar maksimal, sementara aspek-aspek pembinaan karakter melalui pembiasaan dan penanaman nilainilai religiuitas peserta didik kurang mendapat sentuhan. 3. Materi pelajaran Akidah Akhlak yang disampaikan kurang didukung dengan metode dan media pembelajaran yang representatif mencapai ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. 4. Pencapaian tujuan pembelajaran Akidah Akhlak kurang mewakili visi dan misi madrasah, fakta ini dibuktikan dengan peserta didik belum sanggup mengamalkan materi pelajaran dalam kehidupan sosial sehai-hari seperti kecenderungan peserta didik kurang memperhatikan tata krama dalam pergaulan terhadap orang tua, guru, kepada teman-teman seusianya di sekolah, dan kedisiplinan mematuhi tata tertib sekolah. 5. Kebijakan kepada madrasah terkait dengan peningkatan mutu pendidikan perlu ditunjang dengan pembinaan dan pengawasan yang intent melalui supervisi di kelas. 6. Problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 bersifat multi kompleks sehingga diperlukan identifikasi agar dapat disusun prioritas penanganan sesuai dengan kondisi dan sumberdaya yang tersedia. 7. Melihat kondisi riil MI Lebo 02 tidak semua problematika dapat diatasi. 8. Adanya komitmen bersama dari stakeholder untuk perbaikan mutu pendidikan merupakan masalah yang menarik dikaji mengingat multi kompleksnya problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02.

7 C. Pembatasan Masalah Tema penelitian ini menkaji tentang problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 sebagaimana telah diidentifikasi pada sub bab sebelumnya. Namun kajian problematik tanpa mendiskripsikan implementasi yang mendahuluinya dan pemecahan masalahnya dirasa masih sepotongsepotong dan bisa mengakibatkan persepsi yang bias terhadap hasil penelitian ini. Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian ini dibatasi hanya mendiskripsikan kondisi alami di lapangan terkait dengan : 1. Implementasi pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 2. Problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02, dan 3. Pemecahan problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02. D. Rumusan Masalah Sesuai fokus masalah di atas disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagamanakah implementasi pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2013/2014? 2. Bagaimanakah problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2013/2014? 3. Bagaimanakah pemecahan problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2013/2014? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sejalan dengan rumusan masalah di atas yaitu : 1. Mendiskripsikan implementasi pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Mendiskripsikan problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2013/2014? 3. Mendiskripsikan pemecahan problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Gringsing Batang Tahun Pelajaran 2013/2014 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki signifikansi secara teoritis dan praktis.

8 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan menambah khasanah penelitian di bidang pendidikan Islam yang menarik dan aktual sebagai bahan bacaan atau pedoman bagi pemerhati bidang pendidikan dalam membangun landasan konseptual tentang isu-isu pembelajaran Akidah Akhlak dengan menggali pengalaman dari problematika pembelajaran Akidah Akhlak di MI Lebo 02 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. 2. Manfaat Praktis a. Peneliti Memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap peneliti terkait dengan penelitian ilmiah yang kelak dapat digunakan untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Selain itu, penelitian ini dapat menunjang kompetensi peneliti dalam kegiatan praktik kependidikan terkait dengan pembelajaran Akidah Akhlak. b. Guru Memberikan informasi aktual untuk menambah kompetensi paedagogis guru, yang dapat dijadikan referensi tentang langkah-langkah yang harus ditempuh guru, hambatan-hambatan yang muncul, dan solusi alternatif dalam meningkatkan mutu pembelajaran Akidah Akhlak di madrasah/sekolah. c. Madrasah Memberikan bahan-bahan yang dibutuhkan bagi pengelola madrasah dalam menyusun kebijakan memperbaiki desain pembelajaran Akidah Akhlak sesuai kebutuhan berdasarkan kondisi alami hasil penelitian.