BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar adalah tolok ukur yang dipakai dalam mengukur

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

Oleh : Dwi Wahyuni K BAB I PENDAHULUAN

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pondasi bagi majunya suatu negara. Bahkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar (dalam

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ASEAN sudah jauh tertinggal dari Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

Fungsi dan tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan gerakan, tidak sekedar sikap atau ucapan. berusaha mewujudkan dalam perbuatan dan tindakan sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Disadari atau tidak, setiap orang mempunyai dua sifat yang saling

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN. semua orang untuk memiliki pengetahuan agar tidak tertinggal.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : ELY ERNAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

dasar hal itulah maka sudah sepantasnya mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diwajibkan dalam pendidikan jalur sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang paling dominan dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan hal-hal. tersebut secara rinci dikemukakan berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga seorang guru mampu memberikan bekal-bekal kepada siswanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang berkualitas dan merupakan makhluk seutuhnya. Makhluk yang seutuhnya adalah mereka yang mampu menciptakan dan memperoleh kesenangan serta kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkungannya. Citra manusia seutuhnya adalah manusia yang matang, tangguh, memiliki kemampuan sosial yang luas, selalu bersemangat dalam segala hal serta memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mendalam. bahwa: Menurut Sappington, (dalam Prayitno dan Amti 2004:23) mengatakan manusia yang ideal adalah manusia yang mampu berfungsi secara penuh maksudnya disini adalah dapat secara sadar mampu mengontrol hidupnya sendiri, mampu memahami dirinya dan dunia luarnya, dapat menerima diri sendiri dengan segenap kekuatan dan kelemahan dirinya, penuh tenggang rasa (toleran) terhadap orang lain, mampu membina hubungan yang akrab dan mendalam dengan orang lain, memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuannya serta mampu untuk berubah kearah yang lebih baik dan terhadap halhal yang penting. Merujuk dari pada pendapat di atas bahwa setiap manusia dituntut untuk dapat berkembang serta dapat menyesuaikan dirinya di dalam masyarakat dengan menggunakan potensi maupun dimensi yang ada dalam dirinya, sehingga individu tersebut dapat memenuhi tuntutan masyarakat dan berkembang menjadi warga masyarakat yang serasi, selaras dan seimbang di lingkungannya. 1

2 Untuk mewujudkan manusia yang ideal maka diperlukan suatu pendidikan yang mana pendidikan merupakan wadah untuk membentuk individu tersebut agar menjadi manusia yang berguna. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup suatu individu. Pendidikan bertujuan untuk menyiapkan siswa agar menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik yang dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni. Menurut Sugihartono dkk (dalam Syah 2008:3) mengatakan pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan pendidik untuk mengubah tingkah laku manusia, baik secara individu maupun kelompok bertujuan untuk mendewasakan manusia tersebut melalui proses pengajaran dan pelatihan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I menjelaskan: Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan peroses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan juga harus memberikan dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat dan kebudayaan nasional. Pendidikan nasional juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan anak bangsa, pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar siswa menjadi manusia yang beriman serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

3 kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut tentu ada proses yang harus dilalui, proses tersebut tidak lepas dari pada kebiasaan siswa dalam belajar. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Pembelajaran dikategorikan baik atau berhasil apabila tujuan dari pembelajaran tercapai. Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang baik, kebiasaan belajar memegang peranan penting dalam mencapai keberhasilan belajar. Setiap orang tentu menginginkan hasil belajar yang optimal dan tinggi karena setiap orang menginginkan prestasi yang tinggi. Namun, antara siswa satu dengan lainnya berbeda dalam pencapaian hasil belajar. Ada siswa yang mampu mencapai prestasi tinggi, tetapi ada pula yang prestasi belajarnya rendah. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Seperti yang dijelaskan oleh Suwardi (dalam penelitian Rosyida dkk 2016: 18) menjelaskan mengenai kontribusi masing-masing faktor terhadap hasil belajar. Tabel: 1.1 Kontribusi Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar No. Faktor Yang Mempengaruhi % 1 Faktor psikologi siswa 27,54% 2 Faktor lingkungan masyarakat 10,18% 3 Faktor lingkungan sekolah 8,70% 4 Faktor pendukung belajar 6,98% 5 Faktor lingkungan keluarga 6,50% 6 Faktor waktu sekolah 6,23% Suwardi (dalam penelitian Rosyida dkk: 2016)

4 hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan belajar secara signifikan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan sumbangan efektif sebesar 65,60%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, faktor psikologis memberikan kontribusi yang besar dalam keberhasilan belajar siswa. Kunci utama keberhasilan belajar siswa adalah kebiasaan belajar baik. Kebiasaan belajar baik akan membuat siswa memperoleh prestasi belajar tinggi. Menurut Djaali (2014:128), kebiasaan belajar merupakan cara (teknik) yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan semua kegiatan. Kebiasaan belajar merupakan suatu cara ataupun metode yang dilakukan secara berulang-ulang, yang akhirnya menjadi suatu ketepatan bersifat otomatis. Kebiasaan yang efektif diperlukan oleh setiap individu dalam kegiatan belajarnya, karena akan sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan hasil belajar yang akan diraih. Cara yang dilakukan siswa berbeda-beda, artinya kebiasaan siswa dalam belajar juga berbeda. Siswa akan menyadari bagaimana cara belajar yang baik, sehingga siswa tersebut dapat menjadi lebih bertanggung jawab akan kegiatan belajarnya. Oleh karena itu, pembentukan kebiasaan belajar perlu dikembangkan. Kebiasaan belajar siswa dapat terbentuk di sekolah maupun di rumah. Kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara berulang-ulang selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah maupun kegiatan belajar di rumah akan menjadi suatu cara yang melekat pada diri siswa, sehingga siswa akan melakukannya dengan senang dan tidak ada paksaan.

5 Namun, pada kenyataannya yang sering dijumpai adalah siswa-siswi yang tidak memahami apa itu belajar, Bagaimana belajar secara optimal, dan masih banyaknya pelajar yang kurang memahami tujuan hadir ke sekolah. Hal tersebut didasari dengan banyaknya kebiasaan buruk siswa ketika hadir dan mengikuti pelajaran di sekolah, siswa sering berbuat sesuatu yang dapat merugikan dirinya sendiri bahkan orang lain seperti halnya kebiasaan merokok di sekolah, kebiasaan berkelahi dan kebiasaan mengantuk di kelas juga satu kebiasaan yang buruk dari siswa. Disamping itu, tidak sedikit siswa yang berangkat dari rumah untuk pergi ke sekolah tetapi mereka tidak pergi ke sekolah melainkan pergi ke tempat yang tidak seharusnya didatangi seperti tempat playstation, warung internet, nongkrong di warung kopi simpang sekolah. Hal tersebut tentulah sangat merugikan bagi siswa yang pada dasarnya harus belajar di sekolah. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan dari pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa itu sendiri sebagai anak didik. Kebiasaan belajar siswa perlu diperhatikan karena faktor kebiasaan belajar tersebut memegang peran penting dalam suatu keberhasilan belajar siswa. Bila siswa tidak mempunyai kebiasaan belajar yang baik, maka kemungkinan besar hasil belajar yang dicapai juga akan kurang optimal. Salah satu kebiasaan belajar yang buruk adalah belajar pada saat ulangan saja, dan belajar semalaman suntuk karena ada ujian. Hal ini tentu saja tidak baik, karena akan membuat badan menjadi lelah, pikiran jenuh sehingga tidak dapat berpikir lagi dengan baik serta hasil yang dicapai juga tidak

6 optimal. Sedangkan kebiasaan belajar yang baik itu adalah belajar secara rutin dan teratur. Berdasarkan observasi penulis dan wawancara dengan guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 7 Medan, yang tidak lain adalah tempat penulis melaksanakan kegiatan peraktik lapangan selama tiga bulan, diketahui bahwa presentase kebiasaan belajar siswa pada setiap mata pelajaran rendah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya keinginan siswa dalam hal mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga memberikan dampak yang buruk terhadap prestasi sebagian dari siswa-siswi. Banyak penulis temukan permasalahan siswa khususnya dalam hal belajar antara lain: siswa sering melanggar kedisiplinan kehadiran di sekolah, misalnya seperti sering datang terlambat, sering tidak masuk sekolah, cabut pada saat jam pelajaran, cabut tidak masuk sekolah melainkan nongkrong di warung kopi simpang sekolah, berbicara kotor, kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik dan psikisnya, tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya, malas mencatat mata pelajaran, tidak berani untuk menyampaikan pertanyaan atau bertanya dalam proses pembelajaran, tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar, siswa tidak bergairah dan termotivasi dalam proses belajar mengajar, tidak bergairah dalam melaksanakan tugas atau latihan mata pelajaran, dan siswa tidak mau mengikuti proses belajar mengajar melainkan sering keluar kelas dan menghabiskan waktu di kantin.

7 Tabel 1.2. Masalah Kebiasan Belajar Buruk Siswa No. Masalah Kebiasaan Belajar Buruk Siswa % 1 Cabut pada saat jam pelajaran 15, 24 2 Sering terlambat 14, 28 3 Tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar 12, 40 4 Merokok 12, 26 5 Tidak bergairah/ termotivasi dalam proses belajar 8, 12 6 Cabut tidak masuk sekolah nongkrong di simpang sekolah 7, 10 7 Tidak dapat mempersiapkan peralatan sekolah, kondisi fisik 6, 10 dan psikisnya 8 Tidak berani bertanya pada proses pembelajaran 4, 16 Observasi dan wawancara dengan guru BK Dalam rangka untuk mengubah kebiasaan buruk peserta didik dalam belajar untuk itulah diperlukan bantuan bimbingan dan konseling pada lembaga pendidikan. Brewer (dalam hartinah 2009:2) tugas pokok tenaga pendidikan adalah mempersiapkan siswa untuk mengatur berbagai bidang kehidupan sedemikian rupa sehingga bermakna dan memberikan kepuasan seperti kesehatan, keluarga, pekerjaan, pendalaman pengetahuan, bermasyarakat dan bidang belajar. Untuk menanggulangi kebiasaan belajar siswa tersebut maka untuk itulah diperlukan bantuan dari konselor atau guru pembimbing untuk dapat mengurangi kebiasaan buruk siswa dalam belajar di sekolah. Salah satu alternatif layanan yang dapat digunakan untuk mengantisipasi keadaan tersebut adalah dengan layanan bimbingan kelompok teknik problem solving. Pada dasarnya layanan bimbingan kelompok teknik problem solving yang diberikan pada peserta didik bertujuan untuk mengarahkan peserta didik agar mereka mampu memahami dirinya sendiri, serta kebiasaan-kebiasaan belajar yang semestinya harus dirubah khususnya kebiasaan buruk siswa pada saat belajar dan mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya seoptimal mungkin. Untuk mencapai hasil yang optimal tersebut maka diperlukan

8 adanya sebuah bantuan yang berupa layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem-solving tersebut. Sedangkan menurut penulis penelitian ini penting dan perlu untuk diteliti agar dapat mengubah kebiasaan belajar peserta didik tersebut. Oleh sebab itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Problem Solving Terhadap Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI IS 2 di SMA Negeri 7 Medan. Dalam hal ini peneliti mengambil judul Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Problem Solving Terhadap Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI IS 2 SMA Negeri 7 Medan Tahun Ajaran 2016/ 2017. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah yang diuraikan di atas, maka peneliti mengidentifikasi berbagai masalah yang muncul, yaitu: 1. Kurangnya gairah atau motivasi siswa dalam belajar dan cenderung keluar kelas pada saat proses belajar mengajar di kelas. 2. Siswa sulit berkonsentrasi dan malas mencatat mata pelajaran. 3. Siswa tidak menindak lanjuti proses belajar mengajar. 4. Siswa tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan pertanyaan atau bertanya dalam proses pembelajaran. 5. Siswa tidak memiliki kesadaran akan tanggung jawab belajar. 6. Siswa tidak bergairah dalam melaksanakan tugas atau latihan mata pelajaran. 7. Siswa merasa bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan yang sangat membosankan, karena belajar identik dengan kegiatan mendengarkan guru bercerita.

9 8. Siswa sering terlambat datang kesekolah sehingga terlambat mengikuti proses belajar mengajar. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Problem Solving Terhadap Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI IS 2 di SMA Negeri 7 Medan Tahun Ajaran 2016/2017. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Problem Solving Terhadap Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI IS 2 di SMA Negeri 7 Medan Tahun Ajaran 2016/ 2017? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Problem Solving Terhadap Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI IS 2 di SMA Negeri 7 Medan Tahun Ajaran 2016/ 2017. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif kepada pengembangan ilmu Bimbingan dan Konseling terutama dalam hal masalah

10 kebiasaan belajar siswa melalui layanan bimbingan kelompok teknik problem solving 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Sekolah, Sebagai bahan masukan untuk memprogramkan layanan bimbingan kelompok teknik problem solving dalam proses layanan Bimbingan Konseling di sekolah untuk mengatasi masalah kebiasaan buruk siswa dalam belajar pada saat proses belajar mengajar. b. Bagi Guru Bimbingan Konseling, Sebagai bahan masukan bagi guru untuk menghadapi siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang buruk dikelas. c. Bagi Siswa, Siswa dapat mengubah kebiasaan buruknya dalam belajar dikelas terutama saat guru mengajar. d. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan sumber referensi dalam penelitian dibidang yang sama terutama untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta menulis.